56.SHDC«» kecewa?

171 20 0
                                    

Assalamualaikum semuanya

Ada typo? Saran/masukan silahkan ya di kolom komentar jangan lupa vote dan tinggalkan jejaknya.



Senyuman manis terlihat begitu jelas di wajah Gus Ikhsan yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan sayu.

Azhar yang terusik mulai menoleh menatap aneh Gus Ikhsan. "Ada apa?"

"Aku izin untuk tidur sebentar ya, aku sedikit pusing ingin beristirahat," ucap Gus Ikhsan.

"Berhentilah tersenyum dan menatapku seperti itu, aku lelaki normal ya aku tidak tertarik kepada lelaki," ucap Azhar.

"Ha? Aku juga lelaki normal aku masih menyukai wanita, izinkan aku tidak?"

"Hemm."

Gus Ikhsan menghampiri Azhar dan mengelus surai rambut Azhar membuat Azhar menatap tajam Gus Ikhsan.

"Hey, katanya kamu normal kenapa melakukan itu?"

"Hahaha aku hanya menggoda mu tuan," ucap Gus Ikhsan.

"Aish ... Bercanda mu tidak mengasikkan," ketus Azhar.

"Cup, cup, cup jangan cemberut seperti itu tuan, kau sangat jelek jika cemberut seperti itu!"

"Hey Ikhsan, aku geli mendengarnya pergilah tidur jangan ganggu diriku, geli sekali." Menggetarkan tubuhnya mengingat wajah geli dari Gus Ikhsan.

Gus Ikhsan mulai berbaring lalu berdoa sebelum tidur sembari menutup matanya. "Ahh aku sering pusing dan over thingking, bahkan bayangan kecelakaan dulu itu teringat kembali, di mana aku harus menjaga mataku dengan baik agar aku baik-baik saja semoga saja aku tidak pernah kecelakaan lagi jika itu terjadi entah apa yang terjadi di masa depan lagi soal mataku ini, sudahlah Ikhsan jalani kehidupanmu ini dengan lapang dada dan jalani itu semua dengan senyuman," batin Gus Ikhsan.

Sudah beberapa menit Gus Ikhsan terlelap tidur seorang wanita membuka pintu menatap Gus Ikhsan terlelap tidur. "Dia sudah lama tidur nak?"

"Ya Ummi, dia katanya pusing jadi istirahat," jawab Azhar.

Ummi tersenyum lalu menutup pintu kembali. "Nak Rizkiya, Ikhsan tidur. Dia pusing jadi nanti saja ngobrolnya," ucap Ummi.

"Apakah aku menginap saja? Agar aku bisa tahu apa yang terjadi? Aku harus memastikan semuanya benar aku tidak membiarkan Ikhsan pergi dari sini tanpa sebuah penjelasan yang detail," batin Rizkiya.

Ia tersenyum menganggukkan kepala dan izin pamit untuk pergi, sesampainya di kamar Ratih menatap Fania dan Ratih duduk sembari memakan bubur.

"Bukankah, mereka ribut? Kenapa akur?" Batin Rizkiya.

Secercah Harapan Dan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang