Assalamualaikum
Apa kabar?"Jadilah pembaca bijak, menjaga ketikan, menghargai penulis."
Maaf belum sempat² nulis akhir² ini minat ku, kurang setelah Hiatus, tapi udah mulai mencoba buat ga bosen nulis di wattpad, keasikan nulis antologi terbit 🥲
Sisa beberapa part lagi, jangan lupa komen, vote dan sharenya ya terima kasih
Di ruang pengantin pria,
Ikhsan tersenyum menatap kakaknya yang begitu tampan, menggunakan jas putih.Aroma bunga semerbak, wajah yang begitu ceria menunggu ijab qobul tiba, hiasan dinding berwarna hijau sage membuat sedikit mewah ruangan tersebut.
Di kelilingi bunga plastik menempel di dinding, meja hias di hiasi lampu mengelilingi kaca, serta sorot lampu terlihat di pojok dinding.
"Selamat Mas Raihan," ucapnya.
"Kenapa terburu-buru mengucapkan selamat?"
"Ada penerbangan dua jam lagi, harus sampai di bandara satu jam sebelum penerbangan," jawab Ikhsan.
"Kenapa kau memilih, pergi di saat hari bahagia ku?"
"Aku tidak sanggup, orang ku cintai menikah di hadapan ku, aku akan mencoba mengikhlaskannya," batin Ikhsan.
"Ikhsan jika kau tahu isi hatiku, kau akan memarahi ku, bahkan membenci ku, aku ragu untuk menikahi Ratih karena permintaan Abah Rizkiya yang memintaku menikahi anaknya," batin Raihan.
Mereka berdua kalut dengan pikiran masing-masing, suatu suara yang mampu membuat mereka berdua menoleh. "Kenapa datang?"
"Maksudnya apa Mas Faiz?" tanya heran Gus Ikhsan.
"Bukannya kamu mau pergi ke Kairo?"
"Iya mampir sebentar saja, Kak Tiara ke mana?"
"Ada apa mencarinya? Kau mau bicara apa?" selidiknya.
"Mas Faiz kenapa sinis seperti itu? Ada apa?" tanya pelan Habib Raihan.
"Muak sekali melihat orang berpura-pura, pergilah dengan selamat Ikhsan. Semoga samawa juga kau Rai, aku pamit keluar dulu," jawabnya pergi begitu saja.
Gus Ikhsan dan Habib Raihan hanya bisa melempar tatapan tanpa berbicara. "Mas aku pamit ya, bahagiakan dia," ucap Gus Ikhsan memeluk Habib Raihan.
Rasanya begitu sesak melihat persiapan sudah di depan matanya ini, tinggal menunggu calon pengantin wanita. "Ini hadiah ku, untuk mu," ucapnya sembari memberikan totebag berisi kotak hadiah.
Gus Ikhsan tersenyum kecut pergi melangkahkan kakinya dengan terburu-buru menuju mobil untuk pergi ke bandara.
Gedung sudah di hias sedemikian rupa, dengan makanan tersaji berbagai macam, serta dessert pun ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...