62. SHDC »« Siapa dia?

136 20 0
                                    

Assalamualaikum jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, jika melihat typo tinggalkan jejak mohon koreksinya terima kasih



Matahari mulai terlihat begitu terik dengan suasana yang sedikit panas mulai terasa, seorang wanita yang asik menjemur pakaian di bawah terik matahari dengan wajah yang bahagia.

    Khemm ....

  Suara deheman seseorang membuat Ratih menoleh ke sumber suara tersebut. "Ratih Yanaya Humairah, benarkah dirimu?"

  Ratih mengerutkan keningnya menatap perempuan tersebut dengan intens. "Kau mau tahu siapa saya?"

Ratih menganggukkan kepalanya itu dengan sorotan mata yang masih menatap lekat wanita di hadapannya itu. "Aku rasa namaku tidak penting, intinya aku adalah calon ibu sambung Fania. Kau ini perempuan dan wajah polosmu terlihat begitu sejuk dan menenangkan kenapa kau merebut kebahagian Fania ada apa denganmu?" Wanita itu langsung mengucapkan banyak hal tanpa adanya basa basi.

"Kapan aku merebutnya Bibi?" bingung Ratih.

"Apa kau tidak pernah sadar perilakumu itu?"

  Ratih mendudukkan kepalanya itu tanpa menjawab ucapan Perempuan tersebut. "Ratih, sikapmu itu kebaikanmu kepada lelaki yang di sukai Fania semakin menjauh bagaimana bisa dia melupakan dan menerima Fania jika masa lalunya terus membuntutinya sadarlah!"

  "Jika kau ikhlas membiarkan Fania dekat dengannya setidaknya buat ruang Gus Ikhsan untuk menerima Fania. Come on Ratih kamu wanita smart jangan bersembunyi dari kata
Ikhlas bibirmu mengucapkan hal itu tapi tindakanmu tidak mengikutinya!" tegasnya.

   "Maksud Bibi apa?"

"Apa kau berpura-pura polos, wajahmu polos itu hanya topeng ya? Kau benar-benar melakukan hal yang membuat ku benci dan tidak habis pikir!"

   Ratih terdiam menatap lawan bicara dengan sorotan mata yang pilu. "Kau menjelekkan namanya di hadapan Gus Ikhsan!" Kesalnya.

"Kapan aku menjelekkan namanya Bibi?" bingung Ratih.

   Perempuan tersebut memainkan ponselnya dan menunjukkan suara rekaman.

   Mama dia, membenciku karena aku terlihat begitu buruk Mama. Aku harus bagaimana ini? Kenapa bahagia bersamanya sangat sulit Mama? Dia mengatakan, wanita yang licik aku malas melihatmu, kebaikan yang menginginkan sebuah imbalan wanita, munafik, cari perhatian, apa aku benar seburuk itu Mama? Kapan aku melakukan itu? Aku sama sekali tidak melakukan apa yang ia ucapkan padaku.

    Suara isakan terdengar di dalam rekaman suara tersebut.

Ratih menelan ludahnya dengan kasar mendengar rekaman tersebut. "Katanya ikhlas jika ikhlas tidak usah mengusik dan memperburuk keadaan!" kesalnya.

"Kapan aku berbicara buruk kepada Gus Ikhsan," lirih Ratih.

"Kau tahu? Fania itu sedang depresi berat saat penolakan perjodohan itu, dia hampir bunuh diri. Penyakitnya terus kambuh dan saat itu dia benar-benar frustasi dengan hati yang mendorongnya untuk keluar dari zona hitam dan bimbingan, demi bisa berdiri di hadapannya sahabatnya dan ingin terlihat baik-baik saja, itu membuatnya bisa melupakan sedikit ego dan kekesalannya itu, tapi nyatanya apa?! Dia mengonsumsi obat penenang depresi kembali karena ulahmu!"

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang