25. SHDC «» Flash back

176 30 0
                                    


Assalamualaikum semuanya

بسم الله الر حمن أ لر حيم

Ada typo? Tinggalkan jejak ya, jika ingin berikan krisar atau mau memberi masukan silahkan komentar.

Jangan lupa vote juga makasih :)


"Ya, apakah kau ini tuli?" Teriak Fania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, apakah kau ini tuli?" Teriak Fania.

"Non, sudah diam. Tunggu dokter datang ya, Non pasti sembuh," ucap Bibi.

"Sembuh kenapa, aku tidak sakit Bibi lihatlah aku tidak ada yang terbuka sama sekali. Ikhsan juga nanti datang ke sini jadi aku akan sehat tidak kenapa-kenapa," jawab Fania.

  Bibi teridam kembali mendengar ucapan Fania terkadang mebuatnya bingung karena sikap berubah-ubahnya selalu membuatnya heran. Terkadang sikap dan tutur katanya nyambung dengan pertanyaan dari orang lain bahkan tidak nyambung di ajak bicara.

"Bibi, ambilkan aku makanan, minuman. Ambillah jangan lupa minta resep dari Ikhsan ya aku ingin makan dari resepnya agar rasanya sama," ucap Fania.

  Bibi lagi-lagi di buat diam oleh Fania. "Aku ini tidak sakit ngapain harus nunggu dokter dan ya. Bibi aku tidak suka kotor bersihkan ruangan ini!"

"Bibi, akan ku bunuh kau jika tidak ambil makanan dan buat makanan lezat! Akan ku seret mengunakan mobil di aspal serta ada batu bara di dalamnya, wow bukan? Kulit akan melepuh dan berdarah," ucapnya.

    Bibi mulai duduk terdiam mengabaikan ucapan Fania yang berubah-ubah sikap itu. Berkata kasar dan berkata lembut membuat Bibi semakin kasihan.

"Kenapa, non Fania seperti ini? Apakah benar dia gila karena cintanya di tolak? Apakah karena ucapan Gus Ikhsan membuat hatinya terluka dan depresi? Masa iya, seorang Gus mengucapkan hal yang kotor kepada Fania membuat iya sakit hati, rasanya tidak mungkin. Akan tapi jika bukan Gus Ikhsan membuat non Fania menjadi seperti ini siapa lagi?" Batin Bibi.

    Satu jam Bibi menunggu kedatangan tuannya, bersama dokter spesialis kejiwaan.

  Kini dokter mulai memeriksa keadaan Fania, Ayah Fania dan Bibi menunggu di luar kamar dalam keadaan begitu cemas.

"Kenapa, anakku bisa sakit seperti ini apa yang telah ku perbuat sampai-sampai di masa depan kehidupan Fania seperti ini?" Tanya Ayah Fania.

  Bibi terdiam mengingat apa yang telah di perbuat oleh majikannya itu. "Apa mungkin ini, sebuah karma? Ia meninggalkan solat karena sebuah kekayaan yang membutakan dirinya bahkan ia juga tidak pernah bersedekah hanya cari muka saja di depan klien, Fania. Padahal sehari-harinya tidak, wallhuallam hanya Allah yang tahu Tuan," batin Bibi.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang