Intan yang sedang menangis pun langsung menoleh. Ia sangat terkejut ternyata pria yang ada di sampingnya adalah Zein.
Bukannya senang, tangisan Intan malah semakin menjadi. "Huhuhu ...." Ia menangis sambil menutup wajahnya.
Zein pun bingung karena reaksi Intan tidak sesuai dengan ekspetasinya. "Lho, kamu kenapa?" tanyanya.
"Jahat! Tega banget bikin aku sedih, huhuhu," rengek Intan, manja.
Zein tersenyum. Kemudian ia langsung menarik Intan ke pelukannya. "Maaf, ya. Mas cuma mau kasih surprise buat kamu," ucap Zein sambil mengusap kepala Intan.
Intan pun membalas pelukan Zein. "Kirain Mas beneran gak mau nganterin aku," ucap Intan sambil menyelusupkan wajahnya di dada Zein.
"Ya gak mungkinlah. Malah kalau bisa, Mas juga ikut pindah ke sana. Tapi sayang, gak semudah itu," jawab Zein.
Intan melepaskan pelukannya. "Iya aku tau, kok. Mas bisa nganterin aku aja udah seneng banget," ucapnya sambil tersenyum.
Zein mengusap air mata istrinya. "Kayaknya kamu gak bisa jauh dari Mas, ya?" goda Zein sambil tersenyum. Ia selalu narsis dan ingin Intan yang lebih menginginkannya.
"Mulai, deh!" ucap Intan, sebal.
"Ya udah sekarang kamu istirahat! Semalam kamu kurang tidur, kan?" tanya Zein.
Intan langsung mengerungkan wajahnya. "Mas tau aku kurang tidur?" tanyanya, heran.
Zein hanya tersenyum. Sebenarnya semalam ia tidak tega melihat Intan menangis. Namun Zein tetap pura-pura tidur demi kesuksesan kejutannya ini.
Sebelumnya ia diam-diam mengecek tiket pesawat milik Intan. Kemudian Zein langsung memesan tiket dengan nomor pemesanan yang sama dan meminta kursinya bersebelahan dengan kursi Intan.
"Ya ampun, niat banget ya mau bikin aku sedih. Bener-bener jahat! Dasar profesor galak!" cibir Intan, sebal, sambil mencubit perut Zein.
"Aduh, sakit," keluh Zein, pura-pura kesakitan. Ia pun meraih tangan Intan yang mencubit perutnya, kemudian menggenggamnya.
"Emang Mas masih galak?" tanya Zein sambil mengusap-usap tangan Intan.
"Eum ...." Intan bingung. Ia pun mengingat-ingat bagaimana sikap suaminya belakangan ini.
"Padahal udah berusaha untuk gak galak lagi, sih. Tapi kalau ternyata masih begitu, Mas minta maaf," lanjut Zein.
"Iya, gak galak, kok. Cuma nyebelin!" ucap Intan sambil menekuk wajahnya.
Zein mengerutkan keningnya. "Nyebelin kenapa?" tanyanya, heran.
Intan menatap Zein. 'Nyebelin karena sampai sekarang masih belum bilang cinta di depan aku langsung,' batin Intan. Ia ingin suaminya berinisiatif sendiri. Sehingga Intan tak mau mengatakan hal itu pada Zein.
"Kok malah diam?" tanya Zein. Ia merasa selama hubungan mereka berjalan harmonis, sudah tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi.
"Gak apa-apa," jawab Intan sambil menarik pelan tangannya. Kemudian ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
Zein semakin heran melihat istrinya kesal tidak jelas. "Kamu kenapa, sih? Kalau ada apa-apa tuh bilang aja! Jangan kayak gitu," tegur Zein.
"Gak apa-apa, ini pesawatnya udah mau take off, pasang seat belt-nya!" jawab Intan.
Akhirnya Zein pun tidak memaksa. Namun ia bingung karena Intan sering seperti itu. Sedang bermesraan, tiba-tiba kesal tidak jelas.
Tak lama kemudian, pesawat mereka pun mulai terbang. Intan yang sudah lelah karena kurang tidur dan gelisah itu terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)
Любовные романыIntan yang sedang melaksanakan koas di rumah sakit Harapan Keluarga begitu benci pada konsulennya-Zein yang sangat galak dan selalu memarahinya jika melakukan kesalahan, sialnya ternyata mereka telah dijodohkan dan harus menikah. "Saya harap Prof bi...