74. SHDC »« Lidiya

138 15 0
                                    

Assalamualaikum semuanya

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

Jangan heran jika ada typo bertebaran 🙂🙏 tinggalkan

Jangan heran jika ada typo bertebaran 🙂🙏 tinggalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa salahnya Mama, menemui ku hanya sekali saja. Apa benar aku anak haram?"

   Plak!

"Apa anak pondok itu, mulutnya seperti dirimu? Jaga mulutmu, aku tidak serendah itu!"

  Ratih hanya bisa memegang pipinya yang merah akibat tamparan keras dari Jasmine. "Lalu kenapa kau, seolah-olah membuang ku? Bukan menitipkan diriku?!"

"Apa kau begitu pintar, sampai tidak bisa membedakan mana menitip mana di buang hah?! Jika aku tega maka ku buang kau ke kolom jembatan, lihatlah dirimu. Dirimu masih hidup, jika aku tega ku bunuh kau sejak bayi!" kesalnya.

  "Aku menitip mu di pondok agar kau terjauh dari lingkungan yang tidak baik, bukan berarti Mama ini jahat kepadamu! Mama banting tulang, untuk menafkahi dirimu dan kau? Hanya memikirkan dirimu kebahagian dirimu saja!"

"Apa kamu memikirkan bagaimana diriku di sana?"

"Apa kau bodoh hah?! Tentu saja, mana ada seorang Ibu, tidak memikirkan anaknya. Apa pengorbanan Mama ini kau lupakan? Mama melahirkan kamu, menafkahi kamu, lalu kau bersikap seperti ini seakan-akan tidak menyukai bahwasannya kau ini anak ku!"

    Ratih terdiam menunduk, dengan wajah yang sedikit kesal. "Dengar Ratih, tidak semuanya bisa kau dapatkan. Apa bedanya memangnya? Di rawat Mama, dengan di rawat di pondok? Tidak ada bedanya hanya, beda. Tempat saja bersyukurlah Ratih. Kau ke sini hanya untuk berdebat dengan ibumu? Jika iya, maka pergilah anak tidak tahu diri." Setelah mengatakan itu Jasmine melangkah kan kakinya untuk pergi.

    Ratih hanya bisa menatap punggung Jasmine yang mulai jauh dari pandangannya. "Anak itu tidak mengejar ku? Jika tidak mengejar ku, bagaimana aku bisa mendapatkan semuanya jika anak itu tidak ikut dengan ku?" gumamnya. 

   Ratih mulai berlari menghampiri Jasmine memegang tangan Jasmine dengan erat. "Mama, kenapa kau tidak menyukai keberadaan ku?" Lirih Ratih.

  "Sabar Jasmine, jika kau marah dia benar-benar tidak akan ikut dengan ku, rencana ku akan gagal," batinnya.

"Sayang, Mama melakukan itu karena ingin menjauhkan dirimu dari lingkungan yang buruk, apa kau tidak lihat Lidiya? Mengaji saja tidak bisa, menutup auratnya dia tidak mau, bahkan kerjaannya motor-motoran, menghambur uang saja, Mama pusing harus menghadapi kalian berdua jika semuanya seperti itu," ucap Jasmine dengan nada selembut mungkin.

"Setidaknya Mama, menjenguk ku. Memberiku uang yang cukup agar aku tidak kesulitan," ucap Ratih.

"Apa kau pikir cari uang itu mudah? Mama juga kesusahan mencari uang, banyak-banyak bersyukur Ratih."

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang