💕DELAPANPULUHSATU💕

275 19 0
                                    

Aku melihat foto pernikahan Rafi dan Ranti sambil menangis. Diam-diam aku meminta sama Nadira untuk mengirimkan foto Rafi saat akad nikah. Tapi ternyata sahabat ku itu juga mengirimkan video nya. Aku harus bagaimana? Sedih atau bahagia melihat nya? Bagaimanapun Rafi adalah cinta pertama ku.

Melihat mereka bersatu tentu aku mengucap rasa syukur karena Rafi memberikan kesempatan pada Ranti untuk menjadi pendamping hidupnya. Aku menghapus air mata ku. Tapi lagi dan lagi air mata ini mengalir lagi. Walaupun di bibir terus berkata ikhlas namun ternyata nggak semudah itu untuk merelakannya. Aku tahu ini salah karena masih saja ada nama Rafi di hati ku. Bukan aku nggak bersyukur karena memiliki suami seperti mas Adithya. Hanya saja terlalu banyak kenangan antara aku dan Rafi baik di masa lalu ataupun masa sekarang.

Mas Adithya masuk kedalam kamar dan melihat ku menangis sambil memegang Iphone. Dia langsung duduk di samping ku dan menghampus air mata ku.

" Kamu kenapa sayang? " tanya mas Adithya.

" Nggak apa-apa mas. Mungkin pengaruh hormon kehamilan jadi lebih sensitif. " jawab ku.

" Boleh mas lihat apa yang sedang kamu lihat di handphone? "

Aku menggelengkan kepala ku. " Nggak usah mas. Aku nggak apa-apa kok. "

" Ya sudah kalau kamu nggak mau memperlihatkan. Mas nggak akan memaksa. Oh ya nanti malam Papah dan Mamah mau kesini. Kangen katanya sama kamu. "

" Aku belum belanja mas. Mau dimasakin apa Papah dan Mamah? "

" Kamu nggak usah ribet dan pusing. Tinggal pesen saja ke restoran langganan mas. Jangan terlalu capek. Sudah tujuh bulan soalnya kandungan kamu. "

" Ya sudah. Terserah mas. Aku ikut saja. "

Aku mematikan Iphone ku dan menyimpannya di atas meja. Rasanya aku mau rebahan saja di tempat tidur. Mulai gampang capek dan pegel pinggang nya. Mas Adithya ikut rebahan di samping aku. Nggak tahu kenapa pengen banget perut ku di elus-elus sama suami. Tapi aku melihatnya sudah tidur. Jadilah aku gelisah hingga mas Adithya bangun lagi dan dia bertanya kenapa aku belum juga tidur. Lalu aku jawab pengen di elus perut nya sama dia. Mas Adithya tersenyum mendengarnya. Dia langsung mengelus perutku dengan lembut hingga akhirnya aku bisa tidur siang dengan nyenyak.

*****

Persiapan makan malam ternyata sudah di atur oleh suami dan ibu Meta. Mas Adithya benar-benar melarang ku untuk membantu dan menyuruh ku untuk rebahan di sofa saja sambil menunggu Mamah dan Papah datang. Mana ibu Meta sudah menyiapkan pisang goreng. Jadilah aku nonton film Broad Peak di Netflix sambil makan pisang goreng.

Jam setengah tujuh malam, Mamah dan Papah datang. Aku langsung mengajak mereka ke ruang keluarga. Mamah duduk di samping ku sambil mengelus perut ku yang semakin membesar. Sementara Papah duduk bersama suami ku. Kita ngobrol seputar kehamilan ku dan Mamah bilang mau mengadakan acara tujuh bulanan di rumah nya.

" Jadi gimana dit? Kamu keberatan nggak kalau Mamah bikin acara tujuh bulanan nya di rumah? " tanya Mamah ke mas Adithya.

" Nggak kok Mah. Tapi kalau bisa bikin acaranya di rumah sini saja. " jawab mas Adithya.

" Kali ini di rumah Mamah saja ya. Kemarin acara empat bulanan nya sudah di sini. " kata Mamah.

Aku menatap suami ku dan memberi kode untuk menyetujui keinginan Mamah.

" Kasihan Mamah pengen banget buat acara untuk calon cucu nya, Dit. " kali ini Papah yang bicara.

" Ya sudah. Kalau memang maunya begitu. Adit dan Hanna ikut saja. Tapi acaranya kalau mulainya pagi ya Mah. Biar sore sudah sampai rumah dan istirahat Hanna nya. "

" Nginep di rumah saja, Dit. Biar Hanna nggak capek. " ucap Mamah sambil memegang tangan kanan ku.

" Nggak apa-apa mas. Kita nginep saja. " kata ku lalu tersenyum.

" Acaranya jangan hari biasa. Adit nggak bisa. Kalau bisa hari sabtu. "

" Iya. Nanti Mamah atur hari Sabtu. Kalian nggak usah capek. Pokoknya datang ke rumah dan nginep malam nya. "

Pembicaraan terus berlanjut hingga pukul tujuh malam. Ibu Meta datang ke ruang keluarga dan bilang kalau makanan nya suda siap. Kami pun segera menuju meja makan. Ternyata mas Adithya memesan menu makanan sunda. Ada ikan gurame, ayam goreng, sayur asem, sambal terasi dan masih banyak lagi makanan yang di pesan oleh suami ku.

Selama di meja makan, kita semua fokus pada makanan. Nggak ada istilah makan sambil ngobrol di keluarga suami ku. Setengah jam kemudian kita selesai makan dan kembali lagi ke ruang keluarga. Kali ini mas Adithya ngobrol sama Papah nya di halaman belakang. Sementara aku dan Mamah masih tetap berada di ruang keluarga.

Mamah menanyakan hasil USG terakhir ku dan menanyakan jenis kelamin nya. Tapi aku nggak bisa menjawab karena masih rahasia. Mas Adithya bilang nggak boleh di kasih tahu dulu. Biar jadi kejutan untuk Mamah, Papah dan Bunda nanti. Mamah nggak mempermasalahkan yang penting cucunya sehat, lengkap dan proses kelahirannya lancar. Itu yang paling utama untuk Mamah.

Keasyikan ngobrol sampai lupa waktu. Papah dan mas Adithya masuk ke dalam menuju ruang keluarga. Kemudian Mamah mengajak Papah untuk pulang karena sudah jam sembilan malam. Sudah waktunya ibu hamil untuk istirahat.

" Mamah pulang dulu ya sayang. Kamu langsung istirahat. Jangan begadang, nggak baik untuk kesehatan. " kata Mamah mengingatkan.

" Iya, Mah. Ini mau langsung istirahat. Mamah hati-hati di jalan. " ucap ku sambil salam dan memeluk Mamah.

" Papah pulang ya. Kamu jangan terlalu capek dan stress. Minum susu dan vitamin nya jangan lupa. " kata Papah mengingatkan.

" Iya, Pah. Makasih atas perhatiannya. Hati-hati di jalan." ucap ku lalu salam pada Papah.

Setelah itu barulah mas Adithya yang salam ke kedua orang tuanya dan mengantar Papah dan Mamah hingga masuk ke mobil. Aku hanya mengantarnya hingga teras rumah karena suami ku nggak mengizinkan. Aku kembali masuk ke dalam rumah dan rebahan di sofa. Rasanya nyaman sekali. Tapi lebih nyaman lagi kalau tiduran di kamar. Tapi aku malas sekali untuk bangun dan pergike kamar. Mana kaki dan pinggang pegal banget. Mau minta tolong ibu Meta untuk pijatin tapi masih sibuk membereskan meja makan.

Nggak lama kemudian mas Adithya datang dan meminta ku untuk langsung istirahat di kamar. Aku mau saja tapi terlalu capek untuk jalan ke kamar. Aku bilang ke dia kalau pinggang dan kedua kaki ku pegal. Akhirnya mas Adithya menggendong ku menuju kamar tidur. Aku tersenyum bahagia saat dia menggendong ku. Rasanya nyaman sekali dan aroma tubuh mas Adithya selalu membuat ku merasa tenang. Kalau jauh dari nya aku suka nggak bisa tidur dan jadinya aku menyibukkan diri bikin konten tentang informasi dunia Psikologi dan menulis novel bergenre romantis yang hampir setiap malam aku upload di Wattpad. 

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang