Ilustrasi kamar dan balkon hotel Somerset Sudirman Jakarta
" Han, kenapa kamu di luar? masuk ke kamar. Angin malam nggak bagus untuk kesehatan. " tanya mas Adithya.
" Tunggu sebentar. Aku masih menikmati pemandangan indahnya ibu kota dari sini. " jawab ku.
Tiba - tiba sepasang tangan melingkar di pinggang ku. Dan itu cukup membuat ku terkejut. " Mas, kamu mau apa ? "
Mas Adithya hanya diam namun setelah itu dia memeluk ku dengan erat dari belakang. " Sayang, apa kamu menyesal menikah dengan mas ? "
Aku menghela nafas panjang sebelum menjawab. " Aku nggak pernah menyesal menikah dengan mas, karena ini jawaban dari Allah saat aku melakukan sholat Istikharah kemarin. "
" Tapi kenapa mas lihat dari raut wajah kamu seperti masih ada yang di pikirkan? "
" Perasaan mas saja mungkin. "
" Ini pasti menyangkut Rafi. Han, please lupakan dia. Rafi hanya masa lalu kamu. "
" Kenapa harus membahas Rafi lagi sih mas? "
" Awalnya mas menahan diri untuk bersikap pura-pura nggak tahu saat tadi kamu bertemu dengan Rafi. Tapi melihat kamu yang masih terus memikirkannya, mas jadi ingin tahu apa saja yang kalian bicarakan tadi. "
"...." aku hanya diam.
" Han, Jawab. Apa yang kalian bicarakan tadi? " sekali lagi mas Adithya menanyakan perihal pertemuan ku dengan Rafi di kantin UAI.
" Jangan memaksa ku mas. Belum cukup kah aku memenuhi keinginan mas untuk melakukan akad nikah lebih cepat dari jadwal yang sudah di sepakati oleh kita? "
" Itu karena mas nggak mau sampai kehilangan kamu. Mas nggak rela, dia merebut kamu dari mas. "
" Aku juga sayang sama mas. Tapi bukan seperti ini caranya. "
" Terus mas harus gimana? Membiarkan kamu untuk terus bertemu dengan Rafi dan kalian akan bernostalgia bersama? Lalu kamu bimbang dan pada akhirnya kamu memutuskan hubungan kita. "
" Demi Allah, nggak ada sedikitpun untuk aku memutuskan hubungan kita mas. Memang nama Rafi masih ada di hati ku, tapi bukan berarti aku akan kembali kepadanya. Aku sedang belajar untuk melupakan dan mengikhlaskan nya. "
" Ternyata nama Rafi masih melekat pada hati kamu. Jadi mas nggak salah kalau pernikahan ini di percepat. Mulai saat ini, mas minta jangan pernah kamu menemui Rafi tanpa seizin mas. Kamu mengerti!! "
Tanpa terasa air mata ku mengalir begitu saja saat suami ku berkata seperti itu. " Tolong tinggal kan aku sendiri. Bisa kan? "
Seakan mengerti dengan ucapan ku, mas Adithya mengalah dan pergi meninggalkan ku. Setelah suamiku pergi, air mata ini sudah nggak dapat di bendung lagi. Aku menangis cukup kencang kemudain duduk di lantai dan menangis tersedu-sedu " Ya Allah, kenapa Rafi harus kembali hadir dalam hidup ku? Apa aku mampu untuk melewati ujian rumah tangga ini bersama mas Adithya? "
. Saat tangisan ku semakin kencang. Mas Adithya datang kembali dan kali ini dia memeluk ku dari arah depan. Kepala ku berada di dada bidangnya. Dia mengelus punggung ku dengan tangan kiri nya sementara tangan kanan nya menghapus air mata ku yang terus mengalir. Mas Adithya berusaha menenangkan ku. Walaupu aku tahu, dia pun berusaha menahan emosinya.
" Bukan mau aku mas dengan hadirnya Rafi di tengah rumah tangga kita? Aku juga ingin bahagia bersama kamu, mas. Tolong jangan menekan aku dan menyalahkan aku dengan semua ini. "
" Maafin mas. Tadi mas sedang emosi. "
" Emosi sesaat itu sangat berbahaya untuk pernikahan kita. Jadi tolong kendalikan emosi mas. Bukan hanya mas yang bisa emosi. Tapi aku juga bisa emosi mas. "
" Iya. Sekali lagi maafin mas. " ujarnya. " Kita kembali ke kamar. Udara semakin dingin. Kita istirahat sekarang. Seharusnya ini menjadi malam pertama kita tapi akhirnya jadi malam penuh air mata. "
Aku hanya menganggukan kepala tanda menyetujui apa yang di ucapkan oleh mas Adithya. Setelah itu suamiku menggendong ku menuju kamar. Posisi saat ini aku dan suamiku sedang di teras hotel Somerset Sudirman Jakarta tempat kami menginap. " Mas, terimakasih. Maaf sudah membuat malam pertama kita gagal. " Kata ku meminta maaf. Mas Adit hanya membalasnya dengan senyuman dan kecupan ringan di bibir.
*****
Bunyi alarm dari Iphone ku membuat ku terbagun. Rasanya mata ini berat untuk di buka tapi suara alarm itu meminta ku untuk mematikannya. Dengan perlahan aku melepas peluk kan mas Adithya yang sekarang telah sah menjadi suami ku. Setelah aku terlepas dari pelukannya, aku duduk terlebih dahulu di tempat tidur selama lima menit, baru setelah itu aku mencari tas yang terdapat Iphone ku.
Setelah menemukan tas nya, aku segera mematikan alarm nya. Aku menyimpan Iphone ku ke meja kerja kemudian aku membuka gorden hotel dan matahari sudah bersinar terang. Aku sempat melihat jam di Iphone ku yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, itu artinya kita melewatkan jam sarapan pagi.
Saat sinar cahaya matahari menyinari ruangan kami, Mas Adithya terbangun dan menanyakan jam berapa saat ini. " Sayang, sekarang jam berapa? "
" Jam sepuluh dan itu artinya kita melewatkan sarapan pagi. " jawab ku.
" Kita bisa order sarapan pagi kita kalau kamu mau. Nggak perlu turun ke bawah. Mas nanti yang orderin. "
" Terserah mas saja. Tapi aku request sarapan nasi goreng ya. Semalam kita nggak sempat makan. "
" Bukan hanya nggak makan malam tapi malam pertama kita pun gagal. "
" Apaan sih mas. Nggak usah bahas malam pertama deh. Sudah, cepetan pesenin aku nasi goreng sama susu cair. "
" Kamu kan punya, sayang. Bahkan suami mu ini masih belum merasakannya. "
" Mesum banget sih mas. Ternyata mas sama saja seperti suami nya Nadira. "
Mas Adithya tertawa saat aku mengatakan mesum dan kesamaanya dengan suaminya Nadira yaitu mas Rizal. " Aku sama dia beda sayang. kalau Rizal parah banget sama istrinya. Tapi nggak tahu juga kedepannya kalau memang bikin ketagihan pasti akan sama seperti dia. Namanya ibadah sekalian menyenangkan suami kan dapat pahal kamu, yang. "
" Iya. Iya. Tapi awas saja kalau mas jadi mesum akut seperti mas Rizal. "
" Mas nggak janji ya. Sayang, sini sebentar. "
Aku menghampirinya kemudian kedua tangan ku di tarik dan otomatis tubuhku jatuh ke dalam pelukannya. Mata kami saling menatap dan aku menjadi salah tingkah. Tanpa permisi mas Adithya mencium kening ku di awal dan berakhir dengan dia mencium bibirku. Awalnya suami ku mencium bibirku dengan pelan tapi lambat laun ciumannya semakin panas, hingga nafasku tersengal dan akhirnya dia melepaskannya. " Morning kiss. Biasakan mulai hari ini dan selanjutnya, setiap bangun tidur kita akan lakukan rutinatas ini. "
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomansaBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...