72. Kebahagiaan

40K 2.1K 66
                                    

Seketika tubuh Intan meremang. "Belum, Mas," ucapnya, gugup.

Wajah Zein langsung berseri. Senyumannya mengembang sempurna. Ia sangat yakin bahwa istrinya tengah mengandung.

"Sepertinya kamu harus segera cek, Sayang," ucap Zein, antusias.

"T-tapi gimana kalau ternyata negatif, Mas?" tanya Intan. Ia sangat bahagian jika memang dirinya hamil. Namun melihat ekspresi kebahagiaan di wajah Zein itu membuat Intan jadi khawatir Zein akan kecewa jika ternyata dirinya tidak hamil.

"Sayang, apa pun hasilnya, Mas gak masalah. Tapi kamu kan emang udah telat. Gak ada salahnya kan ditest dulu? Apa perlu kita langsung ke rumah sakit?" tanya Zein.

Intan menggelengkan kepalanya. "Jangan, Mas! Nanti Mas akan lebih kecewa kalau ternyata tidak sesuai harapan. Apalagi aku tidak memiliki gejala kehamilan sama sekali. Biasanya kan orang hamil itu mu ...." Intan tidak melanjutkan ucapannya karena menyadari sesuatu.

Ia menatap suaminya lagi dan ternyata Zein sedang tersenyum sambil menatapnya. "Aku yang mual," ucap Zein.

Intan tersenyum sambil ternganga. "Ya ampun. Aku baru sadar. Jadi dari tadi Mas mual ... terus gak suka nyium aroma sabun juga karena ...?" Jantung Intan berdebar dengan cepat. Kali ini ia lebih yakin bahwa dirinya memang mengandung.

"Iya, Sayang. Kalau bukan karena itu, lalu apa lagi alasan yang paling masuk akal?" tanya Zein.

"Tapi kenapa Mas yang mual? Emangnya bisa seperti itu?" tanya Intan.

Saat ini pikirannya sedang tidak stabil. Meskipun ia merupakan seorang dokter, tetapi Intan bukan spesialis kandungan. Sehingga ia yang belum pengalaman itu kurang begitu paham mengenai kehamilan.

"Mungkin saja. Ya udah kalau begitu sekarang Mas beli test pack-nya dulu, ya?" ucap Zein. Lalu ia turun dari tempat tidur.

"Lho, Mas kan lagi gak enak badan?" tanya Intan.

"Sekarang udah seger, kok," sahut Zein. Ia mengenakan pakaian yang tadi sudah disiapkan oleh Intan.

"Ini makannya gimana? Tinggal sedikit, lho," ucap Intan. Ia senang melihat suaminya sangat antusias seperti itu.

"Lanjut nanti aja! Yang penting sekarang Mas beli test pack dulu," sahut Zein. Lalu ia pun hendak meninggalkan kamar itu.

"Mas, tunggu!" ucap Intan.

"Apa lagi, Sayang?" tanya Zein sambil menghentikan langkahnya.

"Aku baru inget kalau aku punya beberapa stock test pack," ucap Intan.

"Oya? Bagus, dong? Ya udah kamu coba sekarang, ya?" pinta Zein. Ia sudah tidak sabar ingin melihat hasilnya.

Sebelum pergi ke perbatasan, Intan memang sengaja membeli beberapa test pack. Ia menyediakan benda itu karena khawatir di sana tidak ada. Sehingga ketika Intan menemukan pasien yang memiliki gejala kehamilan, ia bisa langsung mengeceknya menggunakan benda itu.

Sejak terakhir kali haid, Intan sangat sibuk mempersiapkan ujiannya. Setelah itu ia pun masih sibuk bersiap pergi ke perbatasan. Sehingga Intan tidak sadar ketika dirinya telat datang bulan.

Intan pun mengambil test pack miliknya di tas perlengkapan medisnya. Ia mengambil satu pack, lalu membawanya ke kamar mandi.

Zein sangat tidak sabar menantinya. Ia bahkan menunggu di depan pintu.

Dalam waktu hitungan detik, Intan sudah keluar dari kamar mandi.

"Sayang, gimana hasilnya?" tanya Zein, antusias.

"Belum, Mas. Aku baru ingat kalau ngetest pakai ini tuh harus bangun tidur. Jadi pakai urine pertama. Sekarang kan aku udah bangun dari tadi," jawab Intan.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang