Assalamualaikum semuanya
Ada typo, atau mau krisar silahkan ya terima kasih 🙏
Seorang perempuan menatap Ratih yang bertasbih dengan kekesalan di wajahnya itu.
Rumah mewah dan luas itu membuat Ratih lelah membersihkan rumah, Ratih hanya bisa memaksakan dirinya sendiri untuk melakukan pekerjaannya walau tubuhnya kelelahan.
"Heh lama sekali menyapunya ayo kerjakan cepat, kamu harus memasak dan menyapu ruangan lain, jangan lupa menyapu halaman dan bersihkan itu!" Pinta Jasmine majikan Ratih.
Ratih menganggukan kepalanya itu dan mulai bergegas menyapu dengan cepat.
Kini ia mulai menyapu di kamar majikan dan anaknya itu sampai di bawah tempat tidur dan kolom-kolom lainnya.
Setelah selesai menyapu semua ruangan, mengepel ia mulai duduk di lantai tepatnya di dapur, mengelap keringatnya itu dengan telapak tangan yang bersih itu.
Kini ia merasa sangat lelah ketika melakukan pekerjaan rumah. "Betapa lemah nya diriku ini, baru saja menyapu, mengepel belum melakukan separuhnya, penyakitku sudah sangat parah sekali ya? Sampai aku tidak boleh kelelahan, tapi aku harus melakukan ini demi mendapatkan uang," ucap Ratih
Seorang wanita memakai dress berwarna biru langit dengan celana pendek berdiri tegak di depan pintu kamarnya dengan wajah yang kesal.
"Heh cupu, kenapa lemas begitu? Bisa kerja tidak?!" Kesal wanita tersebut.
Ratih mulai menoleh ke belakang menatap wanita tersebut anaknya Jasmine. "Heran sekali dengan Mama, kenapa cari pembantu muda tapi lemah begini?!" Gumamnya.
Jasmine mulai keluar kamar dengan menggunakan masker wajah. "Ada apa ribut-ribut, Mama lagi pakai masker nanti retak diam!"
Dia adalah Lidiya Putriana Jamineathe, anak yang berumur empat belas tahun.
Kini Jasmine ibunda Lidiya mulai masuk ke kamar kembali. "Ini orang yang saat itu tidur di Mushola yang pules sekali, memang dasarnya orang miskin si jadinya dia kerja jadi pembantu, semoga saja tidak harus berurusan lagi sama lelaki itu," batin Lidiya.
Kulit bersih dan halus Lidiya membuat dirinya harus terhindar dari pekerjaan rumah karena ia berpikir melakukan pekerjaan rumah akan membuat kulitnya kusam, keriput dan perawatannya sia-sia.
Ratih mulai melanjutkan pekerjaannya di dapur ia mulai membersihkan dapur, memasak, dan membersihkan semua peralatan yang ada di dapur.
Sesekali ia mencari cela untuk beristirahat duduk mengatur nafas dan meminum segelas air putih.
Lagi-lagi Lidiya mulai menatap Ratih seakan-akan menjadi mata-mata untuk Ratih dengan sorotan mata yang sangat menyeramkan.
"Malah bersantai lagi? Heh kamu ini di sini kerja bukan bersantai duduk, minum air begitu lihat itu cucian piring itu kotor banyak," omelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...