Assalamualaikum akhirnya bisa update jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca jika ada yang mau memberikan saran silahkan komentar.
Ratih menahan perih di lukanya itu, Azhar menjadi khawatir serta gugup. "Kenapa ini terjadi, kasihan Ratih," batin Azhar.Ratih mulai melirik ke belakang banyak barang koper, kardus berisi makanan dan sebagainya. "Kenapa dia membawa barang sebanyak ini? Turut bahagia jika seseorang di karunia oleh Jaish sayang kedua orang tuanya sampai usia mewujudkan impian dengan dukungan kedua orang tua," batin Ratih.
Sesampainya di apotik kini Azhar memasukinya membeli berbagai perlengkapan untuk mengobati luka Ratih.
Azhar duduk di samping Ratih dengan jarak satu langkah saja, duduk di tempat duduk di tempat yang ramai.
Ratih mulai di obati membersihkan luka dengan al kohol lalu di berikan obat merah setelah itu di baluri dengan perban berukuran kecil.
Azhar melakukan itu dengan baik walau pun Ratih tidak terlalu menyukainya. "Terima kasih maaf merepotkan sampai kamu melakukan ini," ucap Ratih.
"Tidak masalah, aku yang salah hemm. Kamu tinggal di mananya?" tanya Azhar.
Ratih mulai terdiam. "Sebenarnya aku tidak malu mengatakan aku tinggal sebagai marbot Masjid, akan tapi. Jika aku terlalu berbicara jujur orang akan simpati dan merasa kasihan kepada hidupku," batin Ratih.
Azhar mulai memalingkan wajahnya itu sembari menahan wajah yang malu. "Ahh, Azhar kenapa berbicara seperti itu dia jadi tidak menyukainya kan, aku harus memulai topik pembicaraan apa? Kenapa aku menjadi seperti orang yang tidak bisa bicara ya," batin Azhar.
"Aku pamit ya, karena aku juga ada perlu di sini."
"Tunggu, apa yang kamu lakukan? Meninggalkan mu itu tidak mungkin apa lagi dalam keadaan seperti ini, Ratih. Izinkan aku untuk mengantarmu pulang juga," ucap Azhar.
"Baiklah, tunggu di sini saja. Aku akan kembali jika sudah selesai," ucap Ratih.
Azhar mulai berdiri mengikuti Ratih. "Hoo tentu saja tidak, ini baru di obati Ratih. kamu akan pergi berbelanja bukan? Biarkan aku saja yang membawa belanjaan mu, pasti masih sakit jika membawa sesuatu barang di tanganmu," jelas Azhar.
Ratih menganggukkan kepalanya itu dan pergi ke toko buku. Kini ia membeli alat tulis, papan tulis berukuran kecil, penggaris, kertas origami berwana warni, serta gunting.
Azhar membawa barang milik Ratih. "Dia membeli ini untuk dirinya sendiri? Sangat kreatif ya barang-barang ini jika di buat sesuatu, pasti indah, jika aku bertanya padanya, dia akan tidak nyaman denganku," batin Azhar.
Ratih memasuki mobil taksi dan Azhar juga, ia mulai pergi bersama Ratih sesuai dengan petunjuk Ratih berikan.
Dalam perjalanan, begitu sepi dan hanya ada suara klakson saja. Tidak ada topik pembicaraan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...