Ilustrasi ruangan tempat Hanna dan Adithya duduk bersama
" Mas, sudah. Jangan di terusin lagi. " kata ku berusaha meredam gairah suami ku.
" Kenapa? " tanya suami ku dengan suara serak di telinga kiri ku.
" Mas nggak lihat kita ada dimana. Lagian juga nggak enak sama ibu Meta. " jawab ku.
Mas Adithya langsung menghentikan cumbuannya dan menenangkan dirinya yang masih di landa gairah. " Astaga, maaf ya. Mas kalau sudah dekat kamu, bawaanya nggak tahan mau bermesraan. "
" Ternyata suami ku mesum juga. " ujar ku tersenyum dan aku mengecup bibirnya.
" Kalau mesum itu si Rizal. Dia suka nggak tahu tempat bermesraan sama sahabat kamu itu. "
" Semoga saja mas nggak mengikuti jejak mas Rizal. Setelah nanti buka segel, mas bisa tahan dan tahu tempat bermesraanya sama aku. "
" Belum buka segel saja sudah buat mas nggak tahan dan ketagihan. Apalagi sudah mas buka segel kamu. Bibir kamu itu candu banget buat mas. Gunung kembar kamu juga pas di telapak tangan mas. "
" Nggak usah di perjelas juga kali. Malu tahu aku nya. "
" Kenapa harus malu sayang. Sudah halal dan memang gunung kembar kamu itu pas di tangan mas. Nggak ada yang boleh menyentuhnya selain mas. Ini baru gunung kembar, gimana nanti kalau mas sentuh bagian hutan rimba kamu. Lalu mas masukkan burung perkutut nya ke hutan. Pasti kamu akan menjerit dan merasakan pelepasan yang katanya kenikmatan duniawi. "
" Pusing kepala aku dengar ucapan mas. Kita ganti topik pembahasannya gimana?. " kata ku sambil menggaruk kepala yang nggak gatal.
" Ya sudah. Kita ganti topiknya. "
Akhirnya kami membahas mengenai acara resepsi pernikahan yang tinggal menghitung hari. Undangan sudah di sebar sejak seminggu yang lalu. Sementara yang lain nya seperti tempat acara, catering, souvenir, make up, pakaian sudah siap semua. Tinggal dekorasi acara nanti akan di pasang satu hari sebelum acara berlangsung dan pengerjaanya malam hari.
Walaupun ada perubahan di akad nikah karena mas Adithya merasa takut kalau aku berubah pikiran dan membatalkannya. Sehingga dia diam-diam berdiskusi dengan pihak keluarga besar ku dan dia serta wedding organizer nya untuk memajukan prosesi akad nikah kami. Beruntung keluarga ku dan mas Adithya tetap mempertahankan jadwal resepsi sesuai dengan yang sudah di sepakati bersama. Kalau mereka mengikuti semua kemauan suamiku, pastinya pihak wedding organizer nya pasti kelabakan dan mundur perlahan.
" Mas, nanti setelah resepsi selesai kita langsung pulang kan? " tanya ku.
" Mau kamu gimana? " jawab mas Adithya lalu balik bertanya.
" Malah balik tanya. Ya aku nggak tahu lah mas. Nakhoda rumah tangga nya kan sekarang kamu. "
" Kita lihat saja nanti. " ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...