assalamualaikum silahkan yang ingin memberikan komen/kritikan di kolom komentar ya makasih dan jangan lupa votenya
Terkadang orang yang menutupi segala kesedihan dan penderitaan membebani diri sendiri, akan sangat sulit dan lebih sakit dari pada yang di pendam itu.
-Ratih Yanaya Humairah-
Di sisi lain, hari demi hari lomba sudah hampir selesai satu Minggu di adakan lomba full sesuai jadwal.
Kini Alena dan Ratih maju ke grand final, Habib Raihan tidak mempunyai keberanian untuk mengutarakan ungkapan rindu dan cintanya kepada Ratih.
Hari terakhir lomba kini sudah selesai, Alena menjadi juara satu di lomba cerdas cermat pelajaran Nahwu, sedangkan Ratih menjadi juara dua cerdas cermat Nahwu.
Lomba berikutnya Ratih memenangkan lomba Qiro'ah juara satu. Membawa uang hadiah serta piala suatu hal yang sangat amat ia syukuri.
Kini santriwati membersihkan tempat yang akan ia tinggalkan, Ratih membuang sampah di luar pondok di tempat pembuangan sampah.
Di belakang pondok santriwati ada tempat pembuangan sampah yang luas, yang sedang di bakar. Ratih menatap sekeliling lalu menatap langit di bawah pohon kelapa.
Lelah, kini di rasakannya, duduk di tempat duduk di bawah pohon kelapa sembari menunggu Alena membawa minuman yang di beli.
Suasana belakang pondok begitu sepi, pemukiman rumah yang tidak ada hanya ada pesawahan dan gubug warung.
Seorang lelaki memakai sarung hitam, kemeja hitam menghampiri Ratih sembari tersenyum. "Assalamualaikum," ucapnya.
Suara itu mampu membuat Ratih membeku, terdiam menutup matanya itu. "Kenapa akhir-akhir ini pikiran ku selalu tertuju padanya lihatlah, aku mendengar suaranya," batin Ratih.
"Ratih, ada apa?" Tanya lelaki tersebut.
Ratih membuka matanya itu menoleh ke arah kiri. "Astagfirullah," ucap Ratih yang terkejut.
"Ada apa? Apakah ada yang salah?" Tanya heran lelaki tersebut.
"Ka Raihan? Apa benar?" Tanya polos Ratih.
"Tentu ini aku, lalu kamu mengharapkan siapa yang datang?" Tanya Habib Raihan.
"Tidak mengharapkan siapa-siapa," jawab Ratih, Ratih berdiri dan mulai meminta Habib Raihan untuk duduk di tempatnya sebelum meminta Habib Raihan duduk ia lebih dulu membersihkannya.
"Silahkan Kak, duduk," pinta Ratih.
"Aku manusia biasa jangan memperlakukan diriku seperti itu." Wajah Habib Raihan begitu pucat, keringatnya keluar panas dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...