Aku terbangun karena suara mas Adithya yang berisik sedang menerima telepon di balkon kamar hotel. Aku yang mau bangun tapi rasanya susah banget. Badan pada pegel semua. Mana mau buang air kecil. Akhirnya aku terpaksa bangun. Saat mau jalan aku merasa bagian kewanitaan ku terasa nyeri sekali. Semua karena suami ku. Jadinya seperti ini sekarang.
" Mas Adithya. " panggil ku dengan nada cukup kencang.
Mas Adithya masuk ke dalam tapi tangan kirinya masih menerima telepon. " Kenapa sayang? " tanya nya. Lalu dia mematikan telepon nya.
" Aku mau ke kamar mandi tapi nggak bisa jalan. " jawab ku dengan kesal.
" Kok bisa yang? " mas Adithya kembali bertanya.
" Bisalah. Nggak inget berapa kali kamu gauli istri kamu ini. " aku menjawabnya dengan ketus.
Lalu dia tersenyum " Bikin ketagihan yang. "
" Yang ketagihan kan mas bukan aku. Tanggung jawab sekarang. Jangan mau enak nya saja. " protes ku. " Cepetan bantu aku ke kamar mandi. Aku kebelet mau buang air kecil. "
" Sabar sayang. Orang sabar di sayang sama Allah. "
" Nggak sekalian saja orang sabar pantatnya lebar. "
" Pantat kamu nggak lebar. Malah terlihat sexy buat mas. " katanya sambil mengedipkan mata kanan nya. " Apalagi goyangan kamu bikin mas nggak tahan. "
Aku menggelengkan kepala ku beberapa kali saat mendengar ucapan suami ku. " Buruan aku mau ke kamar mandi. "
Mas Adithya menggendong ku di punggung nya. Sampai di kamar mandi aku langsung di turunkan di closet duduk. Saat aku mengeluarkan air seni, rasanya perih sekali. Perut ku juga rasanya sakit dan nggak enak sampai aku menangis. Mas Adithya yang sedang mengisi air di bathtube langsung menghampiriku dan menanyakan kenapa aku menangis.
" Kenapa yang? " tanya suami ku.
" perih. " jawab ku merintih kesakitan
" Apa yang perih? Coba jelasin ke mas. "
" Waktu buang air kecil rasanya perih. Perut aku juga rasanya sakit dan nggak enak. "
Mas Adithya berusaha menenangkan aku sambil memeluk dan mengelus rambur ku. " Nanti mas cek setelah kamu selesai mandi . Maafin mas ya sayang. "
Aku yang masih sesenggukan kemudian mengambil showe kecil yang ada di samping closet duduk dan menyemprotkan air ke bagian area milik ku. Setelah itu mas Adithya menggendong ku kembali menuju bathtube. Lalu suami ku mengambil sabun mandi dan dia dengan telaten menyabuni seluruh tubuhku hingga bersih. Bagian milikku mulai nyaman saat berendam dengan air hangat.
" Kamu sudah mandi mas? " tanya ku di sela-sela mas Adithya menyabuni dan memijat tubuh ku.
" Sudah. Tadi mas bangun jam sepuluh karena ada telepon dari papah. Nanti sore jam 4 kita check-out ya. Langsung ke rumah sakit karena mas ada rapat penting sama Papah. " jawab nya.
" Atur sajalah mas. " kata ku sambil menikmati setiap sentuhan dan pijatan lembut yang di berikan oleh suami ku.
" Kamu suka kalau mas pijat seperti ini? "
" Suka karena badan ku pada pegel-pegel mas. Terlau bersemangat kamu sampai lupa istri nya bisa capek juga. "
" Kalau kamu nggak capek mungkin mas minta jatah lagi. "
" Astaga. Kok suami ku jadi mesum begini sih. Memangnya masih kurang semalam dan tadi pagi kita melakukannya. Sampai rasanya milik ku nyeri dan sempat kebas. "
" Ya maka dari itu mas kasih kamu istirahat. Nanti kalau sudah pulih mas minta jatah lagi. "
" Tunggu sampai milik aku nggak perih dan sakit lagi. Selama belum sembuh nggak bisa burung perkutut mas berlabuh di dalam sangkar milik aku. "
" Kok milik ku di bilang burung perkutut sih yang. "
" Suka-suka aku mau panggil apa. Kenapa? Nggak suka? "
" Terserah kamu sajalah. Yang penting milik mas bisa membuat kamu keluar berkali-kali. "
" Mulut nya nakal nih suami ku. "
" Memang bener. Berapa kali coba kamu klimaks? Aku saja kalau milik mas ini perkasa dan bisa buat kamu bahagia. "
Aku pura-pura nggak dengar ucapan terakhir suami ku. Dia benar-benar berubah sekarang. Sebelumnya nggak pernah bicara sevulgar ini. Mungkin benar apa yang di katakana oleh Nadira kalau pria sudah menemukkan tempat yang nyaman dan bersatu menjadi kesatuan maka dia menjadi dirinya sendiri tanpa harus jaga image ke pasangannya.
