"Serius kamu?" tanya Muh dan Rani. Mereka sangat terkejut saat mengetahu bahwa Zein yang mengalami morning sickness.
"Iya, Mah. Justru kami tahu aku hamil karena tadi pagi Mas Zein muntah-muntah. Kalau enggak sih, mungkin gak akan ngeuh," jawab Intan sambil tersenyum.
Ia sangat bagahia karena suaminya yang merasakan penderitaan seperti itu.
"Ya ampun, Zein. Kamu bucin akut, ya?" ledek Rani. Menurutnya jika Zein sampai mengalami hal seperti itu, artinya ia terlalu cinta pada Intan.
"Apaan sih, Mah. Itu kan gak ada hubungannya," sahut Zein, kesal.
"Lho, gak ada gimana? Itu kan karena kamu terlalu cinta. Jadi secara tidak sadar batin kalian ini saling melengkapi satu sama lain. Mungkin kamu terlalu mengkhawatirkan istrimu. Jadi kamu merasakan apa yang Intan rasakan," ucap Rani. Sebenarnya itu hanya analisa Rani saja.
"Bisa jadi ini karma karena kamu merasa bersalah pada Intan," ledek Muh.
"Pah!" Zein protes. Ia sebal karena Muh selalu membahas kesalahannya.
"Hehehe, tapi apa yang mamah kamu katakan ini ada benarnya Zein. Hal seperti itu dinamakan kehamilan simpatik. Jadi karena kamu terlalu mengkhawatirkan istrimu, makanya kamu mengalami apa yang seharusnya Intan alami," jelas Muh.
"Kalau tidak salah itu dinamakan sebagai sindrom couvade. Umumnya faktor pemicu sindrom tersebut adalah stress dan karena empati kamu yang terlalu besar terhadap Intan. Papah sendiri kurang tahu detailnya karena bukan spesialis kandungan. Tapi hebatnya kamu bisa mengalami hal itu saat kalian belum tahu Intan mengandung, ya?" lanjut Muh.
Ia tersenyum karena yakin bahwa cinta Zein begitu besar pada Intan sampai ia mengalami hal seperti itu.
"Entahlah, Pah. Aku pun bingung dan gak nyangka. Mungkin karena sebelumnya aku terlalu mengkhawatirkan Intan yang jauh di perbatasan sana. Tapi setelah aku mengalami hal itu, aku jadi sadar bahwa pengorbanan wanita itu luar biasa," jawab Zein.
"Ya memang seperti itu, Zein. Makanya kamu harus menghargai istrimu. Jangan pernah menyakiti dia. Sebab pengorbanan wanita itu sangat besar," ucap Muh.
"Iya, Pah. Aku akan selalu menghargai Intan. Aku juga berterima kasih pada Mamah yang telah berjuang untuk kami. Maaf karena aku belum bisa membahagiakan Mamah," ucap Zein. Ia jadi merasa berhutang budi pada mamah yang telah melahirkannya.
"Iya, Sayang. Gak apa-apa. Bagi Mamah, asalkan kalian bahagia, Mamah pun pasti bahagia," jawab Rani. Ia memang tidak mengharapkan apa pun dari anaknya itu. Selain kebahagiaan.
"Zein, jadi gimana ini resepsinya?" tanya Rani lagi. Sebab sejak tadi belum ada kejelasan.
"Mamah kan tahu aku lagi sibuk. Belum bisa mengurus ini itu. Sementara untuk resepsi pernikahan itu kan persiapannya akan menyita waktu," jawab Zein.
"Udah, kalian gak usah repot-repot! Nanti semuanya biar mamah yang urus!" sahut Rani. Ia tahu anak dan menantunya itu pasti sibuk. Sehingga Rani berinisiatif untuk menghandle semuanya.
"Wah, serius, Mah? Dengan senang hati sih kalau begitu, hehe," jawab Zein. Tentu saja ia senang. Sebab, itu artinya pernikahan mereka akan segera diumumkan.
"Sipp, jadi kamu maunya kapan?" tanya Rani.
"Kapan, Sayang?" Zein bertanya pada Intan.
"Gak tau, Mas. Aku bingung," sahut Intan.
"Gimana kalau bulan depan? Lebih cepat lebih baik, kan. Kalau kelamaan takut perut Intan keburu besar dan nanti Intan gak kuat kalau kelelahan," jawab Zein.
"Oke, deal. Bulan depan, ya," sahut Rani. Ia pun bersemangat.
Setelah berbincang-bincang, Zein dan Intan pun pamit. Sebab hari ini Intan ingin mengunjungi ibunya untuk memberi kabar bahwa dirinya tengah mengandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)
RomantizmIntan yang sedang melaksanakan koas di rumah sakit Harapan Keluarga begitu benci pada konsulennya-Zein yang sangat galak dan selalu memarahinya jika melakukan kesalahan, sialnya ternyata mereka telah dijodohkan dan harus menikah. "Saya harap Prof bi...