70.SHDC«» lanjutannya

122 22 3
                                    

 Assalamualaikum

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, berupa vote dan komentarnya.

  Menemukan typo? Bilang ya makasih 🙂🙏🏻

Ratih terdiam mendengar ucapan Nenek tersebut begitupun dengan Ikhsan diam membeku mencerna setiap cerita yang ia dengar. "Dari sini saja, sudah bisa menyimpulkan sesuatu, apa itu alasannya sehingga Ratih di titipkan di pondok sejak kecil? Sungguh alasan itu tidak di benarkan!" Batin Ikhsan.

"Apakah aku anak yang tidak di inginkan?" Tanya Ratih dengan ragu dengan tubuh yang ber gemetar.

"Mungkin, maksudnya adalah Non hadir di waktu yang tidak tepat," jawab Nenek.

"Anak-" nenek tidak melanjutkan ucapannya itu menatap kode dari Ikhsan mengisyaratkan untuk dirinya tidak melanjutkan ucapannya itu.

"Itu sudah takdir Nenek, menurut mereka waktu yang tidak tepat, atau pun tepat akan sama saja. Jika sudah waktunya dan sudah takdirnya seperti itu lalu harus bagaimana? Apa terus membenci atau bahkan memusuhi anaknya sendiri terus menerus? Tidak kan?! Seorang anak tidak bisa memilih hadirnya di rahim siapa, siapanya. Entah apa yang mereka pikirkan tapi ini sudah terlanjur," potong Ikhsan.

"Maksud Gus, inti dari ini adalah aku hadir ketika mereka belum siap untuk menjadi orang tua? Lalu kenapa, mereka berhubungan tanpa pengaman? Jika-" Ratih terdiam tidak melanjutkan ucapannya itu, mulutnya begitu kaku dengan air mata yang ia tahan itu.

  "Ratih, sudah ya. Tidak perlu melanjutkan pencariannya sudah cukup membuktikan bukan?"

  "Iya nak, kalian sangat pintar dalam memahami. Maafkan Nenek nak, faktanya memang kamu anak haram, usia ibumu dan ayahmu masih sangat muda bahkan ibumu seorang model terkenal karirnya hancur karena ia sering mual, pucat, terlihat tidak menarik, tubuhnya mulai berisi dia di pecat dari agensinya. Di situlah ibumu tidak menyukai mu,"  ucap Nenek.

  Ratih menatap Ikhsan dengan harapan, semua yang di ucapkan itu adalah salah. Ikhsan membalas tatapan Ratih dengan tatapan yang sendu. "Apa aku bisa bertemu dengannya?" Ratih menunduk seolah-olah ia tahu jawaban apa yang akan di lontarkan dari Nenek.

"Aku tidak tahu nak, dia di mana," jawab Nenek.

  Ratih hanya bisa menghela nafas yang begitu panjang terus menunduk perlahan-lahan air matanya keluar tanpa ia sadari. "Pasti ada harapan, Ratih. Tapi jika kau tidak mengingkari sekali bertemu jangan di lanjutkan," ucap Ikhsan.

"Tidak mungkin seorang anak tidak mau bertemu dengan ibunya Gus Ikhsan."

   Ikhsan meraih minum di atas meja dan memberikannya kepada Ratih. "Minumlah dulu," pintanya.

  "Mau aku tidak di inginkan, mau aku di usir mereka tetap keluarga ku. Bantu aku mencari mereka, apa Gus Ikhsan sudi membantuku? Untuk terakhir kalinya Gus," ucap Ratih yang masih menunduk.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang