Hampir setiap hari aku menerima chat dari Ranti yang isinya bikin aku capek. Apa dia nggak ada kerjaan sampai terus meneror dan mengancam akan membunuh ku. Padahal aku nggak pernah menghubungi Rafi. Tapi kenapa dia terus saja mengganggu kehidupan ku. Kalau aku mau egois bisa saja aku melaporkan dia ke pihak berwajib karena telah membuat ku mengalami keguguran. Tapi aku masih menghargai Rafi. Aku nggak mau sampai mereka berpisah hanya karena aku. Aku ingin pria yang pernah ku cintai, bahagia dengan pasangannya. Walaupun takdir terus mempertemukan kita namun harus menerima kenyataan kalau aku dan dia bukan untuk menjadi satu.Sebenarnya aku mau menanyakan pada Nadira bagaimana hasil konseling Rafi dan Ranti setelah di alihkan kepadanya. Namun aku mengurungkan niat ku karena aku tahu itu nggak di benarkan dalam kode etik psikologi. Tapi aku penasaran banget. Aku harus menghubungi sahabatku dan menanyakan apakah Ranti dan Rafi masih konsultasi dan melakukan konseling dengan nya. Soalnya nggak ada perubahan untuk hubungan mereka bahkan kalau di lihat dari isi chat Ranti ke aku seakan Rafi sudah nggak mau melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan dan dia selalu menyalahkan aku.
Mas Adithya nggak tahu kalau aku sering mendapat ancaman dari tunangannya Rafi. Aku nggak mau membebani dia karena aku tahu dia masih fokus dengan pekerjaanya yang padat. Seperti hari ini. Dia sudah berangkat kerja dari jam empat subuh karena ada acara seminar di Yogyakarta siang nanti. Awalnya aku di suruh ikut menemaninya. Tapi aku menolak karena masih ingin istirahat di rumah dan Nanti sore Bunda mau ke apartemen bersama Kinan.
Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Aku meminta Mira untuk bersiap karena mau belanja bulanan di Lotte Mart Gandaria City." Mir, Tolong siapkan mobil bapak saja. Saya mau nyetir sendiri. " ujar ku pada Mira.
" Bapak kan nggak mengizinkan mbak nyetir lagi setelah menikah. Nanti kalau Bapak tahu saya di omelin mbak. " kata nya.
" Kamu nggak usah bilang ke suami saya. Atasan kamu itu saya bukan Bapak Adithya. "
" Tapi yang gaji saya Bapak kan mbak. Kalau mbak mau belanja bulanan biar supir saja yang bawa mobil nya. Ibu duduk manis saja sama seperti saya. "
" Kamu ini makin ke sini makin nyebelin. Apa-apa harus laporan sama suami saya. Ya sudah terserah kamu saja. Saya mau ke kamar, ganti baju. " kesal ku.
Aku masuk ke dalam kamar dan segera ganti baju. Hari pakai baju kaos panjang berwarna pink dan rok panjang berwarna hitam. Sementara kerudungnya aku menggunakan pasmina berwarna hitam. Kemudian aku berhias diri dengan hanya menggunakan bedak tabur serta lip balm. Selesai berhias aku mengambil tas di atas meja lalu keluar dari kamar. Asisten ku sudah menunggu dan kami pun pamitan pada Ibu Meta sekalian mengambil list stok apa saja yang sudah habis di dalam kulkas maupun di lemari.
Sampai lobby apartemen, mobil sudah menunggu. Aku dan Mira langsung masuk ke dalam mobil. Kali ini supirnya beda lagi dari sebelumnya. Aku sampai bingung kenapa supir saja harus ganti beberapa kali? Memangnya ada masalah dengan supir sebelumnya. Supir yang kemarin sudah bagus kerjanya dan masih muda juga. Mau tanya Mira tapi males. Pasti dia juga akan jawab kalau pergantian supir atas perintah suami ku.
Perjalanan menuju Mall Gandaria City hanya menempuh waktu satu jam dari apartemen ku. Kalau nggak macet hanya empat puluh lima menit. Sampai di mall aku dan Mira turun di Lobby selatan dan masuk ke dalam.
" Mbak, kita mau langsung masuk ke Lotte Mart nya atau mau jalan-jalan dulu? " tanya Mira pada ku.
" Langsung masuk saja ke Lotte Mart. " jawab ku
Aku dan Mira langsung turun ke lantai LG menggunakan eskalator. Sampai di Lotte Mart, Mira mengambil trolley supermarket dan aku memintanya untuk mengikutiku. Satu persatu lorong supermarket nya aku singgahi dan pasti ada saja yang aku ambil. Bahkan yang nggak ada di dalam list dari Ibu Meta jadi aku beli. Mana banyak promo. Kalap lah sudah diri ini. Mira hanya senyum saja melihat ku yang bahagia belanja. Padahal cuma belanja bulanan.
Hampir dua jam aku dan Mira berada di Lotte Mart. Selesai bayar di kasir, aku minta Mira untuk menghubungi supirnya karena aku mau langsung pulang. Aku menunggu di Lobby Barat Mall Gandaria City. Sambil menunggu mobil datang, tiba-tiba aku dari arah belakang ada yang menyiramkan kepala ku yang tertutup pasmina dengan es jeruk dan itu membuat ku kaget. Begitu juga Mira. Aku langsung melihat siapa yang pelakunya dan ternyata Ranti. Ya ampun kenapa juga harus bertemu dia lagi.
" Kamu apa-apaan sih siram kepala aku seperti ini? " tanya ku ke Ranti.
" Biar semua orang tahu kalau kamu itu pelakor. Mana sudah punya suami. Dasar pezinah. " jawab nya dengan nada penuh emosi.
Sumpah malu banget. Aku jadi pusat perhatian pengunjung sekarang. Apalagi Ranti bilang aku pelakor dan pezinah. Semua orang jadi menatap ku dengan tatapan sinis bahkan jijik. Rasanya aku mau nangis. Tapi aku harus kuat dan mencoba untuk memberikan penjelasan pada Ranti dengan baik dan sopan.
" Maaf ya, Ranti. Saya ini buka pelakor apalagi pezinah. Tolong di jaga ya mulutnya. Memangnya punya bukti kalau saya melakukan perzinahan. Kalau nggak punya saya bisa menuntut anda ke pihak berwajib. "
" Kalau dasarnya pelakor memang susah ya. Ngaku aja kalau kamu masih berhubungan dengan Rafi kan.Gara-gara kamu dia jadi susah untuk di hubungi dan mau membatalkan pernikahan yang sedang di rencanakan.Semua ini karena kamu ya. " Ranti langsung mendorongku hingga aku jatuh.
Mira yang melihat ku langsung membantu untuk bangun dan berdiri. " Mbak nya nggak punya sopan santun ya? Datang-datang bikin keributan. " kata Mira membela ku.
" Kamu siapanya dia? Kacung ya? kalau kacung lebih baik diem saja ya. "
Mira sudah mulai kepancing emosi dan aku menahannya. " Jangan. Dia lagi sakit mental nya. " bisik ku pada Mira.
Belum cukup Ranti melampiaskan kekesalannya pada ku, dia menarik pasmina ku hingga lepas kemudian aku harus terima dua kali tamparan di bagian pipi olehnya. Aku masih bersabar. Ini ruang publik. Banyak orang yang melihat nya. Mira yang melihat ku diperlakukan seperti itu langsung mendorong Ranti dan mengajak ku untuk pergi meninggalkan tempat ini. Saat aku dan Mira hendak menyebrang dari lobby menuju ke luar area mall, lagi-lagi Ranti mendorong ku hingga aku jatuh dan hampir saja aku ketabrak mobil yang mau masuk ke dalam area mall.
" Cukup Ranti. Kamu hampir membuat ku kehilanga nyawa. Belum cukup kamu membuat ku kehilangan calon buah hati ku. Mau kamu apa? Aku sudah nggak ada hubungan dengan Rafi. Tapi kamu masih saja terus teror dan ganggu hidup ku. Bagaimana Rafi mau suka sama kamu, kalau dari perilaku saja sudah terlihat nggak baik. Jangan menyalahkan aku. Salahkan diri kamu yang nggak bisa mengambil hati Rafi. " teriak ku di depan Ranti. Aku sudah mencoba untuk bersabar tapi dia masih saja membuat ku emosi.
Aku meninggalkan Ranti yang masih terus memaki ku dengan kata-kata kasarnya. Aku menyuruh Mira untuk kembali ke Lobby yang tadi tempat kita menunggu, karena barang belanjaan masih ada di sana dan pulang bersama supir. Sementara aku pulang dengan taxi yang kebetulan lewat dan langsung memberhentikannya. Aku terlalu lelah saat ini. Aku butuh istirahat dan menenangkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...