87. Rambut Basah

40.1K 2.1K 71
                                    

Dokter dan suster itu pun tercekat. "Kayaknya kita salah waktu," gumam dokter itu, pelan.

Kemudian perlahan mereka mundur dan menutup pintu itu dengan hati-hati. Mereka khawatir jika Zein mengetahuinya, maka mereka yang akan dimarahi oleh Zein.

"Waduh ... pantesan tadi udah diketuk masih gak ada yang jawab. Ternyata lagi ...," ucap dokter sambil mengelus dadanya.

"Tapi ternyata Prof agresif juga ya, Dok," timpal suster. Ia pun masih shock melihat kejadian itu. Bahkan wajahnya sampai merona karena malu.

"Ya namanya juga suami sama istrinya!"

"Tapi kan ini rumah sakit, Dok. Apalagi tadi tangannya ...." Ternyata tadi mereka pun sempat melihat tangan Zein sedang menelusup ke dalam baju Intan.

"Hus! Udah jangan dibayangin!" ucap dokter. Kemudian ia pun berlalu menjauh dari ruangan itu.

Mereka seperti orang ling-lung untuk beberapa saat. Sebab mereka sama sekali tidak pernah menyangka akan menemukan hal seperti itu. Apalagi pelakunya adalah Zein. Profesor yang terkenal galak dan dingin.

"Kenapa, sih?" tanya para suster yang sejak tadi memperhatikan mereka.

"Horor!" sahut suster tadi. Saat ini mereka sudah selesai memeriksa pasien.

"Horor gimana? Ada penampakan?"

"Ini lebih dari penampakan. Pokoknya sesuatu yang gak patut dilihat."

Para suster pun semakin penasaran. "Apa, sih?" tanya mereka lagi.

Akhirnya suster tadi memeragakannya dengan tangan. "Hem!" ucapnya.

Mereka semua pun langsung ternganga. Hanya dengan gerakan tangan itu saja mereka sudah paham apa yang dimaksud oleh temannya.

"Wiihhh, ternyata Prof ...," ucap mereka.

Mereka pikir orang seperti Zein tidak akan begitu. Namun ternyata pendapat mereka salah.

"Gimana rasanya dimesrain sama orang galak kayak Prof, ya?"

"Aku sih bakalan bangga. Soalnya doi kan dingin begitu, ya. Hangat cuma sama istrinya doang. Ya ampun, so sweet banget gak, sih?" ucap suster sambil membayangkan.

"Beruntung banget dokter Intan bisa dapetin Prof, ya?"

"Prof juga beruntung, kali. Gitu-gitu dokter Intan pinter dan cantik. Apalagi sekarang udah berhijab. Makin ehem aja deh itu Prof sama istrinya."

Mereka asik berbincang sementara yang di dalam ruangan itu sedang asik memadu kasih.

"Untung aja gak ada yang masuk!" ucap Intan, kesal. Mereka baru saja selesai bercinta.

"Astaga! Aku lupa ngunci pintu, Sayang," sahut Zein. Kemudian ia langsung berlari ke arah pintu dan mengeceknya. Ternyata dugaannya benar. Pintunya belum dikunci.

Akhirnya Zein pun langsung mengunci pintu tersebut.

Ctek!

"Lha, ngapain dikunci, Mas? Kan udah selesai," ucap Intan, heran.

"Ya kan aku belum pakai celana, Sayang. Kamu juga," ucap Zein. Tadi ia melakukan permainan short time. Sehingga hanya melepaskan pakaian bagian bawah saja. Namun tubuh Intan sudah ditutupi oleh selimut.

"Oh, iya," ucap Intan.

"Lagian Mas nih udah tau di rumah sakit juga. Bisa-bisanya begitu!" Intan kesal karena ia khawatir ada orang yang melihat.

"Hehehe, abisnya kamu gemesin banget, sih. Kamu juga gak nolak, lagi," ledek Zein.

Intan langsung memalingkan wajah. "Ya kan gak boleh nolak, nanti dosa," ucapnya sambil mengulum senyuman. Hidungnya kembang kempis karena malu.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang