AssalamualaikumJika ada typo, ingin krisar, silahkan di kolom komentar ya terima kasih
Maaf belum maksimal dalam menulisnya 🙏
Jangan lupa vote nya ya biar author semangat juga
Ratih duduk di lantai dengan air mata yang mengalir begitu deras, rasa sakit yang kini ia rasakan karena melihat laki-laki yang ia cintai terluka. "Kenapa kau menjadi perempuan yang sangat jahat Ratih? Lihatlah dia sangat terluka dengan jawabanku, tapi dia masih menolongku, terbuat dari apa hatimu Gus? Kenapa kau menolongku terus?"
"Jika kau seperti ini terus, hadir di saat ku kesusahan bagaimana aku bisa melupakanmu? Hah! Menjauhkan dari kehidupanku jangan bersikap menjadi pangeran terus menerus karena itu akan membuatku semakin jatuh cinta," ucap Ratih.
"Kak Raihan, ya aku harus belajar mencintainya aku memilihnya dan aku sudah memutuskan semuanya jadi aku harus bisa menerimanya," ucap Ratih terus menangis.
Plak ...
Tangan Ratih menampar dirinya sendiri di guyuran air dari shower. "Wanita lemah, wanita bodoh, wanita penyakitan dan pengkhianat! Orang tua membuangku kenapa kau masih mencarinya hah?! Wanita lemah, kau tidak bisa berdiri sendiri bahkan menjaga dirimu saja tidak bisa!" Kesalnya.
Plak ...
Ratih menampar dirinya kembali. "Aku lelah sangat lelah!"
Ratih yang terus menangis, tubuhnya mulai menggigil kedinginan wajahnya pucat dan bibirnya membiru ia mulai mematikan shower dan melepas pakaiannya lalu menganti pakaian dengan yang baru.
Ia keluar masih dalam kedinginanya ia duduk di lantai, entah mengapa rasanya Ratih ingin menyiksa dirinya sendiri.
Suara menggigil itu membuat langkahan seseorang terhenti sembari memegang telpon yang ia tempelkan di telinganya itu.
Gus Ikhsan terdiam menatap Ratih yang mengikuti di bawah lantai, ia menutup telponnya itu dan berjongkok di hadapan Ratih.
"Apa yang kau lakukan? Jika keinginan naiklah dan pakailah selimut juga," ujar Gus Ikhsan.
Ratih menyadari kedatangan Gus Ikhsan dia menghapus air matanya itu. "Gus, apakah aku boleh meminta sesuatu?"
Gus Ikhsan terdiam mendengar ucapan Ratih ia memalingkan wajahnya dan berdiri seakan-akan ia tahu apa yang akan di ucapkan Ratih.
"Apakah kau tidak mau mengabulkan permintaanku?"
"Katakan, selain kata ikhlaskan aku dan dekatlah dengan Fania, katakan permintaanmu selain itu aku akan kabulkan," ujar Gus Ikhsan.
Suara Gus Ikhsan mampu membuat hati Ratih sakit hati, rasanya begitu sesak di dada ia menahan air matanya untuk kembali keluar.
"Apa yang kau inginkan? Katakanlah, selain yang ku katakan itu, apa? Kenapa diam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
Roman d'amourINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...