37.SHDC«» ada apa?

183 24 0
                                    


Assalamualaikum semuanya, jangan lupa tinggalkan jejak ya berupa vote dan komentar makasih

Jika ingin memberikan saran/krisar silahkan ya

Jika ingin memberikan saran/krisar silahkan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kantin pondok santriwati luas, begitu bersih. Layaknya restoran tempat yang nyaman untuk duduk memakan makanan yang di pesan, setiap penjual berbentuk garis segi empat di tengah-tengahnya ada meja makan.

Ratih mulai mengantri membeli roti, serta minuman hangat untuk Fania dan dirinya. Tidak lupa juga ia membeli bakso yang sudah ia bawa wadah mangkok.

Setelah selesai ia kembali ke kamar, Alena tidak mengatakan hal banyak kepada Ratih makan berdampingan tanpa mengucapkan sesuatu.

Ratih mulai terdiam ketika memakan satu suap baksonya itu sesekali ia menatap Alena yang bersikap dingin.

"Kenapa dia seperti dingin sikapnya? Apakah ada hal yang ku perbuat sehingga ia kesal?" Batin Ratih.

Alena memakan tanpa menatap Ratih, fokus kepada makananya saja. "Alena, apakah rasanya sangat enak?" Tanya Ratih membuka sebuah topik pembicaraan.

Alena mengabaikan ucapan Ratih. "Alena, apakah kamu mau baksonya?" Tawar Ratih.

Alena mengelengkan kepalanya itu. "Apakah kamu marah kepadaku? Apa kesalahanku?" Tanya Ratih.

"Mood ku tidak baik sekarang," jawab Alena.

"Biasanya, mood kembali normal kita jalan-jalan yuk," ajak Ratih.

"Besok saja, sekarang aku malas," ketus Alena.

"Benarkah, kamu tidak marah? Terlihat sekali kamu seperti menahan kekecewaan dan kesal?" Tanya Ratih selain lagi.

"Sudah ku bilang bukan? Kenapa cerewet sekali?" Kesal Alena selesai memakan sembari meninggalkan uang untuk Ratih dan memasuki kamar.

Ratih hanya terdiam melihat perubahan sikap Alena. "Apakah dia melihat Kak Raihan melamar ku? Setahuku dia menyukai Kak Raihan," lirih Ratih.

Ratih meminum sesuatu. "Kenapa terulang kembali, aku menyukai orang dan temanku menyukainya juga sekarang Kak Raihan, sekarang Alena sahabatku dia menyukai Kak Raihan," lirih Ratih menyelesaikan makannya itu.

Di sisi lain Gus Ikhsan mengangkat kopernya itu dan mulai keluar kamar sembari membawa koper dengan pakaian rapi menuruti tangga.

Tatapan tajam kini terlihat dari bawah menatap Gus Ikhsan melangkah menuruni tangga dengan wajah dinginnya. "Tunggu, kamu kau ke Abi bukan?" Tanya dingin Abah Azizi.

Langkahan kaki Gus Ikhsan berhenti tepat di hadapan Ayahnya itu menatap Ayahnya dengan tatapan sendu. "Ke mana hatimu Ikhsan? Di mana kemanusiaan mu, lihatlah Fania dia sendirian di Jawa Tengah ini kamu meninggalkannya begitu saja di rumah sakit, dia sedang sakit," ucap Abah Azizi.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang