AssalamualaikumJangan lupa tinggalkan jejaknya ya, berupa vote dan komentarnya.
Menemukan typo? Bilang ya makasih 🙂🙏🏻
Dalam perjalanan menuju perumahan Mawar, sesampainya di sebuah rumah berukuran begitu besar membuat Ratih menatap rumah tersebut dengan raut wajah yang sulit di artikan.Rumah dengan lantai tiga bernuansa putih gading dengan gerbang yang begitu tinggi dengan adanya satpam berdiri tegak di depan gerbang.
Ratih hanya bisa menelan ludahnya itu menatap rumah besar itu, Gus Ikhsan menatap sekeliling rumah besar itu. "Rumah sebesar ini apa tidak salah?" gumam Gus Ikhsan menatap kertas berisi alamat dan mulai mencocokkan alamat tersebut.
Gus Ikhsan menekan bel tersebut muncullah satpam menatap dari bawah ke atas dengan tatapan yang tidak suka kepada Ratih dan Gus Ikhsan.
"Pak izin bertanya apa alamat ini tahu tidak, kira-kira di mana ya?" Gus Ikhsan memberikan kertas di sela-sela gerbang tersebut kepada satpam lalu ia membuka gerbang sedikit.
"Apa kau buta tuan, jelas-jelas ini alamatnya. Kenapa bertanya? Apa kau tidak lihat papan bertulis itu hah?"
Ratih di belakang Gus Ikhsan tidak berani untuk berbicara dengan satpam yang terlihat wajah yang galak. "Apa benar ini kediaman Nyonya Lenata?"
Tin ... Tin
"Hey, buka gerbangnya!" teriak salah satu wanita di dalam mobil dengan segera satpam membuka gerbang tersebut Gus Ikhsan dan Ratih mulai menepi menatap keluarnya mobil Ferrari.
"Hey pengemis, jangan memasuki ke kediaman ku. Di sini perumahan elit jangan mengotori perumahan elit dengan gelandangan seperti kalian!" teriaknya sembari membuka kaca mobil menatap Gus Ikhsan dengan sinis.
Ratih diam mematung menatap wanita tersebut. Wanita berpakaian terbuka dengan rambut yang tergerai dengan make up yang sedikit menor bibirnya berwarna merah merona dengan alis yang sedikit tebal.
"Hey apa kau tidak pernah melihat wanita cantik hah?" Tanyanya sembari menebarkan uang menunjuk ke arah Ratih.
"Ambil uangnya jangan buat marah nyonya kami," bisik satpam kepada Ratih. Ratih mengambil uang tersebut.
Dengan polosnya Ratih memberikan uang itu kembali kepada pemilik rumah tersebut. "Ini Tante uangnya jatuh," ucapnya dengan senyuman.
"Tante?" Menaikkan alis kanannya dengan wajah yang kesal.
"Itu untukmu gelandangan dan pergilah dari rumahku!"
Gus Ikhsan menarik kain lengan Ratih untuk mundur, Gus Ikhsan mulai tersenyum. "Apakah nyonya bernama Lenata?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomansaINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...