Mall Pondok Indah I
Restoran Dapoer Podjok
Ilustrasi tempat duduk di Restoran Dapoer Podjok
" Kamu mau pesan apa? " tanya Rafi sambil membuka buku menu yang ada di meja.
Aku masih diam. Ini seperti mimpi. " Han, kamu mau makan apa? " sekali lagi Rafi bertanya karena aku belum menjawab pertanyaan darinya. Dengan malas aku mengambil buku menu dari atas meja dan mulai memilih menu yang akan ku pesan.
" Aku pesan iga sapi bakar sama air mineral satu. " jawab ku yang kemudian di angguki oleh Rafi.
Rafi memanggil pelayan restoran yang nggak jauh dari tempat duduk kami. Pelayan wanita itu pun menghampiri kami " Selamat siang. Dengan Wiwit bisa saya bantu. " sapa pelayan tersebut.
" Siang juga. Saya order sop buntut nya satu, pakai nasi ya. terus iga sapi bakarnya satu. Minumnya air mineral dua botol. "
" Air mineralnya dingin atau biasa pak? "
" Yang biasa saja. Jangan dingin. "
" Baik. Saya ulangi lagi ya pak pesanannya. Satu sop buntut pakai nasi. Satu iga bakar dan dua air mineral biasa. Ada lagi yang mau di pesan? "
" Itu saja dulu. Terimakasih. "
" Baik pak. Mohon di tunggu pesannya. "
Pelayan yang bernama Wiwit itu pun pergi meninggalkan kami. " Han, kamu masih ingat pertemuan terakhir kita dimana? " tanya Rafi.
" Aku sudah lupa. "
" Bohong. Bibir kamu mungkin bisa bicara lupa tapi mata kamu mengisyaratkan kalau kamu masih mengingat pertemuan terakhir kita. "
" Tolong ganti topik yang lain karena aku nggak mau membahasnya."
" Maaf. " kata Rafi dengan nada penuh penyesalan.
" Untuk apa kamu minta maaf? Nggak ada yang perlu di maafkan. " ucapku sambil mengalihkan pandanganku ke arah tangga eskalator.
" Seandainya waktu bisa berputar, aku pasti akan mencoba menerima kamu untuk...," aku langsung memotongnya ucapannya.
" Aku nggak mau kamu membahas masa lalu. "
" Benarkan yang aku bilang, kamu masih mengingatnya. Aku pun begitu, Han. Rasanya aku menyesal karena mengabaikan kamu yang mencintaiku dengan tulus. "
" Rafi. Itu hanyalah masa lalu dan lagi semuanya sudah terjadi. Kita lupakan semuanya. Anggap semuanya nggak pernah terjadi. "
" Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu? jujur aku nggak bisa melupakannya. Seandainya aku nggak egois dan mau memberikan kesempatan ke kamu untuk menjadi pasangan ku. Aku sadar kalau hanya kamu yang benar-benar tulus mencintaiku. Aku sangat menyesal Hanna. "
" ..... " aku hanya diam
Saat Rafi akan bicara, tiba-tiba dari arah samping kanan ku muncul mbak Wiwik sambil membawa pesanan makanan kita. " Permisi, maaf ganggu. Saya mau antar pesanan bapak dan ibu. "
Setelah semua pesanan tersaji diatas meja, lalu mbak Wiwik pamit. "Kenapa kamu egois, Raf? Dari dulu sampai sekarang kamu nggak pernah berubah. " aku mulai emosi dengan ucapan Rafi. Tapi aku masih berusaha untuk mengontrol emosi ku.
" Maaf. " hanya kata itu yang keluar dari mulut Rafi.
" Aku juga bisa kalau hanya berkata maaf. Bertahun-tahun lamanya aku harus merasakan cinta bertepuk sebelah tangan. Bahkan aku harus merasakan sakit ketika kamu mencintai wanita lain. Padahal kamu tahu kalau aku cinta sama kamu. Tapi apa yang aku dapat, nggak ada Raf. Apa kamu tau rasanya menunggu dan berharap? Nggak kan. " nada suara ku mulai bergetar dan air mata ku mulai mengalir.
