71. Dibuat Malu

38.5K 2.2K 74
                                    

Intan bingung melihat suaminya seperti itu.

"Mas pake baju dulu, ya? Kalau begitu nanti malah semakin dingin," ucap Intan.

"Sebentar, Sayang. Mas masih lemas. Ini juga dingin banget. AC-nya udah dimatiin belum?" tanya Zein sambil selimutan.

Intan menoleh ke arah AC. "Udah, kok. Emangnya masih dingin?" tanya Intan tanpa dosa.

"Dingin banget, Sayang," jawab Zein.

"Ke rumah sakit aja, yuk! Aku khawatir Mas drop karena kelelahan," ajak Intan. Ia tidak tega melihat suaminya yang biasa strong itu tiba-tiba lemah.

Zein menggelengkan kepala. "Mas cuma butuh istirahat. Gak kuat kalau pergi ke rumah sakit, pusing," jawab Zein.

"Ya udah, tapi makan dulu, ya! Kalau perutnya kosong, nanti malah makin dingin," ucap Intan.

Zein mengangguk. Ia pun merasa lapar karena sudah muntah beberapa kali.

"Ya udah, tunggu sebentar!" ucap Intan. Kemudian ia pun meninggalkan Zein dan menuju ke dapur untuk mengambil makanan.

"Kira-kira dia sakit apa, ya? Apa iya kecapekan, atau karena stress? Tapi stress kenapa?" gumam Intan.

Ia masih tidak habis pikir mengapa Zein bisa sampai seperti itu. Intan pun mengambilkan makanan untuk suaminya dan membawanya ke kamar.

"Mas, makan dulu, yuk! Habis itu minum obat mualnya lagi," ucap Intan.

Intan menaruh piringnya di meja, kemudian membantu Zein untuk duduk dan membenarkan posisinya.

Intan pun mengecek suhu tubuh Zein sengan menyentuh wajahnya.

"Gak demam, sih. Terus kenapa bisa begini, ya?" gumam Intan. Ia merasa tidak becus menjadi dokter karena tidak dapat mendiagnosa penyakit suaminya sendiri.

Intan pun menyuapi Zein dengan telaten. Beruntung Zein masih mau makan, sayur bening hangat itu membuat perutnya lebih nyaman.

"Terima kasih ya, Sayang," ucap Zein.

"Iya, Mas. Aku minta maaf karena gak bisa ngobatin Mas. Aku bahkan gak tau Mas sakit apa. Rasanya aku gagal jadi dokter," lirih Intan.

"Sstt! Jangan bicara seperti itu. Ini emang sakitnya aja yang agak aneh. Mas juga baru kayak gini. Lagi pula dokter juga kan gak bisa asal mendiagnosa. Semua harus melalui test yang jelas. Entah itu test lab, atau screening dan lainnya," ujar Zein.

Ia tak ingin istrinya merasa bersalah seperti itu.

"Terus Mas sakit apa? Aku jadi takut," lirih Intan. Ia menaruh lagi piringnya, kemudian langsung memeluk Zein. Ia khawatir ada penyakit serius yang diidap oleh suaminya.

"Kamu jangan khawatir! Mungkin ini karena Mas kelelahan dan stress mikirin kamu. Jadi asam lambung naik," ucap Zein sambil mengusap punggung Intan.

Intan menatap suaminya. "Mas punya penyakit gerd?" tanyanya.

"Enggak, tapi kan kondisi seperti itu biasanya memicu asam lambung, Sayang," jelas Zein.

"Mas jangan tinggalin aku, ya? Kemarin LDM-an aja aku kesepian. Aku gak mau Mas kenapa-kenapa," rengek Intan, manja.

Zein tersenyum melihat Intan seperti itu. "Bukannya dulu kamu paling benci kalau ketemu aku?" ledek Zein.

"Mas! Aku lho lagi serius, Mas malah bercanda," keluh Intan. Ia sebal karena diledek suaminya.

"Hehehe, lagian kamu nih ada-ada aja! Orang Mas gak kenapa-kenapa, kok. Ini cuma kelelahan, Sayang. Lelah hatinya," ucap Zein sambil mengusap air mata Intan. Ternyata tadi ia menangis karena mengkhawatirkan suaminya itu.

Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang