Ilustrasi ruang kerja mas Adithya
Aku duduk di sofa ruang kerja suami ku sambil menikmati Secangkir teh chamomile hangat dan buah pisang mengawali sarapan pagi ku. Sementara mas Adithya duduk di samping ku sambil minum kopi hitam. Sebentar lagi dia akan segera turun ke ruang operasi. Tapi sebelum turun aku memintanya untuk makan roti gandum isi keju buatan ku.
Awalnya mas Adithya menolak. Terlebih sang asisten sudah datang dan mulai membacakan agenda kerja hari ini. Tapi aku terus membujuknya dan akhirnya dia mau makan walaupun aku harus menyuapinya. Aku mendengar setiap ucapan Restu tentang jadwal kegiatan suami ku hari ini. Ternyata hari ini nggak terlalu padat. Pantesan semalam saat aku bilang mau pulang duluan di tahan oleh nya.
" Sudah ya. Mas sudah kenyang. " kata mas Adithya sebelum menggigit roti yang ku pegang.
" Tinggal sedikit lagi. Ayo bayi besar habiskan rotinya. " ujar ku dan itu membuat suami ku tertawa. Sementara Restu hanya tersenyum.
" Sejak kapan mas jadi bayi besar sayang? kamu ada-ada saja. "
" Setelah menikah mas lebih manja dan maunya di perhatiin sama istrinya. Jadi aku anggap saja mas bayi besar. "
" Kamu dengar Restu, aku di bilang bayi besar sama istri ku. " kata nya sambil menatap Restu.
" Bapak memang bayi besarnya mbak Hanna. Saya perhatikan setelah menikah bapak lebih terlihat manja dan maunya di perhatikan oleh istri. " ucap Restu lalu tersenyum.
" Begitu ya? "
" Iya. Bapak juga lebih terlihat lebih fresh dan mulai mengurangi kesibukan pekerjaan. Biasanya bapak jadwal kerja nya selalu minta di padatkan. Tapi setelah menikah semua berubah. "
" Ya. Aku juga merasa seperti itu. Oh ya kamu sudah hubungi Mira untuk datang ke sini? "
" Sudah. Sekarang ada di lobby. Mau saya panggilkan sekarang? "
Saat nama Mira di sebut oleh suami ku dan Restu, aku langsung bertanya. " Ini Mira siapa? Mira asisten ku di klinik? "
" Betul mbak. Mira asisten nya mbak Hanna. "
" Mas Adithya selalu begitu. Bilangnya semalam apa? aku yang akan chat atau telepon Mira. Sekarang orang nya sudah ada di lobby rumah sakit. " aku protes pada suami ku.
" Mas berubah pikiran. Jadi sebelum tidur mas chat Restu untuk menghubungi asisten kamu. Ada yang mau mas bicarakan sama Mira. "
" Mau bicara apa? "
" Tunggu Mira dulu. Baru mas kasih tahu. "
" Selalu mengambil keputasan sendiri. Aku nggak suka mas kalau cara kamu seperti itu. " aku memperlihatkan raut wajah kesal pada suami ku.
Mas Adithya hanya menggelengkan kepala nya saat melihat ku yang kesal. " Panggil Mira sekarang ya, " perintah nya pada Restu.
" Baik pak. " kata Restu. Setelah itu dia keluar dari ruang kerja.
Selama menunggu Mira dan Restu datang, mas Adithya memeluk ku dari samping lalu mata kami saling berpandangan. Ku lihat dia tersenyum saat melihat ku yang cemberut. Lalu tanpa meminta izin mas Adithya langsung mencium bibir ku dan itu membuat ku kaget. Nggak lama tapi cukup membuat jantung ku berdegup kencang.
" Bibir kamu manis sayang. Candu banget itu bibir. Apalagi kalau cemberut begitu. Buat mas tambah gemes dan ingin melumat lagi bibir nya. "
Aku langsung menutup mulut ku dengan kedua tangan ku dan melepas pelukannya. " Pagi-pagi sudah mesum. Aku masih kesel sama mas. "
Mas Adithya menarik pinggang ku dan kini aku kembali dalam pelukan nya. Lalu dia cium pundak ku lalu dia buka sedikit bagian belakang hijab ku kemudian di cium nya tengkuk ku secara bergantian dan itu membuat ku geli. Sementara tangan kirinya menyentuh salah satu gunung kembar ku yang tertutup baju piyama tidur. Sekedar informasi aku belum mandi. Baru cuci muka dan gosok gigi saja.
" Tangan nya nakal banget. " kata ku saat tangan kirinya mulai masuk kedalam baju.
" Seharus nya pagi ini kita bisa enak-enak. Tapi apa mau di kata mas ada jadwal operasi. " bisiknya di telinga kanan ku.
Baru saja mas Adithya akan membuka cup bra salah satu gunung kembar ku, tiba-tiba bunyi ketukan pintu dari luar membuat kami tertegun. Suara Restu meminta izin untuk masuk kedalam. Lalu tangan suami ku keluar dari dalam baju ku dan dia menyuruh ku untuk segera merapihkan piyama dan hijab yang sempat di buka olehnya . Aku jadi pengen ketawa melihat ekspresi wajah suami ku saat ini. Aku juga sempat melirik milik suami ku yang mulai menggelembung dan itu terlihat jelas dari luar celana bahan yang di pakainya.
Ada rasa kesal tapi dia juga harus menenangkan miliknya yang sudah tersulut gairah. Setelah lima menit barulah Mas Adithya menyuruh Restu dan Mira masuk. Lalu dia mempersilakan Mira untuk duduk di samping asisten nya. Jujur aku sama sekali nggak tahu maksud dan tujuan suami ku menyuruh Mira datang ke sini di jam setengah enam pagi.
" Restu sudah menjelaskan bukan kenapa kamu datang ke sini? " tanya suami ku.
" Sudah pak. Saya sudah di jelaskan oleh mas Restu. " jawab Mira dengan gugup.
" Kamu di suruh apa sama suami ku, Mir? " kali ini aku yang bertanya.
Sebelum di jawab oleh asisten ku, Mas Adithya sudah lebih dahulu bicara. " Jadi apa keputusan kamu? Apa kamu bersedia menjadi asisten pribadi istri saya? "
" Asisten pribadi? Maksudnya apa mas? " aku bingung saat suami ku bertanya seperti itu pada Mira.
" Kamu diam dulu sayang. Mas lagi bicara sama Mira. "
" Kalau kamu setuju nanti Restu akan buat kan surat kontrak kerja nya dan menjelaskan job desk nya sebagai asisten istri saya. "
" Setuju pak. " hanya kata itu yang terucap dari bibir Mira.
Aku menatap Mira dan meminta penjelasan padanya tapi dia hanya diam. Mas Adithya meminta Restu dan Mira untuk meninggalkan kami berdua. Setelah mereka keluar barulah aku mulai bertanya. Salah satu pertanyaan yang mau aku katakan yaitu apa maksud dia meminta Mira untuk menjadi asisten pribadi ku.
" Mas aku butuh penjelasan ya. " kata ku dengan raut wajah serius.
" Mira mas tarik jadi asisten pribadi kamu saja. Dia kan sudah cukup lama bekerja jadi asisten kamu di klinik. Kamu kan sekarang sudah menjadi istri mas. Akan banyak sekali kegiatan atau acara-acara penting untuk mendapingi mas dan itu perlu di atur. Belum lagi kamu masih mau kerja praktik psikologi. " ucap suami ku menjelaskan.
" Seharusnya mas bilang dulu sama aku. Bukannya tiba-tiba seperti ini. "
" Maaf ya sayang. "
" Tolong biasakan diskusi dulu dengan pasangannya. Jangan mengambil keputusan secara sepihak. Aku ini istri mu bukan bawahan kamu." ujar ku sambil menahan emosi. Setelah itu aku meninggalkan ruang kerja mas Adithya dengan perasaan kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomansaBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...