65. SHDC »« Apa?

131 21 0
                                    

Assalamualaikum maaf baru update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamualaikum maaf baru update

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya

   "Ya sudah kak nanti aku beli untuk anak-anak," ucap Ratih.

   Tiara memposisikan dirinya seperti semula dan Ratih juga.

"Ada apa kau mengajak ku ke mari?"

"Apa kau yakin, mengizinkan ku menikahinya?"

"Untuk apa persetujuan ku? Tidak perlu meminta izin kepadaku!" tegasnya.

"Apa kau tidak memikirkan orang tuamu? Terutama Ayahmu?"

"Itu urusan ku!"

"Apa yang ada di dalam pikiranmu? Kebahagian mereka jauh lebih penting di bandingkan dengan kebahagian ku!" tegasnya.

"Lalu? Kau ingin di perbudak? Atau ingin bersandiwara setelah menikah?"

"Kebahagiaan akan datang, jika kita sudah menerima takdir tersebut tanpa adanya rasa bersalah. Cinta? Akan tumbuh dengan seiringnya berjalannya waktu," jawabnya.

"Aku yang tidak habis pikir kepadamu, jika kau mencintainya jangan pasrah seperti ini. Kau butuh kebahagian sesungguhnya tanpa terikat sebuah janji yang di lakukan terpaksa dengan hati yang berat."

"Apa yang kau katakan? Aku akan senang hati melakukannya karena permintaan ke dua orang tua kita jauh lebih penting."

  "Sudah ku katakan jangan membahas itu-itu saja, tolonglah. Ku mohon jangan di bahas sudah ku putuskan aku akan menikah dengan lelaki yang mencintaiku!"

"Cinta akan tumbuh seiringnya berjalan waktu, kasihani Ayahmu itu," sarkasnya.

"Apa kau tega menyakiti hatinya? Hah?!"

"Lebih baik menyakiti hatinya di bandingkan menyakiti hati ke dua orang tua kita, aku takut jika di lanjutkan membuat ku tidak dapat restu secara ikhlas dari mereka semua," jelasnya.

  Ratih dan Tiara hanya bisa diam dan memandang satu sama lain, mendengarkan perdebatan mereka yang begitu dekat dengan mejanya.

   "Apa kau gila hah?! Aku tidak mau, seandainya kau tidak melamarnya aku baik, baik saja menerima perjodohan ini Raihan!"

    Raihan? Ucapan itu mampu membuat Ratih terdiam, dengan berat hati dan tubuh yang mulai bergetar ia mulai menoleh ke belakang melihat siapa yang berdebat itu, apa Raihan calon suaminya atau bukan?

"Kak Raihan," lirih Ratih.

    "Apa dia benar kak Raihan?"

"Kak Raihan," panggil Ratih.

   Suara Ratih membuat mereka diam dan menoleh ke arahnya. Dengan wajah yang terkejut.

"Apa benar, kalian? Bicarakan tadi?"
tanya Ratih dengan tatapan kosong dengan suara yang bergetar.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang