19. SHDC »« Gila?

306 51 9
                                    

Assalamualaikum

Kalau ada typo kasih tahu ya

Tinggalkan jejak juga kalau suka story ini makasih banyak

Semua orang mulai berantusias mendengar jawaban dari Gus Ikhsan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua orang mulai berantusias mendengar jawaban dari Gus Ikhsan.

   Gus Ikhsan mulai mendukkan kepalanya itu dan mulai bingung harus mengatakan apa.

  Fania mulai tersenyum dari kejauhan sembari menangis. "Lihatlah Gus Ikhsan, kamu tidak akan berani mengucapkan hal yang tadi di depan orang banyak," batin Fania.

"Aku harus mengatakannya, jika tidak masalahnya akan bertambah rumit," batin Gus Ikhsan.

   Ayah Fania memberikan minuman untuk Gus Ikhsan agar ia tenang. Gus Ikhsan mulai mengambilnya dan menatap Ayah Fania.

"Maaf Pak, saya sudah mengatakan semuanya dengan jelas kepada anak bapak, apakah aku harus mengatakan di sini juga?" Tanya polos Gus Ikhsan.

"Tentu."

  Gus Ikhsan mulai memalingkan wajahnya itu. "Saya sudah mengatakan tujuanku kepada Abahku sendiri, dia menolak keinginanku akan tapi dia luluh juga. Abah menyarankan untuk berbicara langsung kepada kalian, aku tidak tahu kalian mempersiapkan ini semua, padahal--"

"Padahal apa?" Tanya tegas Ayah Fania.

"Saya ingin berbicara bahwasannya saya menolak lamaran ini, saya belum mau menikah apa lagi dengan Fania, saya mencintai wanita lain," jelas tegas Gus Ikhsan.

  Semua orang mulai membulatkan bola matanya dengan sempurna mendengar ucapan Gus Ikhsan.

   Ada yang mulai menahan tawa sembari menggelengkan kepala dan ada juga merasa sendih.

"Saya harap bapak mengerti apa yang saya sampaikan, memang benar mencintai tidak harus memiliki akan tapi saya ingin berusaha terlebih dahulu, saya juga ingin mencapai impian saya juga. Permisi assalamualaikum," ucap Gus Ikhsan hampir meraih tangan Ayah Fania untuk mencium tangan.

  Tangan Ayah Fania menolak tangan Gus Ikhsan, Gus Ikhsan mulai pergi tanpa mencium tangan Ayah Fania.

"Mau di taruh mana mukaku ini?" Batin Ayah Fania.

"Firman, jangan berkecil hati anakmu itu cantik pasti mendapatkan jodoh yang baik, next time. Lihat dulu situasinya posisi di terima apa tidaknya atau mungkin lamaran orang saling suka seperti laki-laki melamar anakmu baru kamu mengadakan seperti ini jika mengundang kami lamaran di tolak malu sendiri kan," tandasnya.

"Benar kata Pak Tomi, lihat situasinya dan kondisinya jadinya kamu membuang-buang waktu kami kan karena kamu datang ke sini melihat penolakan bukan kebahagian tapi. Kami merasa sedih atas penolakan itu," sambung seorang lelaki.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang