29. SHDC »« Mengenang

207 33 0
                                    

   assalamualaikum

Akhirnya update, silahkan berikan vote ya ada typo? Tinggalkan jejak. Jika ingin memberikan saran/krisar silahkan terima kasih

  Kini ia menaruh lembaran foto itu dan mulai memegang foto bingkai berisi fotonya dengan piala berkaki empat, di samping kanan ada Gus Ikhsan dan di samping kiri ada Habib Raihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Kini ia menaruh lembaran foto itu dan mulai memegang foto bingkai berisi fotonya dengan piala berkaki empat, di samping kanan ada Gus Ikhsan dan di samping kiri ada Habib Raihan. "Jika mereka tidak hadir dalam menyamangati diriku mungkin aku tidak bisa sesukses ini, percayalah. Mereka adalah kekutan ku untuk maju di saat yang lain melontarkan banyak hinaan padaku," ucap Ratih.

   Kini ingatannya mulai tertuju kepada pondok salaf yang dulu ia di hina dan di asingkan, apa lagi Fania dan Dinda. "Kenangan di masa lalu memang buruk akan tapi setiap kenangan itu terukir pelajaran berharga apa lagi mengucur sebuah sejarah hidupku dengan bimbingan mereka adalah hal yang paling berkesan dalam hidupku terutama Kak Raihan dia sangat membantuku di pondok Tahfidz, yang paling banyak momen adalah aku dengannya tapi. Kenapa hati ini mencintai Gus Ikhsan? Cukup Ratih, Gus Ikhsan milik Fania dan jika Kak Raihan menyukai diriku? Bagaimana? Aku--"

Ratih mengelengkan kepalanya Tiu tidak berani mengucapkan sepatah katapun. "Fania pasti sangat bahagia, eosiaapan pernikahannya pasti mewah seperti Kak Tiara, andai aku tidak mempunyai perasaan cinta kepada Gus Ikhsan mungkin aku akan ikut berpartisipasi dalam pernikahan mu Fania. Aku mencintai Gus Ikhsan jadi aku tidak sanggup jika melihat akad pernikahan kalian aku tidak mendapatkan Gus Ikhsan bukan berarti aku harus menerima Kak Raihan juga." 

  Rasa rindunya begitu mendalam mengingat masa lalu yang begitu bahagia bisa mengenal orang-orang yang baik dengannya.

   Ia mulai memeluk bingkai foto itu dengan senyuman dalam air matanya itu. Menutup matanya mengingat Habib Raihan.

Flash back

    H-1 untuk acara kelulusan seorang anak pemilik pondok pesantren kini Ratih menunggu kedatangan adik dari Habib Raihan di taman sembari memegang kotak hadiah serta bungket bunga berukuran kecil.

   Di taman begitu sepi membuat Ratih senang karena tidak ada yang melihatnya memberikan kotak hadiah tersebut.

   "Assalamualaikum kak, maaf lama," ucapnya.

"Waalaikumussalam," ucap Ratih yang mencium tangan adik Habib Raihan.

"Ini, hadiah graduation untuk kakakmu, maaf aku hanya bisa memberikan ini dan harganya juga tidak mahal sekali," jelas Ratih.

"Kakak, memintaku ke sini untuk memurnikan kotak ini kepada Mas Raihan?  Graduation besok kenapa tidak memberikan langsung?"

  Ratih tersenyum malu sembari menundukkan kepalanya itu. "Tentu dia akan melakukannya di tempatnya belajar bukan? Sedangkan aku harus belajar besok, aku juga tidak berani memberikan ini langsung kepadanya," jawab Ratih.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang