Intan terkesiap saat mendengar jawaban suaminya itu. "Hah, lingerie?" tanyanya.
"Iya, saya tidak mau bersusah payah melepaskan pakaian kamu. Jadi lebih baik kamu pakai itu!" sahut Zein, santai.
"Tapi, Prof. Saya tidak pernah memakai benda ini. Lagi pula ini sangat memalukan," keluh Intan. Ia merasa Zein sangat keterlaluan karena sudah menyuruhnya menggunakan pakaian yang seperti jaring ikan tersebut.
"Oke kalau kamu tidak mau pakai itu. Kamu bisa pakai bath robe supaya lebih mudah. Atau bila perlu sekalian saja kamu tidak usah menggunakan pakaian," ucap Zein sambil berlalu masuk ke kamar mereka.
Intan memisingkan matanya ke arah Zein. Ia semakin kesal karena sikap arogan suaminya itu.
"Seandainya dia bukan suami aku, pasti aku sudah lempar paper bag ini ke wajahnya," gumam Intan sambil menggeretakkan giginya.
"Lebih baik kamu cepat ganti pakaian! Atau kamu mau saya melakukannya di situ?" ancam Zein.
Intan terperanjat. Ia tidak menyangka ternyata profesor itu sangat mesum. Akhirnya ia berdiri dan membawa paper bag itu ke kamar mandi. Sebab ia tidak mungkin membiarkan Zein melakukannya di luar ruangan seperti itu.
Ia bahkan melewati Zein yang sedang duduk di sofa begitu saja. Zein pun tersenyum melihat Intan kesal seperti itu. Ia senang karena Intan menuruti permintaannya meski harus diancam lebih dulu.
Di kamar mandi, Intan mengeluh karena ternyata lingerie yang Zein berikan sangatlah seksi. "Ya Tuhan, ini sih gak pantes disebut pakaian. Nerawang banget," keluh Intan saat melihat lingerie itu.
"Maunya orang itu apa, sih? Bisa-bisanya dia nyuruh aku pakai pakaian seperti ini?" gumam Intan sambil menatap pintu.
Akhirnya ia pun mengenakan lingerie tersebut. Sebab, jika dirinya memilih bath robe, ia khawatir Zein akan menganggapnya ingin mempermudah suaminya itu.
"Kenapa dia lama sekali?" gumam Zein sambil melirik ke arah pintu kamar mandi. Ia tidak sabar ingin segera melihat Intan mengenakan pakaian seksi itu.
Zein sangat gelisah menanti istrinya. Ia seolah tidak sadar bahwa saat ini Intan sedang gelisah dan malu keluar dari kamar mandi dalam kondisi seperti itu.
"Ya ampun, muka aku mau taruh di mana kalau keluar kamar mandi pakai ini?" gumam Intan sambil menatap bayangannya yang ada di cermin.
"Dahlah, bodo amat! Toh sekarang dia udah jadi suami aku dan memang berhak atas tubuhku. Oke, Intan buang rasa malu kamu! Kamu pasti bisa," ucap Intan berusaha menyemangati dirinya.
Meski begitu, sebelum keluar dari kamar mandi, Intan menggunakan parfume dan merias wajahnya lebih dulu. Ia tidak ingin Zein mencelanya jika ada yang kurang dari dirinya.
"Oke, lets fighting!" gumam Intan. Setelah itu ia pun memberanikan diri keluar dari kamar mandi.
Ceklek!
Zein langsung menoleh ke arah pintu saat pintu tersebut dibuka oleh Intan. 'Woow, amazing,' batin Zein. Tenggorokannya langsung terasa kering saat melihat penampilan Intan begitu seksi. Zein pun menaruh majalah yang sedang ia pegang. Kemudian beranjak dan berjalan ke arah Intan.
"Intan salah tingkah. Ia khawatir Zein akan langsung menerkamnya. Namun ternyata Zein hanya melintas dan masuk ke kamar mandi.
"Huuh!" Intan menghela napas saat Zein masuk ke kamar mandi.
Kemudian ia berjalan ke arah jendela yang sudah ditutup oleh Zein. Sebab ia tidak ingin Zein berpikiran negatif jika dirinya menunggu Zein di tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Profesor Galak (TAMAT)
RomantikIntan yang sedang melaksanakan koas di rumah sakit Harapan Keluarga begitu benci pada konsulennya-Zein yang sangat galak dan selalu memarahinya jika melakukan kesalahan, sialnya ternyata mereka telah dijodohkan dan harus menikah. "Saya harap Prof bi...