44.SHDC »« Fania?

148 26 0
                                    

Assalamualaikum jika ada typo, mau memberikan saran/masukan silahkan ya di terima dengan senang hati.

Maaf membuat kalian tidak nyaman karena penulisan berantakan dan alurnya bikin rumit masih di tahap belajar belum sempurna tapi sebisa mungkin nulis dengan baik

Maaf membuat kalian tidak nyaman karena penulisan berantakan dan alurnya bikin rumit masih di tahap belajar belum sempurna tapi sebisa mungkin nulis dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Ratih menetaskan air matanya itu ucapan menyakitkan dari Fania masih terdengar jelas di telinga Ratih.

"Aku harus bagaimana ini? Kenapa engkau berikan aku pilihan seperti ini? Kak Raihan atau Gus Ikhsan, aku tidak mungkin menolak seorang pemilik pondok dan lelaki baik karena itu tidak di anjurkan menolak lamaran dari lelaki baik, sedangkan jika aku menolak Gus Ikhsan aku tidak bisa karena kau mencintainya tapi aku juga tidak mungkin menolak Kak Raihan," ucap Ratih.

"Apakah wanita gila seperti ku ini, pantas?"

   Suara Abah Jef tiba-tiba terdengar di telinga Ratih nasihatnya itu terdengar begitu nyaring membuatnya menghapus air matanya itu dan membasuh wajahnya itu.

  Ia keluar kamar mandi dan mulai pergi menuju tempat antrian, Yanah duduk di samping Ratih sedangkan. Gus Ikhsan duduk di belakang Yanah dan Ratih.

   Gus Ikhsan menatap sekeliling ruangan itu ada beberapa orang yang duduk mengantri.

"Dulu, tidak seramai ini. Masya Allah sekarang sudah banyak yang ke sini banyak yang mempercayainya," batin Gus Ikhsan.

  "Ya Allah, kenapa dia datang dia Aat aku masih terpuruk seperti ini," batin Ratih tubuhnya mulai bergemetar dan wajahnya pucat.

   Yanah menatap Ratih tangannya bergemetar dan kakinya. "Jangan tegang, di sana tidak akan di suntik," bisik Yanah.

"Aku sudah menemukan petunjuk tentang ke dua orang tuamu Ratih, cepatlah sembuh agar kita bisa pergi untuk menemui mereka, rasanya sangat geram melihat tingkah ke dua orang tua Ratih, kenapa mereka tidak menganggap Ratih sebagai anak. Di luaran sana masih banyak yang menginginkan anak kenapa mereka menjauhkan seorang anak yang sudah di titipkan di dirinya," batin Gus Ikhsan.

  Saat antrian nomor B33 itu terdengar Gus Ikhsan pergi duluan di lanjut dengan Ratih dan Yanah, karena Gus Ikhsan sangat penasaran serta ingin mempelajari ilmu psikolog.

Gus Ikhsan masuk ke dalam duluan serta Yanah, saat Ratih ingin masuk di tarik oleh Fania. Ratih reflek terkejut dan langsung meminta izin untuk ke toilet karena Fania ingin bicara.

    Mereka berdua kembali ke toilet. Fania menarik tangan Ratih dengan paksa dengan mengenggamnya begitu erat membuat Ratih kesakitan. "Fania pelan-pelan aku tidak akan pergi, jangan menarik paksa seperti ini," ucap Ratih.

Fania melepas tangan Ratih dan berjalan ke depan membuat Ratih mundur langkah demi langkah dengan ketakutan melihat wajah kesal Fania.

  Fania mengeluarkan benda tajam di sakunya itu. Yaitu pisau kecil yang tajam. "Ada apa? Apakah kamu ketakutan melihat pisau kecil ini? Ini pisau buah," ucap Fania dengan santainya ia bicara.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang