assalamualaikum silahkan yang ingin memberikan komen/kritikan di kolom komentar ya makasih dan jangan lupa votenya
Fania mulai keluar dari mobil menatap pondok pesantren sudah berkembang dari bangunan sudah di perbarui dan tatapannya kini terlihat bahagia. "Selama kamu belum menikah aku akan mengganggumu, tapi jika sudah menikah dengan orang lain akan ku buat kau menceraikan jangan menikah dengan orang lain selain ku," lirih Fania berjalan memasuki pondok pesantren.
"Haa kenapa dia memiliki anak yang mudah di bohongi dan dia sedikit gila, tuan. Kenapa kau menyuruhku menjaga wanita gila ini? Memang aku mengusulkan ini tapi kenapa kau melibatkan aku dengannya," batin asisten pembantu muda Ayahnya Fania.
Fania mulai memasuki rumah Habib Makmur untuk sowan terlebih dahulu sembari membuah parsel buah.
Fania duduk menunggu Habib Makmur di ruang tunggu. Habib Makmur mulai menatap Fania dengan tatapan heran.
Fania mulai mengutarakan niatnya untuk silahturahmi. "Nak, cinta bukan segalanya," ucap Habib Makmur sembari meminum teh hangat yang sudah di sediakan.
Fania terdiam dengan Bi Areum di sampingnya. "Allah sudah menentukan jalan kita takdir kita, sebelum kita lahir Nak. Jodoh, umur sudah tertulis semuanya kenapa kamu khawatir?" Tanya Habib Makmur.
Fania menundukkan kepalanya itu. "Mau sekeras apa pun kamu berusaha jika bukan takdirnya itu akan sia-sia."
"Jika sia-sia, kenapa kita di minta untuk usaha?" Tanya Bi Areum.
Habib Makmur tersenyum. "Usaha itu memang di perlukan, kita tidak mungkin hanya berdoa saja. Tapi jika itu bukan takdir dan jalannya mungkin tidak akan sia-sia membuang waktu melainkan belajar dari sebuah kesalahan itu melangkah kembali. Jangan menyia-nyiakan sesuatu kebaikan yang hadir nak," ucap Habib Makmur.
"Aku tidak paham maksud Abah," jawab Fania.
"Carilah orang yang benar-benar mencintaimu jangan memaksakan kehendak mu kepada orang lain, jika orang itu menerimamu percayalah antara tulus atau hanya sekedar kasihan, bukannya bahagia bersama tapi akan ada kepedihan," jelas Habib Makmur.
BI Areum sedikit tidak menyukai ucapan Habib Makmur membuatnya meminta Fania untuk pergi bersamanya. "Non Fan, ayo kita harus pergi," bisik Bi Areum.
"Pergilah Nak, hidayah selalu datang. Tergantung manusia itu sendiri mau mengambil hidayah itu apa tidak, aku mengharapkan dirimu kuatkan hati dan iman mu nak, silahkan."
Fania mulai pamit untuk pergi menemui Gus Ikhsan.
Seorang lelaki duduk di balkon menatap buku pembukuan pondok pesantren. "Sampai kapan aku di jadikan boneka seperti ini? Maafkan aku ya Allah selalu mengeluh padamu, tapi aku juga harus belajar untuk kuliah ku," ucap Gus Ikhsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Harapan Dan Cinta
RomanceINI CERITA LANJUTAN DARI TANGISAN SANTRIWATI INI ADALAH SEASON 2 DARI STORY TERSEBUT. PASTIKAN KALIAN SUDAH MEMBACA STORY TANGISAN SANTRIWATI 1. Setelah Ratih keluar dari pondok pesantren yang membuatnya dididik untuk mandiri, kini ia mengharapkan...