" Kamu hari ini jadi praktik? Jam berapa? " tanya mas Adithya sambil memakai sepatu kerja nya.
" Jadi. Nanti jam sepuluh jadwal praktiknya. "jawab ku.
" Jangan terlalu capek. Hari ini berapa pasien? " dia kembali bertanya.
" Dua tapi yang satu belum ada kabar lagi. " kali ini aku menjawab nya sambil memeluk lengan suami ku.
" Aku lagi pakai sepatu yang. Kalau kamu peluk begini susah jadi nya aku pakai sepatu. " protes suami ku.
Aku memasang wajah kesal padanya. " Jadi nggak boleh ya kalau istri peluk suaminya? Mas sudah nggak sayang lagi sama aku? "
" Bukan begitu sayang. Mas lagi pakai sepatu. Bentar lagi Restu datang. Nggak enak di lihat sama dia. "
" Ya sudah kalau begitu. Sana mas duduknya nggak usah deket-deket aku. Masa istri mau peluk saja nggak enak sama asisten. Kita ini sudah halal. Sudah suami istri. Kalau kita ciuman baru malu. "
Melihat ku yang semakin kesal mas Adithya langsung berhenti memakai sepatunya. Kemudian dia langsung mengangkat tubuhku ke dalam pangkuan nya sambil memeluk ku. " Kamu kenapa sih yang, beberapa hari ini manja banget sama mas? Mau nya di peluk terus. "
" Nggak boleh? Ya sudah nanti aku cari pria lain yang bersedia aku peluk. "
" Enak saja. Nggak ada yang boleh peluk kamu selain mas. Apalagi lawan jenis. Pikir dulu sebelum berbuat. Kalau ketahuan mas akan beri pelajaran. "
" Posesif nya keluar. Makanya kalau istrinya minta peluk ya jangan protes. Susah banget tinggal peluk istrinya. "
" Iya. Iya. Sekarang kan lagi di peluk. Hanya saja mas merasa kamu agak berbeda dari sebelumnya. Lebih manja, mau nya di perhatikan dan minta di peluk terus. "
" Itu tandanya aku sayang dan cinta sama mas. "
Tiba-tiba Restu datang dan langsung menyapa kami. Aku yang masih duduk dalam pangkuan suami ku pura-pura nggak lihat dia. Aku juga bingung sebenarnya. Beberapa hari ini bawaanya pengen deket terus sama mas Adithya. Kalau dia sibuk kerja aku suka sedih dan nangis karena rindu dan pengen di peluk oleh nya.
Pagi ini mas Adithya ada jadwal seminar di salah satu Universitas Swasta di Jakarta Selatan. Setelah itu lanjut rapat di rumah sakit. Siangnya ada jadwal operasi dua pasien. Setelah itu praktik hingga jam delapan malam. Begitulah aktivitas suami ku untuk hari ini. Mau protes tapi nggak bisa karena dia sudah di sumpah menjadi dokter dan ada tanggung jawab juga di rumah sakit milik papah.
" Sudah dulu ya pelukannya. Nanti malam di sambung lagi. " ujar suami ku.
Aku menggelengkan kepala ku. " Nggak mau mas. Aku masih pengen peluk mas. " kata ku sambil mengeratkan pelukan ke mas Adithya.
" Nanti mas terlambat sayang. Nanti malam di lanjutin lagi. Kalau perlu kita main lagi sampai kamu puas. Lagian kamu juga harus siap-siap. Katanya jam sepeluh ada praktik. "
Dengan enggan aku melepaskan pelukan ku pada nya. " Terserah mas saja. "
Setelah itu aku turun dari pangkuannya dan duduk kembali di atas sofa. " Restu, Mira mana? " tanya ku jutek.
" Sudah datang mbak. Masih di lobby. Sebentar lagi mungkin sampai ke sini. " jawab Restu.
" Aku berangkat ya. Kamu hati-hati. Kalau sudah selesai praktik langsung pulang. "
" Aku ada janji sama Nadira ke mall boleh nggak? Mau beli skincare sama belanja bulanan ke supermarket. Stok makanan seperti daging, sayuran, buah-buahan sudah menipis. "
" Boleh. Tapi untuk belanja bulanan nanti saja bareng mas. Jangan lupa beli skincare nya pakai uang mas. Ini sudah hampir satu bulan menikah tapi kartu kredit dan kartu atm dari mas untuk kamu belum juga di pakai. Padahal itu nafkah dari mas. "
" Aku masih punya uang mas. Jadi nanti saja di pakainya. "
" Mas tahu kamu punya uang sendri. Tapi kita sudah berumah tangga. Mas punya kewajiban memenuhi seluruh kebutuhan kamu. Lebih baik uang yang kamu punya kasih ke Bunda dan Tante Mila. Itu saran dari mas. "
" Bunda setiap bulan aku kasih kok mas. Kalau tante Mila nanti aku transfer. "
" Jangan lupa pakai itu kartu kredit atau kartu atm yang mas kasih ke kamu. Jangan hanya jadi pajangan di dompet. "
" Iya. Iya. Bawel ih suami aku. "
Mas Adithya pamit kepada ku bersama Restu. Sebelum pergi dia mencium kening ku. Setelah kepergian mereka, Mira datang dan aku langsung menyuruhnya untuk sarapan pagi. Sementara aku kembali ke kamar untuk ganti baju dan memoles wajah ku dengan bedak serta lipgloss agar terlihat lebih fresh tapi natural. Nggak lupa aku semprotkan parfum merek G****i ke area-area tertentu agar wangi nya nggak cepat hilang.
*****
Sampai di klinik aku langsung masuk ke dalam ruang praktik ku. Setelah itu Rengganis memberi informasi kalau mbak Ranti akan datang dengan pasangan nya yang bernama Rafi. Aku langsung diam sesaat saat asisten ku mengatakan nama Rafi. Tapi aku berpikir positif kalau Rafi yang di maksud ini bukan Rafi Hanifaldin Setiawan.
Jam sudah menunjukkan pukul Sepuluh aku menyuruh Rengganis untuk mempersilakan masuk pasien nya ke ruangan ku. Awalnya semua baik-baik saja. Mbak Ranti masuk ke dalam sendiri dan aku mempersilahkan dia untuk duduk. Setelah itu dia mengatakan kalau pasangan nya akan datang menyusul. Ada rasa ingin tahu dan bertanya pada nya kalau nama lengkap Rafi itu siapa. Tapi aku urungkan dan biarkan nanti aku lihat sendiri apakah yang di maksud Rafi di sini adalah orang lain atau memang Rafi yang ku kenal.
Sesi konseling pun di mulai. mbak Rianti mulai bercerita kembali mengenai masalah nya dan aku juga menanyakan bagaimana perkembangan hubungan dia dengan pasangan nya. Apa ada kemajuan ke arah baik atau malah sebaliknya semakin buruk. Ternyata dari ceritanya hubungan nya dengan tunangan nya semakin memburuk. Tapi yang aneh katanya saat dia meminta tunangan nya untuk ikut konsultasi ke sini, tunangannya bersedia dan terlihat senang. Aku menjadi curiga. Biasanya pasangan pasien yang di minta untuk ikut konseling ke psikolog ada penolakan di awal. Tapi ini nggak, malah terlihat senang.
Kecurigaan ku semakin nyata saat pintu ruangan praktik ku terbuka dan melihat sosok Rafi dengan jelas masuk ke dalam ruangan ku. Kemudian dia duduk di samping pasien ku sambil tersenyum. Aku kaget sekali dan sempat diam sesaat. Lalu dia memperkenalkan dirinya pada ku seakan-akan ini perkenalan awal bagi kami berdua. Di sini aku merasa bingung karena masalah yang terjadi pada pasien ku ini otamatis ada kaitannya sama aku. Wanita dari masa lalu Rafi itu adalah Hanna Kintani Putri Amalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...