82. Profesional

37K 2.1K 105
                                    

Seketika lutut dokter itu pun terasa lemas.

"Dokter jangan bercanda, deh! Masa iya udah nikah? Kapan nikahnya? Aku gak pernah denger, tuh," ucap dokter itu. Ia berusaha untuk tidak mempercayainya.

"Kapannya sih gak tau. Cuma kalau salah emang belum resepsi. Lagian semua juga udah heboh kok dari kemarin," jawab teman dokter sombong.

"Makanya aku juga heran kok dokter berani banget julidin istrinya Prof. Kirain udah tau," timpal yang lain.

"Kalain kenapa gak bilang, sih? Aku mana tau kalau dia istrinya Prof," keluh dokter sombong itu.

"Ya sebenernya kami bilang atau enggak, gak akan ngaruh kalau dokter gak julid. Ya, semoga aja kamu gak ngalamin kayak kepala dokter, kemarin."

"Emang kenapa?" Dokter sombong itu penasaran.

"Kemarin kan beliau disemprot sama Prof. Kayaknya sih bakal turun jabatan. Secara istrinya udah dijahatin begitu. Sampe pingsan pula."

Dokter sombong itu pun langsung pucat. Ia khawatir Intan akan mengadu pada Zein. Apalagi kemarin ia pun sempat julid pada Intan.

Sementara itu, Intan dan Zein baru tiba di ruangan Sang Profesor tersebut.

"Tadi dia ngapain?" tanya Zein.

"Dia siapa?" Intan balik bertanya.

"Itu dokter senior. Kayaknya ada yang ngomongnya gak baik, deh," ucap Zein. Ia sudah siap untuk membela istrinya lagi.

"Ooh, enggak, kok. Cuma ngobrol biasa aja," sahut Intan. Ia tidak ingin suaminya ribut hanya karena dirinya.

"Yakin? Kok kayaknya Mas denger dia nyinyirin kamu?" tanya Zein dengan tatapan menelisik.

"Udah ah, gak penting. Mas kan banyak kerjaan. Ngapain sih ngurusin kayak gituan?" sahut Intan.

"Mas cuma gak mau kamu dijahati orang. Bagaimanapun kamu itu istri Mas. Harga diri kamu berarti harga diri Mas juga," ucap Zein.

Baginya, siapa pun yang sudah mengusik Intan, sama saja dengan mengusik dirinya.

Intan tersenyum sambil menatap suaminya. "Terima kasih ya, Sayang. Tapi aku beneran baik-baik aja," jawab Intan.

"Ya sudah kalau begitu," ucap Zein sambil mengusap perut istrinya. "Good morning, Baby. Gimana pagi ini, apa kamu bersemangat?" sapa Zein sambil mengusap perut Intan.

Beruntung mual yang Zein alami tidak terlalu parah dari kemarin. Tadi pagi ia sempat mual. Namun saat ini Zein sudah terlihat lebih segar.

"Morning, Papi. Alhamdulillah aku semangat terus sama kayak papinya," jawab Intan dengan menirukan suara bayi.

Zein pun tersenyum sambil menatap istrinya. "Kalau maminya semangat, gak?" tanyanya, genit.

"Semangat, dong. Masa udah disayang-sayang malah gak semangat?" sahut Intan sambil bermanja pada Zein.

Zein pun memeluk istrinya itu. "I love you," ucap Zein. Semenjak menyatakan cinta pada Intan, Zein seolah sudah tidak kesulitan lagi untuk mengungkapkan perasaannya.

Intan langsung melirik ke arah suaminya. "Perasaan dulu tuh susah banget buat ngomong cinta. Kenapa sekarang kayaknya malah jadi gampang banget, ya?" ledek Intan.

Zein tersenyum. "Emang kamu tau?" tanyanya.

"Iyalah! Aku udah lama nunggu, kamu malah baru ngomong kemarin. Sebel!" jawab Intan sambil menjebik.

"Lagian kamu nih aneh. Masa kamu gak sadar kalau aku tuh udah cinta sama kamu? Kan selama ini aku udah nunjukin dari sikapku," ucap Zein, gemas.

"Ya kalau dari awal hubungan kita baik sih gak masalah. Cuma ini kan masalahnya Mas selalu bilang kalau nikahin aku cuma buat pelengkap aja. Istri mana yang gak sakit hati kalau digituin?" ucap Intan sambil cemberut.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang