💕TUJUHPULUHEMPAT💕

240 16 0
                                    

Pulang dari Bali aku kembali pada rutinitas ku menjadi ibu rumah tangga. Seperti siang ini aku sedang masak sayur sop ayam dan bakwan jagung bersama ibu Meta untuk aku bawa bekal ke rumah sakit. Mas Adithya sudah lama meminta ku untuk membawakan makan siang ke tempat kerjanya. Dia selalu iri melihat Papah nya yang hampir setiap hari di bawakan makan siang oleh sang Mamah.

" Bu, saya mandi dulu ya. Sebentar lagi harus sudah berangkat. Takut macet jalanannya. " kata ku sambil membuka celemek berwarna hitam.

" Iya. Biar ibu yang meneruskan goreng bakwan jagungnya. " kata ibu Meta.

" Makasih ya bu. " ucap ku sambil memeluk ibu Meta.

Setelah itu aku langsung pergi ke kamar. Sebelum mandi aku mengecek Iphone ku terlebih dahulu untuk melihat apakah ada pesan atau chat yang penting harus segera dibalas. Tapi ternyata nggak ada. Selesai check pesan, aku menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kali ini aku nggak berendam di di bathtub karena mengejar waktu ke rumah sakit.

Setengah jam kemudian aku selesai mandi. Aku memakai tunik dan celana bahan berwarna hitam. Lalu untuk hijab nya aku menggunakan segi empat yang motif nya abstrak dan warna-warni. Ku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas lewat tiga puluh. Sebentar lagi sudah mau jam dua belas siang dan aku harus segera pergi karena mas Adithya pasti sudah menunggu makan siang nya.

Aku langsung ambil tas dari atas meja. Nggak lupa kacamata, parfume, dompet, Ipad lip blam, bedak padat dan obat alergi aku masukkan ke dalam tas. Keluar dari kamar, ibu Meta sedang memasukkan bakwan jagung nya ke tempat bekal tupper ware. Setelah rapih, beliau berikan ke aku untuk di bawa. Aku mengucapkan terima kasih sekaligus pamit karena sebentar lagi supir nya tiba di halaman lobby apatemen.

" Bu, saya pamit ya. " aku salam pada ibu Meta.

" Hati-hati nak di jalan. " kata beliau dan aku tersenyum.

Aku langsung ke luar dari unit apartemen menuju lobby. Alhamdulillah nggak lama aku sampai di lobby, mobil sudah datang. Aku langsung masuk kedalam mobil milik mas Adithya. Selama di perjalanan aku lebih banyak diam dan sibuk dengan Ipad ku. Aku memang sedang menulis lanjutan dari cerita yang ku buat karena hari ini harus update. Alhamdulillah walaupun baru, tapi sudah ada yang baca karya ku.

Perjalanan dari apartemen menuju rumah sakit memakan waktu hampir satu jam. Aku meminta supir suami ku untuk menurunkan aku di pintu lobby halaman rumah sakit. Salah satu satpam yang sedang piket langsung menghampiri mobil suami dan membukakan pintu mobil bagian kiri. Aku kelur dari mobil dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

Lalu aku masuk kedalam menuju lift rumah sakit menuju ruang kerja suami ku. Nggak lupa bekal nya aku bawa. Sampai di depan ruang kerja mas Adithya aku melihat Restu yang baru saja keluar dari tempat suami ku. Aku langsung menanyakan pada dia apakah suami ku ada di dalam dan ternyata aku di minta menunggu sebentar karena mas Adithya masih ada tamu.

Aku menunggu mas Adithya di ruang asisten nya. Ku lihat jam sudah menunjukkan hampir pukul satu siang. Aku mulai merasa jenuh karena harus menunggu dan akhirnya aku mengambil Ipad dari tas ku dan kembali mengetik lanjutan cerita yang belum aku selesaikan saat di dalam mobil.

Baru saja aku akan memulai menulis, tiba-tiba Iphone ku berdering dan ku lihat nama yang tertera di layar. Nadira yang menelepon, aku langsung mengangkat nya. Awalnya aku menanyakan kabar dari sahabat ku dan dia jawab sehat. Setelah itu Nadira menjelaskan maksud dan tujuan menelepon ku. Dia bilang mau nggak aku menjadi narasumber atau pembicara di suatu forum online dengan tema psikologi pastinya.

" Gimana Han? Kamu bersedia nggak untuk menjadi pembicara di forum online teman ku? " tanya Nadira dari balik telepon.