Selesai berendam, kemudia mas Adithay membantu untuk membilas tubuh ku di pancuran agar lebih bersih. Lalu aku di gendong nya kembali menuju tempat tidur dan dia mengambilkan baju beserta dalaman ku dari dalam koper. Mas Adithya membantu ku untuk memakai kan pakaian dalam dan gamis berwarna hitam.
" Makasih ya mas. " ucap ku berterimakasih.
" Sama-sama sayang. " katanya lalu mengecup kening ku.
Aku duduk di atas tempat tidur sambil membereskannya. Saat aku mau ambil bantal milik mas Adithya, aku terkejut melihat noda darah ada di atas seprai. Itu pasti darah keperawanan ku atau biasa di bilang selaput darah. Mau nggak peduli tapi malu sama bagian kebersihan nanti. Tanya suami ku dulu ini seprei mau di apakan.
" Mas, sini dulu sebentar. " panggil ku.
" Kenapa sayang? " tanya mas Adithya yang lagi membereskan pakai kotor kita dan dia simpan di koper masing-masing.
" Sini dulu sebentar. " jawab ku.
Lalu mas Adithya menghampiri ku. Dia duduk di samping ku. " Kenapa? " tanya nya sekali lagi.
" Mas nggak lihat ya kalau di seprei ada noda darah? " aku menunjukkan noda darahnya.
Mas Adithya tersenyum lalu dia kecup bibir ku. " Kenapa memangnya kalau ada noda darah? Bagus kan? "
" Kok bagus sih mas. Nanti kalau di bersihkan sama bagian cleaning service nya aku malu. "
" Kenapa harus malu? Itu tanda bukti kalau kamu masih perawan dan mas sangat berterimakasih karena kamu menjaga nya untuk suami kamu. "
" Bisa nggak seprei nya kita bayar saja? Aku nggak mau orang lain lihat dan cuci noda darah itu. "
" Ya sudah kalau maunya kamu begitu. Nanti mas tinggal bilang sama Restu untuk bayar seprei nya. "
" Makasih ya, mas. Ya sudah kamu nya awas dulu. Aku mau beresin tempat tidurnya. "
Aku mulai merasa tenang. Setelah itu mas Adithya kembali membereskan baju kotor kita berdua. Sementara aku kembali membereskan tempat tidur dengan menarik sarung bantal satu persatu. Setelah itu barulah sprei dan bed cover nya. Jadilah tempat tidurnya polos tanpa ada sarungnya. Mas Adithya yang melihat ku hanya menggelengkan kepalanya.
Aku memberikan satu set seprei dan bed cover nya pada suami ku untuk di bawa pulang. Dengan pelan aku jalan keluar menuju balkon. Aku duduk sambil menikmati nasi goreng milik suami ku. Rasanya belum cukup liburan nya. Aku masih ingin di sini beberapa hari lagi tapi nggak bisa karena suami ku harus kembali bekerja.
Saat aku sedang menikmati nasi goreng, tiba-tiba saja mas Adithya datang menarik piring nya. " Sayang, ini nasi goreng punya mas. Punya kamu masih di dalam. "
" Ya terus kenapa? " tanya ku dengan santai.
" Ini ada seafood nya " jawab suami ku dan aku baru sadar setelah makan hampir setengah nya.
" Ya ampun mas. Aku lupa. Soalnya aku lapar banget jadi aku makan saja nasi goreng punya mas. " kata ku lalu mulai panik. Begini rasanya kalau punya riwayat penyakit alergi. Banyak pantangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomantizmBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...