71. SHDC»« Fania

132 24 4
                                    

Assalamualaikum

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, berupa vote dan komentarnya.

  Menemukan typo? Bilang ya makasih 🙂🙏🏻

  Menemukan typo? Bilang ya makasih 🙂🙏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Akhirnya Ikhsan mulai mengetik sesuatu.

"Hey kenapa kau memasuki kamar ku? Tidak sopan jika tidak ada pemiliknya kau memasukinya."

  Fania hanya membaca pesan dari Ikhsan karena ia asik melihat-lihat kamar Ikhsan sampai matanya tertuju pada satu kotak di atas lemari pakaian. "Apa itu? Aku akan menghancurkan barang apa saja yang berhubungan dengan wanita itu!" gumam Fania.

    Fania mengambil kotak tersebut dengan susah payah, ia membukanya dengan perlahan kotak berukuran sedang berwana hitam pekat itu.

  Senyumannya terlihat ketika melihat bingkai foto berukuran dua R, itu. "Hem dia sangat tampan sekali waktu kecil, apa ini ibunya? Kenapa foto ini di taro di dalam kotak? Seharusnya dia memajangnya!"

Bingkai berukuran sedang kini menarik perhatiannya, ia menatap anak kecil yang di gendong oleh ibunya Ikhsan, wanita yang sama dengan foto Ikhsan. Sedangkan Abah memangku Ikhsan. Wanita yang cantik berhijab di samping Abahnya memegang pipi Ikhsan. "Kenapa wanita ini dekat dengan Abah Ikhsan?"

  Posisi foto tersebut, Abah duduk, ada dua perempuan sebelah kiri dan kanan. "Apa Abah punya istri dua?"

   Seorang wanita membuka pintu dengan tiba-tiba, membuat Fania terkejut sampai bingkai itu jatuh.

Prang ...

"Fania? Kau, di sini. Ngapain?" Kak Nabila menatap bingkai yang terjatuh, itu. Dengan tatapan kesal.

"Hey, kau merusak barang orang lain!" Nabila mulai berjongkok menatap intens foto tersebut.

"Ada dua wanita di situ, siapa dia kak?" tanya Fania.

"Apa urusannya dengan mu? Pergilah, berani sekali kamu membuka barang milik orang lain!"

  Fania menunduk dengan wajah yang menahan kesal. "Ikhsan menyimpan foto ini? Ada apa dengan anak itu!"

Fania mulai berjongkok berniat membersihkan pecahan tersebut sebelum keluar kamar. "Pergilah, biar aku saja. Tujuan mu ke kamar ini untuk apa?"

  "Aku mengambil buku ini kak?" gugupnya mengambil buku di atas meja dengan keringat yang mulai keluar.

"Pergilah!"

  Fania keluar membawa buku tersebut, terlihat begitu jelas wajahnya kesal melihat sikap dari kakaknya Ikhsan.

  Nabila mulai membereskan pecahan itu dengan sapu kecil, di rasa sudah mulai bersih ia mengambil foto tersebut dengan tatapan kebencian. "Aish melihatnya rasanya ingin merobek mulutnya itu, hey tangan mu rasanya aku ingin mematahkannya!"

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang