Ilustrasi tempat tidur Hanna dan Mas Adithya
" Mas, kamu mau apa? " tanya ku saat melihat mas Adithya yang sedang di landa gairah.
" Mas minta hak yang sempat tertunda. " jawab nya dengan nada suara serak
" Kita sholat sunnah zifaf dulu ya sebelum melakukan itu. " kata ku sambil mendorong tubuh mas Adithya ke samping.
Aku langsung memakai kembali bathrobe milik ku. Lalu aku masuk ke dalam kamar mandi untuk ambil wudhu. Selesai ambil wudhu aku menyuruh mas Adithya untuk segera wudhu. Sementara itu aku menggelar dua sejadah travel milik ku menghadap kiblat. Dengan masih menggunakan bathrobe, aku menggunakan mukena dan duduk di atas tempat tidur.
" Mas, masih lama nggak? " tanya ku.
Nggak lama kemudian mas Adithya keluar dari kamar mandi lalu mengganti bathrobe nya dengan baju kaos dan celana pendek.
" Jangan lupa sarungnya di pakai. " aku mengingatkannya.
Kami pun melaksanakan ibadah sholat Zifaf dua rakaat. Selesai sholat, aku salam pada suami lalu dia membacakan doa pada ubun-ubun ku dan aku hanya mengamini. Mas Adithya juga meminta ku untuk mengikutinya membaca doa sebelum berhubungan. Setelah itu aku melepaskan mukena ku dan melipatnya bersama sajadah. Begitu pun dengan suami ku.
Ibadah sholat Zifaf pun selesai. Tibalah saat nya aku dan mas Adithya melakukan ibadah malam pertama. Tapi sebelum itu, aku di mintanya duduk di atas kasur dan dia akan memasangkan kembali perban elastisnya ke kaki kanan ku yang terkilir. Selesai memasangkan perban nya lalu suami ku membuka tali bathrobe milik ku dan terlihat sudah tubuhku.
" Mas, aku malu. " kata ku pelan.
" Nggak perlu malu. Aku sudah melihat semuanya kecuali memasuki kamu. Aku rela bersabar sampai kamu siap. Malam ini kita akan menyatu dan menikmati indah nya suraga dunia. " bisiknya di telingan kanan ku .
Mas Adithya memberikan sentuhan-sentuhan intim di beberapa bagian milik ku yang sensitif. Aku selalu mendesah saat dia menyentuh nya. Mulut dan tangan nya bekerja keras untuk membuat ku mencapai puncak kenikmatan. Hingga rasanya bagian hutan rimba milik ku basah dan licin. Milik ku siap untuk di masuki oleh burung perkutut milik suami ku.
Dengan perlahan mas Adithaya memasukan miliknya kedalam milik ku yang sempit dan licin. Aku merasakan sakit saat miliknya memaksa untuk masuk lebih dalam. Berulang kali suami ku melakukan hal itu namun masih terasa sulit. Aku merintih kesakitan dan air mata pun nggak bisa lagi aku tahan.
" Sakit mas. " kata ku menahan sakit.
" Tahan ya. Segel kamu susah sekali di tembus oleh milik mas. " ujarnya sambil mengelus rambut ku.
Dia mencoba kembali memasukkan milik nya ke dalam hutan rimba ku. Kali ini aku menjerit kesakitan dan memintanya untuk berhenti. Aku menangis karena nggak tahan dengan sakitnya.
" Mas, sudah ya. Aku nggak bisa. Kita coba nanti lagi. " ucap ku pelan.
" Tinggal sedikit lagi. Kita coba lagi ya. Kamu pasti bisa. " Mas Adithya meyakinkan ku. " Kamu nya jangan tegang. "
Lalu mas Adithya kembali memasuki miliknya kedalam milik ku dan kali ini dia memasukkannya dengan sedikit memaksa dan akhirnya miliknya bisa menembus segel milik ku yang selama ini aku jaga. Aku teriak kesakitan dan mencakar punggung suami ku. Tangisan ku juga membuat suami ku sedikit panik dan berusaha menenangkan ku.
" Sakit ya? Maaf ya. Tapi mas mau bilang terima kasih. Akhirnya lepas sudah segel milik kamu. Aku beruntung mendapatkannya. " katanya lalu dia mencium kening dan bibir ku.
Miliknya masih belum di gerakan karena dia tahu kalau milik ku masih butuh penyesuaian. Setelah lima menit menunggu, akhirnya suami ku menggerakan miliknya berulang kali. Awalnya aku merasa sakit dan perih, tapi setelah itu semua terasa berbeda. Rasa sakit berganti menjadi rasa nikmat yang aku rasakan. Desahan nafas dan gerakan kami menimbulkan suara khas orang bercinta.
" Mas, aku nggak tahan lagi. " kata ku di sela-sela mas Adithya menggempurku.
" Keluarkan sayang. Jangan kamu tahan. " ujarnya sambil masih menggerakan miliknya.
Akhirnya aku mendapatkan pelepasan dalam puncak kenikamatan yang diberikan oleh suamiku. Aku mengatur nafas ku. Sementra mas Adithya ikut berhenti namun miliknya masih tegang dan ada di dalam milik ku. Sambil menunggu aku istirahat, tangan dan mulutnya terus mempermainkan gunung kembar ku dan lambat laun aku kembali merasakan gairah.
" Mas belum dapat sayang. Kita main lagi ya. " kata mas Adithya lalu mengecup bibir ku.
Setelah beberapa menit aku istirahat, mas Adithya menggempurku kembali dan kali ini aku hanya pasrah saja mengikuti kemauan nya. Bahkan dia sempat meminta ku untuk mengubah posisinya. Aku diminta oleh nya untuk naik ke atas nya, sementara dia ada di posisi bawah. Rasanya berbeda dari sebelumnya. Posisi seperti ini membuat ku merasa milik mas Adithya lebih dalam dari sebelumnya.
" Sayang, mas nggak tahan lagi. Kita keluar bersama. " katanya sambil masih menggerakan milik nya ke milik ku.
" Aku juga mas. Sedikit lagi mas. Ah..., mas aku keluar. " Aku mendesah panjang saat mendapat klimaks untuk kedua kalinya.
Rasanya seluruh badan ku lemas. Aku rebahan di atas tubuh suami ku. Kita saling berpelukkan. Mas Adithaya mengelus rambut ku. Lalu dia juga mencium keningku. Tadinya aku mau bangun dan melepaskan milik nya, tapi dia melarangnya. Tunggu sampai milik dia mengecil baru boleh aku lepas. Mas Adithya nggak mau aku kesakitan saat miliknya keluar dari hutan rimba ku.
" Sayang. Mas puas banget. Nggak sia-sia mas menunggu moment ini. " ucap mas Adithya.
" Ini pertama kalinya untuk aku mas. Walaupun di awal sakitnya minta ampun tapi di akhir rasanya nikmat sekali. " kata ku sambil memainkan salah satu puncak gunung kembar suami ku.
" Milik kamu rasanya sempit sekali. Sepertinya mas akan ketagihan. "
" Namanya juga baru pertama kali pasti sempit mas. Asal jangan seperti suami Nadira saja. "
Mas Adithya tertawa saat aku bilang suami Nadira. " Mas nggak janji ya. Pantesan si Rizal mesumnya akut sama sahabat kamu itu. Ternyata seperti ini rasanya surga dunia. "
" Pokoknya mas jangan jadi mesum seperti mas Rizal. Aku beda sama Nadira yang sabar mengahadapi kemesuman suaminya. "
" Tadi kan mas bilang nggak janji. "
Aku mendengus kesal. Lalu aku cubit perutnya. " Janji dulu. "
" Nggak mau. Aduh sayang sakit perut mas di cubit. "
" Biarin. Kalau mas bandel nanti aku cubit perutnya. "
" Kekerasan dalam rumah tangga itu namanya. "
" Beda lah mas. Itu namanya cubit mesra namanya. "
" Cubit mesra membawa kenikmatan ya. "
Aku nggak menjawabnya. Kalau di lanjukan akan semakin panjang pembicaraan ini. Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan beberapa kali menguap. Apa setiap orang yang habis melakukan ini akan ngantuk ya? atau hanya aku saja yang merasakan. Entahlah, tapi yang jelas mata ini sudah nggak bisa diajak kerja sama lagi dan akhirnya itu tertidur dalam pelukkan suami ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomansaBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...