62. Pilihan yang Berat

32.2K 1.9K 29
                                    

Akhirnya hari ini Zein uring-uringan. Para suster menjadi korban semprotannya. Hingga mereka pun bingung. Sebab akhir-akhir ini Zein sangat baik bahkan positive vibes.

Suasana ruang operasi yang biasanya santai pun menjadi tegang. Apalagi hari ini mereka melakukan operasi besar yang berjalan cukup lama. Sehingga terasa sangat melelahkan.

Saat selesai operasi, Zein langsung meninggalkan ruangan itu dan para tenaga medis yang lain pun sibuk membahasnya.

"Eh itu Prof abis kesambet apa, ya?" tanya salah satu dokter.

"Entahlah. Padahal belakangan ini doi udah hampir gak pernah marah, lho."

"Itu dia. Aku aja shock banget. Cuma salah dikit langsung dibentak. Ya ampun. Berasa operasi sambil ditodong pistol."

"Aku denger-denger sih Prof ini sebenernya udah nikah. Mungkin lagi berantem sama istrinya kali, ya?"

"Eh, serius udah nikah? Kok gak ngundang-ngundang?"

"Ya mana aku tau. Namanya juga denger-denger. Mungkin ada alasan tersendiri kali."

"Ya udah deh, yang penting sekarang udah selesai."

Mereka semua meninggalkan ruangan itu dengan kondisi lesu.

Biasanya mereka memutar musik sambil berbincang agar suasana operasi bisa lebih santai. Namun saat ini jangankan musik, mereka bahkan tidak berani mengeluarkan suara.

Sesampainya di ruangan pribadi, Zein kembali mengambil ponsel. Ia berharap ada panggilan tak terjawab atau pesan singkat dari istrinya.

Zein duduk dan mengecek ponselnya. Keningnya mengerut kala melihat sama sekali tidak ada panggilan atau pesan dari Intan.

"Apa di sana sangat sibuk sampai dia tidak bisa menghubungiku?" gumam Zein, kesal.

Dengan tangan gemetar, Zein pun berusaha menghubungi Intan kembali.

Namun hatinya semakin panas kala hanya terdengar nada panggilan tanpa ada yang menjawab.

"Apa feelingku benar? Dia sedang sibuk dengan Si Berengsek itu?" gumam Zein sambil menggeretakkan giginya.

"Argh!" Zein terlalu emosi sampai membanting pajangan yang ada di mejanya.

Prank!

Ia kesal karena saat ini Intan sangat jauh. Sehingga dirinya tidak bisa mengontrol secara langsung.

Zein yang sedang kesal pun meninggalkan ruangannya begitu saja. Ia ingin pergi ke roof top untuk mencari udara segar.

"Mau ke mana, Zein?" tanya Muh yang berpapasan dengannya saat Zein keluar dari ruangan.

"Mau cari angin, Pah. Baru selesai operasi. Kenapa?" Zein balik bertanya.

"Ooh, sebenarnya ada yang ingin Papah bicarakaan."

"Mengenai?" tanya Zein sambil mengerutkan keningnya.

"Satu sampai dua minggu ke depan, Papah harap kamu bisa fokus mempelajari tentang management rumah sakit!" pinta Muh.

"Lho, memang kenapa?" tanya Zein, heran.

"Papah sedang mempersiapkan alih jabatan. InsyaaAllah bulan depat kita serah terima dan kamu yang akan menjadi direktur rumah sakit ini," ucap Muh.

Zein tahu betul dengan begitu ia akan sangat sibuk karena banyak yang harus dipelajari. Apalagi Muh hanya memberinya waktu selama satu bulan.

"Pah, kenapa ini sangat mendadak? Papah kan tahu istriku sedang di luar pulau," keluh Zein.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang