3. SHDC «» Sampai

393 68 12
                                    

Assalamualaikum

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

Typo? Komentar ya makasih

   Ratih menemui Naina sebelum ia pamit pergi ke rumah Ibu Tiara, Ratih duduk di ruang tamu rumah Naina dengan gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Ratih menemui Naina sebelum ia pamit pergi ke rumah Ibu Tiara, Ratih duduk di ruang tamu rumah Naina dengan gugup.

  Naina mulai menyajikan minuman segar untuk Ratih. "Ratih minumlah ini," ucap Naina.

Ratih mulai tersenyum tipis lalu mengambil gelas tersebut dan mulai meminumnya dengan tiga tegukkan.

   "Kamu yakin mau ke sana sendirian? Kenapa tidak bersama rombongan calon lelaki saja Ratih bersama mbak?" Tawar Naina.

"Tidak Mbak,  aku sudah bilang kepada Ibu aku akan ke sana, seminggu lagi acara pernikahannya sekalian juga aku bantu-bantu di sana," jawab Ratih.

"Oh kalau begitu, tapi. Aku khawatir Ratih memakan enam jam kendaraan umum loh ke sana, sebentar Mbak tadi masak banyak Mbak mau bekal in buat kamu ya tunggu di sini," ucapnya Naina.

  Ratih mulai terdiam sembari menatap sekeliling rumah Naina. "Banyak yang berubah di rumah ini, Mbak Naina masih memiliki orang tua akan tapi ia hidup sendiri seperti ini," ucap Ratih.

   Seorang lelaki berdiri di depan pintu sembari menatap Ratih hanya lima menit.

"Astagfirullah," ucap Ratih yang terkejut dengan kedatangan Gus Ikhsan.

"Kenapa?" Tanya polos Gus Ikhsan.

"Ratih, ini beneran Gus Ikhsan atau khayalan?" Batin Ratih.

"Apa kabar? Selamat ya atas menangnya kamu di setiap lomba, kamu sudah sangat berubah Ratih, berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya," ucap Gus Ikhsan.

Ratih masih terdiam karena ia pikir itu suara adalah khayalan semata. "Jika ini adalah halusinasiku, sungguh rasanya aku tidak ingin tersadar dan selalu mendengar ucapannya itu," batin Ratih sembari tersenyum.

Ratih mengira Gus Ikhsan di hadapannya itu adalah khayalan semata, membuat Ratih menatap Gus Ikhsan dengan berani.

  Gus Ikhsan menjadi terdiam melirik senyuman Ratih membuatnya menjadi salah tingkah.

  Gus Ikhsan mulai menaruh totebag yang berisi kotak hadiah. "Ini hadiah dariku, untuk khatamanmu akan tapi, aku tidak tahu kamu menang lomba banyak jadi aku tidak membawa hadiah lebih hanya ini saja," ucap Gus Ikhsan.

    "Andaikan ini nyata ya Allah, sungguh. Aku akan merasa menjadi orang yang sangat bahagia," batin Ratih.

"Terima kasih, sangat bahagia ketika dirimu datang di acara yang sangat membahagiakan itu Gus Ikhsan, terima kasih juga atas bantuannya selama ini," ucap Ratih.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang