Assalamualaikum jika ada typo, mau memberikan saran/masukan silahkan ya di terima dengan senang hati.Maaf membuat kalian tidak nyaman karena penulisan berantakan dan alurnya bikin rumit masih di tahap belajar belum sempurna tapi sebisa mungkin nulis dengan baik
Abah Jef datang ke kamar Yanah bertemu dengan Ratih yang duduk terdiam. "Assalamualaikum Nak," ucap Abi Jef tiba-tiba datang.
"Waalaikumussalam," jawab Ratih.
Abah Jef berdiri menatap Ratih dengan memegang tongkat penyangga. Ratih berdiri dan meminta Abah Jef untuk duduk di atas tempat tidur.
Abah Jef duduk dan Ratih duduk di lantai sembari tertunduk. "Nak, jalan Allah jauh lebih baik dari pada jalan yang kita tentukan, kehidupan tidak semuanya sesuai keinginan kita. Kita menerima takdir itu bukan karena kalah dari peperangan yang kita perjuangkan untuk diri kita sesuai keinginan kita melainkan kekuatan Allah jauh lebih kuat dan tidak bisa menandinginya, Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita," jelas Abi Jef.
Ratih menganggukkan kepalanya itu. "Abi Jef. Bagaimana dengan masa lalu yang pahit?" Tanya Abah Jef.
Ratih tersenyum dengan ucapan Abah Jef. "Nak, suatu masa lalu kelam itu tidak bisa hilang dengan sendirinya, pikiran, niat, dalam diri kita untuk mencuci tinta hitam membekas di dalam diri kita dengan niat yang kuat untuk melupakan dan mengubur itu setelah mencucinya. Noda membandel itu akan sulit hilang setidaknya kita sudah berusaha mencucinya. Jadi kita kubur dalam-dalam sisa bekas tinta itu di benak kita, jangan menggali sesuatu yang sudah terkubur Nak," ucap Abah Jef.
Ratih menahan air matanya itu tatapannya menjadi kosong. "Baju perumpamaan adalah lembaran, jika lembaran masa lalu itu menyakitkan maka kita cuci itu bekas tidak hilang maka kuburlah itu, jangan pernah membuka kembali, kita pakai lembaran yang baru dan kita mulai kembali ke kehidupan kita dengan wajah yang baru, situasi yang baru, perasaan yang baru semuanya baru."
"Maafkan aku Abah, aku hanya meluapkan amarahku dan tidak ku sangka itu menjadi layak luapan lava yang begitu panas," ucap Ratih.
"Meluapkan semuanya tidak apa-apa Nak, tapi buatlah hujan dalam hidupmu itu. Hujan yang mampu menghilangkan rasa panas itu dan buatlah udara dingin juga," ucap Abah Jef.
Ratih terdiam mencerna ucapan Abah Jef. "Maksud Abah adalah, ikhlaskan itu nak lupakan semuanya dengan hati yang bersih dan buat itu tidak meninggalkan jejak. Hujan yang ku maksud adalah sebuah hati yang bersih, karena hujan sumber dari kehidupan manusia udara yang dingin adalah sebuah keikhlasan menerima semuanya dengan lapang dada."
"Akan ku coba sebuah niat dan tekad untuk melupakan itu, maafkan Aku Abi aku ke sini untuk lomba dan menginginkan sesuatu hal yang aku dambakan yaitu mengharapkan kedua orang tuaku melihatku saya lomba dan menemui ku tapi itu hanyalah sebuah khayalan," ucap Ratih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...