Assalamualaikum semuanyaبسم الله الر حمن ألر حيم
Ada typo? Tinggalkan jejak ya, jika ingin berikan krisar atau mau memberi masukan silahkan komentar.
Jangan lupa vote juga makasih :)
Lidiya sangat sulit mengikuti ucapan Ratih. "Jangan cepat-cepat pelan-pelan," protes Lidiya.
Ratih mulai menghembuskan nafasnya dengan perlahan ia mulai mencontohkan dengan pelan. "Kenapa terlalu lambat, biasa saja. Wajahnya juga tidak diah berekspresi," protesnya lagi.
"Sabar Ratih, dia masih remaja yang butuh bimbingan wajar sikapnya seperti ini," batin Ratih.
"Bengong lagi," ucap Lidiya.
Ratih mulai mencontohkan lagi, Lidiya mulai mengikuti Ratih dengan perlahan.
"Ayo di ulang-ulang terus dua huruf ini biar tidak kaku lagi," ucap Ratih.
Ratih mulai mengambil Iqro, ia mulai menuju kan satu huruf yang sama itu di Iqro tersebut.
"Ini?" Tanya Ratih.
"Alif."
"A, a, alif," ucap Ratih.
Lidiya mulai mengikuti ucapan Ratih, dan terus mengulangnya sehingga Lidiya tidak sulit lagi mengucapkannya.
Kini huruf ba mulai di baca oleh Lidiya, membaca terus berulang-ulang membuat dirinya menjadi bosan.
"Cukup sampai di sini, ini mau maghrib aku harus pulang," ucap Ratih ia mulai membereskan semuanya itu dan mulai pamit pergi.
Kini Lidiya mulai pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian nya itu menatap dirinya di cermin sembari tersenyum.
"Enak sekali ya jika aku pergi jalan-jalan malam ini," ucapnya sembari menyisir rambut panjangnya itu.
Ratih mulai pergi Masjid dan mulai membereskan semua tempat, tempat solat dan sekolah yang ia dirikan itu.
Dengan cepat dan siggap ia mengerjakan itu, berpacu dengan waktu walau tubuhnya lemah ia memaksakan kehendaknya agar semua senang melihat Masjid bersih.
Setelah selesai membersihkan semua, ia mulai pergi untuk mengambil wudhu. Seorang muadzin mulai datang dan mengumandangkan adzan.
Ratih mulai duduk untuk berzikir dengan nata terbuka, suara adzan merdu membuatnya menjadi tenang mendengar hal itu.
Kini senyuman yang sebenarnya muncul di wajah cantiknya dengan memakai melemah bersama putih menambah kesan cantik saat melihat dirinya senyum dalam hitungan tiga menit ia bertahan senyum tanpa ada beban pikiran.
Setelah itu Ratih hanya menunjukan wajah dinginnya itu sembari mengaggungkan nama-nama Allah SWT.
Ketika selesai solat maghrib ia mulai membereskan mukenah berantakan di lemari sembari menunggu kedatangan semua murid-muridnya untuk belajar mengaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...