assalamualaikum silahkan yang ingin memberikan komen/kritikan di kolom komentar ya makasih dan jangan lupa votenya
Santriwati mulai terbangun dari tidur karena menjelang waktu solat dhuhur, Ratih yang sudah mandi dan memakai mukenah ia akan pergi ke Masjid bersama lainnya sebelum itu ia duduk yang bergelar sajadah mulai membaca Al Qur'an dengan suara yang hanya ia bisa dengar di telinganya itu.Alena mulai membaca buku, sembari mengunakan mukenah duduk di atas sajadah. "Ayo Ratih, Alena kita ke Masjid tenang masjid pisah dengan santri putra tentunya," ajak seorang wanita yang satu kamar.
Ratih mulai menutup Al Qur'anya itu dan pergi bersama yang lainnya menuju masjid.
Sesampainya di halaman Masjid sudah banyak santriwati yang sudah duduk di dalam masjid dengan berbagai aktifitas yang mereka lakukan ada yang mengobrol, mengaji, membaca kitab.
Mukenah berwarna putih semuanya, Ratih mulai duduk di barisan ke tujuh bersama Alena. Alena membawa buku ia mulai membacanya. Sedangkan Ratih duduk menatap sekeliling Masjid yang begitu mewah.
"Pondok elite, mewah sekali, ada hiasan kaligrafi yang tertempel dan di luar dinding ada rak buku serta rak lainnya. Lemari sajadah juga ada," batin Ratih.
Dinding berwana putih, dengan pendingin ruangan di dalam Masjid, lantai yang terbuat dari granit kaligrafi tertempel di dinding tersusun dengan rapi.
Rak-rak tertempel di dinding luar serta buku-buku dan kitab-kitab yang tersusun rapi di rak.
Di pojok kanan ada meja serta di sampainya ada lemari sajadah, serta mukenah. "Fungsi lemari sajadah untuk apa?" Batin Ratih.
Di belakang Ratih ada seseorang yang mulai bicara dengan temannya, tidak sengaja terdengar oleh Ratih. "Rak di itu khusus untuk tamu yang datang, seperti orang tua santriwati yang ingin solat bersama santriwati," ucapnya.
"Katakan Lina apakah kamu tidak mau tahu cucu dari pemilik pondok ini? Dia sangat tampan dan berwibawa walau pun terlihat sangat dingin, sayangnya dia lagi pulang ke rumahnya," ucapnya.
Ratih mulai menutup matanya lalu membuka kembali ia mulai berdzikir sembari menunggu adzan berkumandang.
"Ratih, setelah solat. Nanti kita makan siang habis itu akan ada guru yang datang untuk mengajari kita," bisik Alena.
Ratih hanya menganggukkan kepala tanpa berbicara, adzan berkumandang membuat Ratih terhenti berdzikir.
Setelah selesai adzan datanglah seorang lelaki pengurus pondok pesantren.
Setelah selesai solat, mereka semua kembali ke kamar lalu segera makan, makanan sudah tersedia di kotak makan di atas nampan depan kamar.
Menatap sekeliling berkumpul di depan kamar membuatnya teringat masa lalunya itu. "Betapa rindunya aku dengan pondok pesantren yang sudah membimbing diriku sampai sejauh ini, memang benar kehidupan terkadang pahit tapi pahit mengajarkan sesuatu yang baik," batin Ratih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...