" Boleh saja. Kapan dan tema nya apa? " jawab ku lalu kembali bertanya.

" Hari jum'at besok. Jam tujuh malam. Tema nya minggu ini tentang masalah rumah tangga. " kata Nadira menjelaskan.

" Lewat zoom atau media sosial? "

" Untuk hari jum'at ini live nya di instagram temen ku. Kamu bersedia nggak? Masalah fee itu bisa di atur. "

" Boleh saja. Lagian aku sekarang kan hanya ibu rumah tangga. "

" Deal ya? Nanti aku bilang ke temen ku nih. "

" Iya. Kamu atur saja. "

" Ok. Makasih ya. Nanti segera aku kabarin lagi. "

" Iya. "

" Terus cerita kamu lanjutin lagi ya. Jangan lupa malam ini update. "

" Bawel nih Nadira. Nanti malam aku pasti update. Jangan lupa kamu bantu share cerita aku supaya banyak yang baca. "

" Gampang itu. Ya sudah aku mau lanjut praktik. "

Selesai terima telepon dari Nadira, aku kembali lagi fokus pada tulisan ku. Nggak terasa setengah jam telah berlalu dan aku bertanya sama Restu apakah tamu suami ku itu sudah pulang atau belum. Lalu Restu mengecek ke ruangan mas Adithya dan ternyata tamu nya sudah pulang. Aku di persilakan untuk masuk ke dalam ruangan suami ku.

Aku memasukkan Ipad ku ke dalam tas dan langsung menuju ruangan suamiku. Sampai sana aku melihat mas Adithya sedang duduk di kursi kerjanya sambil mengetik dan menatap layar komputer. Kacamatanya dia pakai dan pandangannya fokus ke monitor hingga aku masuk ke ruangannya pun dia nggak sadar.

" Permisi pak, saya mau mengantarkan makan siang nya. " kata ku dengan suara yang berbeda.

" Simpan saja di atas meja. Silakan keluar. Saya sedang sibuk. " ujar nya kepada ku.

" Saya harus keluar sekarang pak? " tanya ku.

" Kamu nggak dengar yang saya katakan tadi. Simpan saja makan siang saya dan silakan keluar. " jawab nya dengan nada ketus.

" Baiklah kalau memang bapak nggak mau di ganggu. Saya permisi. " kata ku kecewa dan menggunakan suara asli ku.

Saat aku hendak keluar, tiba-tiba mata mas Adithya mengarah pada ku dan dia cukup terkejut karena yang dari tadi mengajaknya bicara itu adalah istrinya. Dia langsung memanggilku dan meminta maaf. Aku hanya diam saja. Begini ya kalau suami ku sedang sibuk bekerja.

" Sayang, maaf ya. Mas nggak tahu kalau kamu yang datang. Lagian suara kamu beda sih. " katanya.

" Bapak lagi sibuk kerja. Sebaiknya saya keluar saja. Makanannya sudah saya simpan di atas meja. Pamit ya pak. " aku pamitan sama suami karena nggak mau ganggu dia kerja.

Mas Adithya langsung melepas kacamatanya dan menghampiri ku. Kemudian dia memelukku dan mencium kening ku. " Maaf ya sayang. Mas nggak tahu kalau yang masuk itu kamu. "

" Nggak apa-apa. Saya tahu kalau anda super sibuk. Saya izin pulang. Saya nggak mau ganggu pekerjaan anda. " ucap ku dengan bahasa formal. Lalu mas Adithya melepas pelukkan ku.

" Yang, kamu marah? Maaf. "

" Sudahlah mas. Aku mau pulang. Yang penting aku sudah mengantar makan siangnya. Kamu juga pasti banyak pekerjaan. " aku pergi meninggalkannya dengan rasa kecewa.

Saat aku hendak keluar dari ruang kerjanya, tiba-tiba mas Adithya mengunci pintunya dan dia menarik tangan kiri ku untuk ikut bersamanya duduk di sofa panjang. Aku mengikuti kemauannya dan diam. Aku malas bicara dengannya. Lalu dia menyuruh ku untuk menyiapkan makan siangnya. Aku buka tas bekal Tupperware nya yang berwarna hitam lalu aku sajikan di atas meja. Kemudian dia meminta ku untuk menyuapinya. Tapi aku menolaknya karena mood ku sudah rusak siang ini.  

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang