💕 LIMABELAS 💕

399 33 6
                                    

Aku melihat jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul enam pagi dan nggak ada yang bangunin aku untuk ibadah sholat subuh. " Astagfirullahal'azim, aku telat sholat subuh. " monolog ku.

Ku lihat mas Adithya masih tidur dan aku langsung membangunkannya. Tapi dia masih belum juga bangun. Aku nggak tahu semalam dia tidur jam berapa karena aku tidur duluan. " Mas,bangun. Kita terlambat sholat subuh. " bisik ku di telinga kirinya.

Akhirnya suami ku bangun juga dan dia membuka matanya sambil menguap lebar. " Jam berapa? "

" Jam enam pagi. Ayo bangun mas. Kita sholat subuh berjamaah. "

Aku turun lebih dahulu dari tempat tidur. Saat aku akan berjalan menuju kamar mandi, suami ku menarik tangan ku dan aku jatuh dalam pelukannya. Kemudia dia mencium bibir ku. " Kamu lupa? Morning kiss jangan pernah terlewat. "

" Morning kiss bisa nanti setelah sholat subuh kan mas. Ini kita sudah terlambat. Cepet bangun. "

Aku melepaskan pelukannya dan berjalan menuju kamar mandi untuk ambil air wudhu. Selesai ambil wudhu, aku menggelar sajadah milik ku dan suami ku mengarah kiblat. Sambil menunggu mas Adithya ambil wudhu, aku memakai mukena dan menjalankan sholat sunnah qobliyah berjumlah dua rakaat.

 Sambil menunggu mas Adithya ambil wudhu, aku memakai mukena dan menjalankan sholat sunnah qobliyah berjumlah dua rakaat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi Hanna dan Adithya sholat subuh

Mas Adithya menunggu ku selesai sholat sunnah qobliyah terlebih dahulu, baru setelah itu kita menjalankan ibadah sholat subuh berjamaah. Selesai sholat subuh, aku sholat sunnah Ba'diyah sementara suami ku selesai sholat langsung merapihkan alat sholatnya dan dia pergi keluar kamar meninggalkan ku sendirian.

Saat aku sedang merapihkan mukena dan sejadah, tiba-tiba bunyi ketukan pintu kamar dari luar.

" Siapa? " tanya ku dengan nada suara cukup keras.

" Permisi. Saya mau antar sarapan pagi untuk ibu Hanna. " jawab nya.

" Masuk saja. Pintunya nggak di kunci. " ujar ku.

Pintu terbuka dan aku bisa melihat seorang wanita berusia kurang lebih lima puluh tahun masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan yang berisikan makanan dan minuman. Dengan hati-hati, beliau menaruh nampan nya di meja nakas dekat tempat tidur. Kini aku bisa melihat apa saja makanan dan minuman yang di bawa oleh beliau.

" Perkenalkan saya ibu Meta. Asisten rumah tangga yang biasa mengurus kebutuhan nak Adithya selama tugas di rumah sakit bapak. " katanya memperkenalkan diri.

" Salam kenal ya bu Meta. Maaf merepotkan. " ucap ku dengan ramah.

" Sudah menjadi tugas saya untuk menyiapkan kebutuhannya dan sekarang ibu Hanna. "

" Iya. Kalau boleh tahu, ibu sudah berapa lama kerja di sini? " tanya ku.

" Sudah dua puluh empat tahun saya kerja di sini. " jawabnya dan aku cukup terkejut. Ternyata beliau lama juga kerja di rumah sakit milik papah.

" Kalau begitu saya pamit. Masih ada kerjaan yang lain yang harus diselesaikan. "

" Iya, bu. Terimakasih sudah di antar sarapannya. " lalu aku tersenyum.

Saat ibu Meta hendak keluar kamar, suami ku masuk dan menyapa asisten rumah tangga nya. Aku bisa melihat kedekatan mereka saat berbicara. Wajar saja, beliau sudah dua puluh empat tahun bekerja khususnya untuk suami ku. Selesai bicara, ibu Meta keluar dari kamar dan mas Adithya menghampiriku kemudian duduk disamping ku.

" Kamu sudah lihat sarapan nya? " tanya mas Adithya.

" Sudah. " jawab ku sambil ambil piring yang di tutupi oleh plastik wrap bening.

" Mas, mau makan nasi goreng? "

" Kamu nggak makan? "

" Makan. Tapi aku nggak habis. Porsinya telalu banyak. "

" Ya sudah. Mas makan juga. Tapi suapin ya. "

" Iya. Aku suapin makannya. "

Kami makan nasi groreng satu berdua dengan sendok yang sama. Pertama tentu saja suami ku, baru setelah nya aku. Begitu saja terus hingga habis nasi gorengnya. Setelah itu aku ambilkan gelas yang berisi air putih dan ku berikan padanya. Selesai minum, dia berikan kembali gelasnya pada ku dan aku menaruh gelasnya di nampan. Sementara aku mengambil gelas yang berisi jus apel.

" Agenda kamu hari ini apa? "

" Hari ini ada jadwal praktik jam sebelas  sampai jam lima sore. "

" Nggak bisa izin? Atau minta tolong Nadira untuk menggantikan kamu. "

" Ya nggak bisa lah mas. Kasihan pasien aku. Mas sendiri agenda hari ini apa? "

" Hari ini mas ada praktik dari jam sepuluh sampai jam satu siang. Lanjut ada 3 jadwal operasi. Operasi bypass, operasi kateterisasi dan operasi katup jantung."

" Kita hari ini sama-sama sibuk berarti. "

Tiba-tiba mas Adithya memeluk ku dari belakang " Kamu selesai praktik langsung ke sini lagi ya. Nggak usah pulang ke apartemen. "

" Lah gimana ceritanya. Aku pulang saja ke apartemen nanti. "

" Ke sini dulu ya. Baru nanti kita pulang bareng. " kata mas Adithya sambil mencium tengkuk leher ku.

" Geli mas. Iya. Iya. Demi bakti pada suami, aku turuti keinginan mas. " ujarku setengah hati.

Sambil mencium tengkuk leher ku, tangan mas Adithya mulai begerak kearah bukit gunung dan itu membuat ku merasa seperti tersengat listrik. " Mas, jangan seperti itu. Kita di rumah sakit. " protes ku.

Tapi bukannya berhenti malah semakin menjadi. Tangannya kali ini masuk ke dalam baju ku dan aku bisa merasakan tangannya yang hangat mulai menyentuh kembali bukit gunung kembar ku dan kali ini di keluarkannya dari tempatnya. Seluruh badan ku rasanya panas dingin saat suami ku memegang dan mencubit puncak dari gunung tersebut. Aku mendesah dan membuat suami ku semakin senang.

Saat sedang bercumbu mesra dengan suamiku, tiba-tiba aku merasa sesak nafas. Aku merasakan tangan dan kaki ku panas dan gatal. Ini ciri kalau alergi ku kumat. Tapi tadi aku hanya makan nasi goreng dan nggak ada bahan yang memicu alergi ku kambuh. Apa minyaknya bekas goreng bahan yang bikin aku alergi.

" Mas, berhenti dulu. " ucap ku pelan. Aku mulai pusing dan bersin.

Menyadari ada yang berbeda dari kondisi sebelumnya. Mas Adithya membalikan tubuh ku. " Kamu kenapa? "

" Alergi ku kambuh. " jawab ku sambil menggaruk tangan dan mulai terlihat ada ruam di kulit. Aku mulai merasakan hidung ku tersumbat, batuk dan mulai susah bicara.

Mendengar itu, mas Adithya meminta ku untuk duduk di atas tempat tidur. Kemudian dia mengambil tas ku dan mencari obatnya. Tapi dia nggak menemukannya. Sementara nafas ku semakin parah. Nafas ku mulai tersengal-sengal dan kepala ku semakin berat serta pusing. Ya Allah, aku lupa kalau obat alergi ku habis dan belum beli. Rasanya aku pengen nangis.

" Obat alergi kamu habis? " tanya mas Adithya.

" Iya. " jawab ku.

Mas Adithya keluar dari kamarnya dengan terburu-buru. Sementara aku berusaha untuk mengatur nafas ku. Nggak lama kemudian, suamiku kembali dengan membawa obat, perkakas kedokterannya dan di belakangnya ada seorang perawat laki-laki membawa tabung oksigen berukuran sedang

Di pasangkannya kanula atau selang hidung ke tabung oksigen. Kemudian mas Adithya menyuruh perawat itu untuk mengatur oksigen sesuai instruksinya. Setelah itu suami ku memakaikan kanulanya ke hidung ku. Lalu dia memeriksa kondisi ku . Mas Adithya meminta ku untuk meminum obat yang dia berikan dan istirahat tentunya.

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang