Assalamualaikum jika ada typo, mau memberikan saran/masukan silahkan ya di terima dengan senang hati.Maaf membuat kalian tidak nyaman karena penulisan berantakan dan alurnya bikin rumit masih di tahap belajar belum sempurna tapi sebisa mungkin nulis dengan baik 🙏
Flash back kejadian sebelum Fania menemui Gus Ikhsan.
Fania duduk di belakang rumahnya dengan sorotan mata yang kosong berdiam tanpa berbicara, tangannya memegang gelas.
Bibi berumur lima puluh tahun yang sudah bekerja lama dengan keluarga Fania sangat kasihan melihat Fania. "Kasihan sekali Non, kenapa bisa berubah seperti ini? Bibi sudah semaksimal mungkin untuk merawatmu Fania, jika kebenaran di ungkap nanti bibi takut keadaanmu memburuk lebih buruk dari ini," batin Bibi berdiri di belakang Fania.
"Kenapa menatapnya?" Suara itu membuat Bibi menoleh ke belakang menatap tuannya.
Lelaki itu menghampiri Fania, ia duduk di samping Fania memegang bahu Fania membuat Fania terkejut. "Kenapa nak? Kamu seperti orang yang memiliki kepribadian ganda!"
Fania menoleh ke arah Ayahnya itu. "Maksud Papa?"
"Kamu terkadang marah, memberontak layaknya wanita gila. Lalu menjadi wanita yang normal kembali," ucap Papa Fania.
Fania terdiam dengan ucapan Ayahnya. "Maafkan Papa nak, Papa harus berbuat seperti ini. Agar Papa tidak malu dan mendapatkan simpati dari orang-orang agar mereka mau bekerja sama lagi dengan Papa, kejadian itu membuat Papa menjadi orang yang buruk di mata mereka, Papa harus menjadikan mu kambing hitam agar mereka simpati dan mereka mau bekerja sama lagi karena sebuah kasihan. Ya walau pun seperti tidak ada harga dirinya sama sekali tapi Papa tidak mau kehilangan harta ini," batin Papa Fania.
"Apakah kamu mau, mendapatkan semua yang kamu belum bisa dapat?" Tawar Papa.
"Apa?"
"Papa tahu, kamu masih menginginkan Ikhsan Nak. Jika kamu berjuang Papa yakin kamu berhasil," ucap Papa Fania.
"Tidak, aku tidak mau berjuang. Seorang wanita tidak mungkin mengejar lelaki sangat jauh dan dalam," tolak Fania.
"Apa kau yakin? Lelaki seperti Ikhsan itu, dia tidak bisa berjuang nak. Jika kamu benar-benar menyukainya dan kamu berjuang dekat terus dia pasti akan menyukaimu," ujar Papa.
"Harga diri wanita jauh lebih penting!"
"Lalu kemarin-kemarin kamu merengek untuk melakukan ini itu bukan termasuk perjuangan?"
"Aku adalah wanita bodoh melakukan itu, orang yang ku kejar tidak menghargai kehadiran diriku lalu aku harus mengejarnya kembali? Sungguh bodoh jika aku melakukan itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...