" Han, aku sadar kalau aku...,"
" Raf, aku nggak tahu maksud kamu apa untuk kembali membawa ku mengingat masa lalu kita. Kalau boleh jujur sampai detik ini aku masih mengingatnya. Bahkan pertemuan terakhir kita di Mall ini, aku masih mengingatnya. Dan setiap mengingatnya rasanya hati ku sakit, Raf. Jadi tolong lupakan masa lalu kita. Biarkan aku menemukan kebahagian ku. "
" Han, kita mulai semuanya dari awal. Apa kamu bersedia menjadi kekasih ku? "
Aku terkejut saat Rafi meminta ku untuk menjadi kekasihnya. Bagaimana mungkin aku menjadi kekasihnya disaat aku sudah ada yang memiliki. " Maaf. Aku nggak bisa. Semuanya sudah terlambat. Kenapa kamu nggak hadir dua tahun yang lalu? Kenapa bukan lima tahun yang lalu, Raf ? "
" Memangnya kenapa, Han? Tolong beri aku alasan kenapa kamu menolak aku? "
"Apa kamu nggak lihat cincin di jari manis tangan kiri ku. Sebentar lagi aku akan menikah. Kamu terlambat, Raf. "
Ilustrasi Cincin Tunangan Hanna
Kini Rafi yang terkejut saat mendengar penjelasan ku. Kami sama-sama terdiam. Aku bingung harus berkata apa karena semuanya begitu memusingkan. Begitupun Rafi. Dia nggak menyangka kalau aku sudah bertunangan dan sebentar lagi menikah.
" Han, kamu serius sudah tunangan? Kamu lagi nggak bohongin aku kan? " tanya Rafi dengan raut wajah serius.
" Apa kamu pikir aku sedang bercanda? Aku serius, Raf. Aku sudah bertunangan. Semuanya sudah terlambat. Kenapa kamu baru menyadarinya disaat aku sudah ada yang memiliki. " jawab ku sambil menghapus air mata ku dengan kasar.
" Jadi aku terlambat untuk memiliki mu? "
" Iya. Mungkin kamu memang bukan jodoh ku. "
" Han, apa kamu mencintai calon suami kamu? jawab yang jujur sama aku. "
Aku diam sesaat. Jujur di dalam hatiku yang terdalam masih ada rasa sayang untuk Rafi. Tapi aku juga menyayangi mas Adithya. " Han, Jawab pertanyaan aku. Apa kamu mencintai calon suami kamu. Jawab yang jujur. "
" Iya. Aku mencintai calon suamiku. Jadi aku minta tolong sama kamu untuk melupakan rasa yang kamu miliki untuk aku. "
" Bohong. Aku bisa melihat dari raut wajah kamu. Lepaskan dia. Kita perbaiki hubungan ini dan bangun masa depan untuk menjadi keluarga yang bahagia. "
" Aku nggak bisa. "
Saat aku akan pergi, Rafi memegang tangan ku dan memeluk ku dengan erat. Aku mencoba untuk melepaksan pelukan dari pria itu namun hasilnya nihil. " Jika ini yang dinamakan karma, maka aku sudah mendapatkannya. " Bisik Rafi di telinga kanan ku.
" Di dalam islam nggak ada yang namanya karma. Tolong lepaskan aku, Raf. Biarkan aku bahagia bersama calon suami aku. "
" Sebelum janur kuning melengkung. Aku akan berjuang untuk mendapatkan mu. cukup satu kali karena kebodohan dan keegoisan, aku kehilangan kamu. Sekarang setelah aku mendapat kesempatan kedua, aku nggak akan menyia-nyiakan untuk bersama mu. " kata Rafi sebelum akhirnya dia melepaskan pelukannya dan membiarkan ku pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...