Assalamualaikum semuanya
Jangan lupa vote dan komentar ya
Jika menemukan typo koreksi ya.Gus Ikhsan mulai terlelap tidur dengan sangat pulas di jam setengah sembilan pagi.
Seorang lelaki mulai duduk di atas tempat tidur dengan wajah yang begitu kesal menahan amarahnya begitu mendalam.
"Aku tidak mungkin melalukan manipulasi," ucapnya.
Dring ... dring
Lelaki itu mulai menatap ponselnya terdapat sebuah nama Firman di layar tersebut.
"Sudah ku duga dia akan menelpon," ucapnya.
Abah Gus Ikhsan mulai menjawab telpon itu dengan sebuah pesan.
Ikhsan akan datang untuk menjawab lamaran itu, aku mengharapkan sesuatu darimu yaitu. Jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin akan terjadi harus lapang dada.
Abah mulai mematikan ponselnya itu dan mulai duduk di depan meja yang berisi berbagai kitab.
Ia mulai terdiam menatap buku yang ada di hadapannya itu. "Aku pernah gagal pendapat kan beasiswa kuliah di luar Negeri akan tapi ketika aku menikah dengannya aku di biayai untuk kuliah di luar Negeri, banyak hal buruk ku lalu ketika liburan pondok, kesulitan, aku menginginkan Ikhsan tidak boleh mengalami hal itu, makanya aku mendidik dia dengan keras agar dia mau belajar banyak hal," ucapnya.
Hembusan nafasnya mulai berat ketika ia mulai mendukkan kepala itu. "Memang ku sadari satu hal, aku begitu mengkangnya begitu keras membuatnya merasa lelah, dia sudah dewasa Azizi. Dia sudah dewasa dia sudah bisa mengerti apa yang terbaik untuknya, tapi pengorbanan mencari uang dan membangun pabrik itu akan sia-sia karena Firman akan mencabut sahamnya itu sedangkan sahamnya begitu besar hancur sudah."
"Setidaknya aku sudah menyadari ku mengkengkanya begitu erat, tapi aku tidak mengizinkan dia menikah dengan wanita seperti Ratih atau derajatnya lebih rendah."
Bragh
Ia mulai mengebrag kursi di dalam posisi berdiri. "Aku tidak mungkin membiarkan hal itu, aku harus menikahkan dia sederajat dengan Ikhsan!" Kesalnya.
Ia mulai duduk di atas tempat tidurnya dengan mengatur nafasnya itu.
Di sisi lain
Ratih yang tidak pernah mengenal lelah ia membersihkan Masjid dengan rasa bersyukur di dalam benaknya itu.
Ketika sudah selesai ia mulai pergi melangkahkan kaki keluar dari Masjid untuk pergi ke suatu tempat.
Dalam langkahnya kaki itu, mulutnya tidak pernah berhenti untuk muroja'ah.
Ia mulai duduk di suatu tempat, di mana hanya ada kesunyian di saung sawah, ia mulai memandangi sawah di bawah terik matahari begitu menyengat.
Mulutnya tidak berhenti membaca Al Qur'an dengan hati yang bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...