72.SHDC »« terbongkar?

151 23 1
                                    

 Assalamualaikum semuanya

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

Jangan heran jika ada typo bertebaran 😭🙏 tinggalkan jejak ya

Seorang wanita berjilbab navy duduk dengan senyuman yang terukir di wajahnya, menatap dirinya di bayangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang wanita berjilbab navy duduk dengan senyuman yang terukir di wajahnya, menatap dirinya di bayangan. Betapa bahagianya hari ini, hatinya berbunga-bunga dan detak jantungnya berdetak dengan kencang.

"Aku tidak sabar melihatnya," ucapnya.

   Flash back on

Ratih menemui nenek di rumahnya, dengan harapan yang masih sama. "Assalamualaikum nenek," ucapnya sembari mengetuk pintu dengan perlahan.

  Nenek membukanya sembari menjawab salam Ratih, mempersilahkan Ratih masuk bersama Ikhsan. "Katakan Nenek apa ada sesuatu hal yang penting?"

   Nenek tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Dua hari yang lalu Nenek bertemu dengan ibumu, hari ini dia ke sini. Dan mau bertemu dengan mu nak, apa kau mau?"

"Hari ini? Memangnya Nenek mengatakan apa saja?" tanya Ratih dengan semangat.

"Dua hari yang lalu, nenek menjelaskan apa yang kamu alami, tapi awalnya--"

Nenek terhenti menatap Gus Ikhsan yang menggelengkan kepalanya itu dengan perlahan. "Ada apa?" Isyarat Gus Ikhsan membuat Nenek terhenti tidak melanjutkan ucapannya itu.

"Ah iya, Nak Ikhsan pernah bilang jangan membuatnya terpuruk," batin Nenek.

"Apa Ibuku, tidak mau menerima ku? Awalnya?" tebak Ratih.

"Awalnya dia menolak berbicara nak, karena dia sedang ada keperluan. Maka dari itu dia hampir menolak ajakan Nenek untuk berbicara tapi akhirnya dia mau dengan terpaksa," ucap Nenek.

"Maafkan aku sayang, memang benar ibumu menolak keberadaan mu tapi entah kenapa dia mau menemui mu hari ini. Ini pertanda yang baik atau yang buruk? Nenek pun tidak tahu, kata-nya sangat menyakitkan nak, dia tidak menginginkan kamu hidup bersamanya nak, walau pun kamu darah dagingnya bahkan anak pertama kamu sungguh tidak di inginkan," batin Nenek. 

   Ratih menatap intens mata Nenek yang asik melamun itu, Ratih tersenyum tipis melihat Nenek melamun. "Apa dia menutupi sesuatu dari ku? Sehingga dia melamun untuk mencari alasan dan menutupi sebuah kebenaran? Berhentilah berbicara hal yang menyakitkan Ratih," lirih Ratih.

"Temuilah dia nak, apa kamu siap? Jika tidak sesuai dengan keinginan mu?"

"Iya, tidak apa-apa Nenek." Ratih tersenyum dengan tulus menatap Nenek.

"Terima kasih ya Allah sudah memberi jalan tanpa ku duga sebelumnya, apa pun yang terjadi nanti. Aku akan menerimanya. Mau dia menerima ku atau tidak setidaknya aku melihatnya dan mengetahui apa alasannya," batin Ratih.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang