assalamualaikum silahkan yang ingin memberikan komen/kritikan di kolom komentar ya makasih dan jangan lupa votenya
Alena belum menyadari Ratih mendengarkan ceramah itu ia hanya bisa terkekeh pelan dengan lelucon ceramah yang di berikan. "Dia, ustadz atau pelawak?" Lirih Alena yang terkekeh pelan.
"Suaranya begitu tidak asing di telingaku? Apakah aku pernah mendengarkan ceramah online?" Batin Ratih.
Ratih mulai penasaran ia mulai melirik ke telpon Alena dan matanya membulat dengan sempurna ketika melihat orang yang ia rindukan ada di depannya.
Alena menyadari hal itu ia mulai menoleh ke arah Ratih dengan wajah bingung, Ratih masih terdiam dan hanya bisa menatapnya. "Kenapa?"
Ratih masih terdiam, suara bayangan Fania mulai teringat oleh pikiran Ratih. "Kagum dan cinta adalah suatu hal yang berbeda tapi seiring kali di jadikan satu."
Ratih mulai menelan ludahnya dengan kasar, matanya mulai berkaca-kaca. "Apa kau menyukainya? Suaranya sangat lembut dan ceramahnya sangatlah bagus berkualitas," ucap Alena.
"Haaa iya, aku mendengarkanya tadi. Maaf aku lancang mengintipnya," ucap Ratih.
"Kenapa matamu berkaca-kaca seperti itu? Dia adalah Habib Raihan, dia di gemari banyak orang karena sudah sukses ceramah di online dengan sangat rajin mengajarkan dan menebarkan sebuah kebaikan aku sangat menyukainya-"
"Mana ada orang yang tidak menyukainya, hemm. Apakah kamu menyukai ceramah atau orangnya?" Goda Ratih.
"Hemm," ucap Alena yang tersipu malu.
Alena tidak sengaja mengscroll ke bawah membuat memutar vidio baru, siapa sangka orang yang sangat ia ingin melihat wajah dan suaranya kini terkabul.
Vidio Gus Ikhsan dan Habib Raihan. Alena menatap telponnya lalu melirik ke arah Ratih yang hanya diam menatap dengan mata yang berkaca-kaca. "Kenapa dia sangat bahagia? Dan dia juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, apakah dia mengenalnya?" Batin Alena.
"Hoo Ratih apakah kamu menyukai sebelah kanan atau kiri?" Goda Alena.
Ratih terdiam menatap telpon itu tanpa berbicara sedikit pun. "Rasanya begitu lega melihat Vidio itu, terima kasih ya Allah. Semoga mereka bahagia ini saja sudah lebih dari cukup," batin Ratih.
Alena mulai menepuk bahu Ratih dengan perlahan. "Kenapa Ratih?"
"Hemm, aku baru kali ini lihat vidio seperti itu," jawab Ratih.
"Apa kamu tidak punya telpon?"
Ratih tersenyum dan mengelengkan kepalanya dengan perlahan. "Apakah dia dari keluarga tidak mampu? Tapi kenapa bersama Pak Akhsan? Apakah dia bukan anak Pak Akhsan?" Batin Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...