Intan mengangguk. "Iya, Mas," ucapnya dengan berat hati.
Sebenarnya Intan ingin protes. Namun ia sadar bahwa dirinya harus menerima apa pun pemberian suaminya itu. Justru Intan harus berterima kasih karena suaminya telah memberikan hadiah padanya.
Setelah itu Zein mengusap kepala Intan, kemudian ia duduk kembali.
Zein mengambil dessert yang ada di meja, kemudian mencicipinya. "Emm, pudingnya enak," ucap Zein.
"Oya?" tanya Intan.
"Nih, cobain!" Zein menyodorkan satu sendok puding pada Intan. Namun, ketika Intan hendak melahapnya, Zein malah menyingkirkan sendok itu dan menggantikan dengan bibirnya.
Hap!
Intan malah melahap bibir suaminya.
"Mas!" keluh Intan. Ia malu karena hampir menyedot bibir suaminya itu.
"Makanya kalau mau makan tuhlihat-liihat!" ledek Zein. Kemudian ia menyuapkan kembali pudingnya. "Nih!" ucapnya.
"Gak mau, ah!" sahut Intan. Ia kesal karena Zein telah mempermainkannya.
"Beneran ...," ucap Zein.
Intan melirik ke arah Zein, tatapannya seolah sedang menelisik.
"Duh, bisa kram nih tangan kalau begini terus," gumam Zein karena Intan tak kunjung melahap puding yang sedang ia sodorkan.
"Ya udah iya," sahut Intan. Kemudian ia pun melahap puding itu.
"Enak?" tanya Zein sambil memperhatikan wajah Intan.
Intan mengangguk. "Iya, enak. Hehe," sahutnya.
"Kamu mau lagi?" tanya Zein.
"Boleh," sahut Intan.
Akhirnya Zein pun menyuapi Intan.
Siang itu Intan merasa sedang dimanja oleh Zein. Sehingga ia lupa bahwa dirinya sedang memakai kalung seperti balita.
Selesai makan, Zein mengajak Intan shalat berjamaah. Kemudian mereka bersantai di sofa sambil menonton TV,
"Kamu suka film apa?" tanya Zein sambil memilih chanel yang ada di televisi tersebut.
"Aku sukanya romance," jawab Intan.
"Hem ... pantes," gumam Zein.
Intan langsung menoleh ke arah Zein. "Pantes apa?" tanyanya.
"Bukan apa-apa. Ya udah nih kamu aja yang pilih chanelnya!" sahut Zein. Ia memberikan remot TV pada Intan, kemudian diriya menaruh kepala di paha Intan.
Zein menganggap Intan yang menyukai film romance itu membuatnya butuh akan kata cinta yang romantis. Padahal menurut Zein, perubahan sikapnya saja sudah cukup.
"Iih, aneh!" ucap Intan. Ia sebal karena Zein sudah membuatnya pensaran.
Akhirnya Intan pun memilih channer TV tanpa menghiraukan Zein. Ia tidak sadar Zein sedang memperhatikannya.
"Intan!" panggil Zein.
Intan pun langsung menunduk. "Ya?" tanyanya.
Cekrek!
Zein memotret Intan saat sedang menunduk. "Kamu lucu juga kalau begini. Dagunya jadi ada dua, hehe," ucap Zein sambil melihat foto Intan yang ada di ponselnya.
Wajah Intan langsung mengerung. Ia dapat membayangkan bagaimana bentuk wajahnya ketika sedang menunduk.
"Mas, apus gak!" pinta Intan. Ia kesal karena Zein malah sengaja meldeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)
RomansaIntan yang sedang melaksanakan koas di rumah sakit Harapan Keluarga begitu benci pada konsulennya-Zein yang sangat galak dan selalu memarahinya jika melakukan kesalahan, sialnya ternyata mereka telah dijodohkan dan harus menikah. "Saya harap Prof bi...