Dimas dan dokter wanita itu langsung menoleh. "Eh, itu tau kalau Prof mau jadi direktur," sahut dokter wanita tadi.
"Ooh, itu mah udah bukan rahasia lagi. Semua juga kan udah tau," ucap dokter yang nimbrung itu.
Beruntung ia tidak curiga. Sebab hal itu memang sedang jadi hot news di rumah sakit.
"Ya udah saya mau praktek dulu. Duluan ya, Dok," ucap Dimas. Ia pun meninggalkan mereka.
Dimas tidak ingin salah bicara. Sehingga ia memilih untuk menghindar.
Sementara itu Zein dan Intan sedang pergi menuju ke rumah ibu Intan. Sudah lama Intan tak mengunjungi ibunya karena kesibukkannya. Terakhir kali Intan datang ke rumah ibunya setelah Intan selesai ujian, sepulang dari hotel bintang lima tempo hari.
Namun mereka sempat bertemu saat ibu Intan mengantarnya ke bandara.
"Sayang, mau beli apa buat Ibu?" tanya Zein. Ia belum hafal kesukaan ibu mertuanya.
"Ibu tuh gak suka nyemil. Kita beliin buah aja yang sehat. Kan camilan juga kurang bagus buat Ibu," jawab Intan.
"Oke," sahut Zein. Mereka pun membelikan beberapa macam buah untuk ibunya Intan.
Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah Fatma.
"Assalamu alaikum," ucap Intan saat sudah tiba di depan rumah ibunya.
"Waalaikum salam," sahut Fatma. Ia pun membukakan pintu untuk anaknya itu.
Ceklek!
"Ibu, apa kabar?" tanya Intan. Kemudian ia memeluk ibunya.
"Lho, kamu kok ada di sini, Nak?" tanya Fatma. Ia bingung karena seharusnya Intan sedang magang di perbatasan.
"Ceritanya panjang, Bu. Hehehe," jawab Intan, malu.
"Ya sudah masuk, yuk!" ajak Fatma, setelah Zein bersalaman dengannya. Mereka pun masuk dan duduk di ruang tamu.
"Ini gimana ceritanya kamu bisa ada di sini, Tan?" tanya Fatma, heran.
"Alhamdulillah aku udah pindah magang, Bu. Jadi mulai besok aku magang di rumah sakit Papah lagi," jawab Intan.
"Oya? Alhamdulillah ... Ibu senang mendengarnya. Syukurlah kalau begitu. Ibu jadi tenang," jawab Fatma. Ia sangat bahagia mendengar anaknya sudah pindah ke Jakarta kembali.
"Sebenarnya aku punya satu kabar bahagia lagi, Bu," ucap Intan.
"Apa itu?" tanya Fatma. Ia sangat pensaran.
"Sebentar lagi Ibu akan jadi nenek," ucap Intan sambil tersenyum.
Fatma mengerutkan keningnya. "Maksudnya? K-kamu hamil?" tanyanya, gugup.
Intan pun mengangguk sambil tersenyum.
"MasyaaAllah, beneran Intan hamil?" tanya Fatma pada Zein.
"Iya, Bu. Alhamdulillah, sebentar lagi kami akan punya anak," jawab Zein.
Fatma pun langsung memeluk Intan. "Ya Allah, Ibu bahagia sekali, Sayang. Semoga semuanya lancar sampai kamu melahirkan nanti, ya," ucap Fatma.
Ia tak menyangka Intan akan mendapat momongan secepat itu. Ia ingat betul bagaimana Intan keberatan dan menolak ketika hendak dijodohkan dengan Zein. Hal itu pun sempat membuat Fatma khawatir Intan tidak bisa menerima Zein sebagai suaminya.
"Nak Zein, selamat, ya. Wanita hamil itu biasanya lebih sensitif. Jadi Nak Zein harus banyak sabar menghadapi Intan. Apalagi kalau sampai ada morning sickness, itu pasti akan menguras emosi," ujar Fatma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)
RomansIntan yang sedang melaksanakan koas di rumah sakit Harapan Keluarga begitu benci pada konsulennya-Zein yang sangat galak dan selalu memarahinya jika melakukan kesalahan, sialnya ternyata mereka telah dijodohkan dan harus menikah. "Saya harap Prof bi...