59. Terlalu Baik

34.8K 2.1K 40
                                    

"Bekal pengobat rindu," sahut Zein. Kemudian ia langsung menarik Intan dan mengungkungnya.

"Mas! Ini masih siang," keluuh Intan. Namun ia tak menolak suaminya itu.

"Gak apa-apa, kan nanti kita pisah lama. Jadi bekalnya harus banyak," jawab Zein. Kemudian ia membungkam mulut Intan dan tak membiarkannya bicara lagi.

Zein yang terlalu antusias itu sampai lupa bahwa istrinya harus lapor ke kepala daerah setempat (seperti lurah).

"Aahh, Mas. Uuuhh, sedikit lagi," ucap Intan sambil menggeliat di bawah kungkungan Zein.

"Ayo, Sayang! Mas juga mau keluar," jawab Zein. Kemudian ia mengeluarkan suara yang dapat memancing gairah istrinya. Hingga akhirnya Intan melakukan pelepasan.

"Mas belum keluar?" tanya Intan dengan napas tersenggal saat suaminya itu masih sibuk memacu.

"Sedikit lagi," jawab Zein dengan napas menggebu. Namun, saat ia hampir meledak, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah dinas Intan.

Tuk! Tuk! Tuk!

Intan dan Zein terperanjat. "Siapa?" tanya Intan pelan.

"Udah biarin aja! Kita selesaikan ini dulu," ucap Zein, kesal. Karena ia yang sudah hampir mencapai puncak itu langsung down.

"Ya udah, cepet, Mas!" jawab Intan. Ia pun berusaha membantu Zein agar segera melakukan pelepasan dengan memberikan rangsangan dan suara nakal, secara perlahan.

Akan tetapi, suara ketukan itu masih terus berbunyi, membuat Zein sulit berkonsentrasi. Sehingga ia pun sulit mencapai batas maksimal.

"Argh! Siapa, sih?" gumam Zein, kesal. Akhirnya ia menunda permainannya dulu.

Zein menggunakan pakaiannya dengan buru-buru, lalu membuka pintu rumah tersebut.

Huuh!

Zein mengatur napas sebelum membuka pintu.

Ceklel!

"Selamat siang!" sapa orang tersebut. "Lho, Prof Zein?" Orang itu bingung karena yang membuka pintunya adalah Zein. Ia mengenal Zein karena sebelumnya Zein pernah datang ke sana.

"Siang, Pak. Apa kabar?" tanya Zein, sambil mengulurkan tangannya. Meski kesal, ia berusaha bersikap baik pada orang itu.

"Kabar baik. Bagaimana Prof bisa ada di sini? Kalau tidak salah, rumah ini akan ditempati oleh dokter magang bernama ...." Orang itu lupa nama Intan.

"Intan," ucap Zein.

"Ah, ya betul itu. Intan," ucap orang tersbut.

"Saya suaminya," jawab Zein.

Orang itu tidak menyangka bahwa dokter yang akan magang di kampungnya adalah istri dari Prof Zein yang banyak berjasa untuk kampung mereka.

"Benarkah? Wah, saya merasa terhormat sekali jika memang seperti itu."

Zein tersenyum. "Terima kasih, Pak. Saya titip istri saya. Tolong jangan sampai dia terluka atau apa pun. Jika ada sesuatu, tolong kabari saya," pinta Zein.

"Tentu! Saya pasti akan menjaga istri Prof dengan sepenuh hati. Warga sini tidak mungkin ada yang berani mengganggunya," ucap orang tersebut.

"Terima kasih, Pak. Mohon maaf kami belum sempat lapor karena baru saja sampai dan istri saya sedang beristirahat. Dia kelelahan karena ini pengalaman pertamanya terbang ke sini," jelas Zein. Ia yakin orang itu datang karena Intan belum lapor.

"Oh iya, tidak masalah. Maaf jika saya sudah mengganggu istirahat Prof dan istri."

"Tidak apa-apa, Pak. Oh iya, saya mau tanya. Apa di sini ada catering makanan halal?" tanya Zein. Ia tahu mayoritas penduduk di sana non muslim.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang