Aku kembali ke ruang Aula Buya Hamka dengan perasaan campur aduk. Ucapan Rafi yang terakhir sangat menggangu pikiran ku. Saat memasuki aula, Nadira memanggilku dan dia menghampiri ku. Aku belum melihat mas Adithya. Entah kemana dia dengan suaminya Dira, panggilan ku kepada Nadira.
" Rafi mana? " tanya Nadira.
" Di kantin kampus UAI. " jawab ku sekenanya.
" Mau cerita? Aku punya banyak waktu hari ini. "
" ..... "
" Kita cari tempat duduk dulu. Biar kamu lebih tenang. "
Setelah mendapatkan tempat duduk, Nadira meninggalkan ku untuk mengambil minuman. Lima menit kemudian, dia sudah kembali sambil membawa gelas yang berisikan air putih. Diberikannya gelas itu kepada ku. Lalu aku meminum nya dengan perlahan. " Makasih ya. "
" Iya. Sudah lebih baik? "
Aku menganggukan kepala ku " Sudah. Oh ya mas Adithya dan suami kamu kemana? Aku nggak melihat mereka. "
" Mas Rizal lagi nenangin mas Adithya yang sedang emosi saat tahu kalau kamu sedang bicara berdua dengan Rafi. "
" Jadi gimana dengan hubungan kalian? maksud ku kamu dan Rafi. "
" Aku sudah bilang ke Rafi untuk melupakan aku. Tapi ternyata repson dari dia malah bikin aku takut. Aku pergi meninggalkannya di kantin karena aku tahu dia juga dalam kondisi emosi yang nggak stabil. "
" Apa yang membuat kamu takut? "
" Dia bilang akan merebut aku dari mas Adithya dan jangan berharap rumah tangga ku akan bahagia. "
Saat itu juga pecahlah sudah tangisan ku. Nadira langsung memeluk ku sambil tangan kanan nya mengelus punggung ku. Mungkin ada sepuluh menit aku menangis dalam pelukkan sahabat ku. " Kenapa harus seperti ini? Apa aku nggak berhak untuk hidup tenang dan bahagia dengan pasangan ku saat ini? "
" .... "
" Lima belas tahun lebih aku mengharapkannya. Tapi apa yang aku dapatkan? Hanya air mata dan luka. "
" Aku tahu Ini memang nggak mudah untuk kamu. "
" Aku harus bagaimana? Di suatu sisi masa ada Rafi di hati ku tapi di sisi lain ada mas Adithya yang sudah menjadi suami ku. "
" Coba kamu tanyakan pada hati kecil mu. Mana yang harus di perjuangkan dan mana yang harus di lupakan. "
" ...... "
" Nggak perlu di jawab saat ini. Aku yakin kamu bisa memilih nya dengan bijak. "
" Makasih ya. Kamu memang sahabat terbaik aku. "
*****
" Sayang, kamu di sini ternyata. " kata mas Rizal " Aku cari kamu, nggak tahu nya di sini sama si cantik istrinya kang mas Adithya. "
" Lebay banget. Kamu pergi kemana sama mas Adithya tadi? "
" Kemana saja boleh. Tapi aku nggak kemana-mana selain ke hati neng Dira. "
" Gendeng kamu mas. berobat dulu sama Hanna biar waras otak mu. "
" Neng Dira kan juga psikolog. Jadi berobat jalan sama istri mas saja ya. "
" Suami nya siapa sih? Perasaan aku nggak punya model suami seperti ini. "
" Dosa kamu, yang. Nggak mengakui aku sebagai suami mu. Nanti malam nggak aku kasih jatah loh. "
" Bagus. Jadi aku bisa istirahat. Sudahlah mas nggak usah bikin aku kesel. "
" Ugh..., sayang nya mas kesel ya. Sudah kangen sama mas. Nanti setelah dari sini kita ke hotel bareng sama Adithya. "
" Hotel endas mu. Setelah dari sini kita pulang. Aku mau istirahat. " Nadira mulai malas mendengar ucapan suaminya itu.
" Biar nggak capek langsung ke hotel saja. Nanti capeknya hilang. Aku kasih pijat plus plus deh. "
" Dasar mesum. Otak nya nggak jauh-jauh dari itu. Malu tuh sama Hanna dan suaminya. "
" Kenapa harus malu? Kita udah suami istri ini. Sudah halal, yang. Hanna juga sudah halal sama Adithya. Malam ini pasti mereka belah duren. Hahahaha...., "
Mas Adithya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang memang mesum kalau sudah dekat sama istrinya. " Belah duren gampang. Tapi hotel yang aku pesan udah siap belum? " tanya mas Adithya tapi matanya menatap ku dan itu membuatku salah tingkah.
" Wah ternyata diam-diam Adithya sudah pro nih kalau belah duren. Aku saja waktu malam pertama susah banget belah du..., " belum selesai bicara, mulut mas Rizal langsung di bekap oleh istrinya.
" Mas Adithya tenang saja. Semua sudah beres. " kata Nadira sambil tersenyum.
" Memangnya mau ke hotel mana? Kenapa nggak langsung pulang ke rumah? " tanya ku penasaran.
" Aku butuh waktu berdua sama kamu. " jawab mas Adithya sambil memegang tangan kanan ku.
" Aw..aw..aw.., pengantin baru. Sudah nggak tahan ya. Sabar ya. " celutuk mas Rizal. " Sayang kita juga harus seperti pengantin baru dong. "
" Males. Aku mau pulang saja. " kata Nadira cuek.
" Kita kan mau antar pengantin baru ke hotel. Sekalian juga kita honeymoon lagi. Mas sudah pesan kamar sweet honeymoon sebelah kamar Adithya. "
" Bukannya kerja malah honeymoon. " sindir mas Adithya.
" Dokter juga manusia biasa. Butuh di hangatkan oleh pasangannya. " kata mas Rizal dengan santai.
" Nggak usah di ladenin. Maklumi saja, mas Rizal baru pulang dari rumah sakit jiwa Grogol. " ujar Nadira.
" Sayang. Kamu tega sekali bicara seperti itu di depan Hanna dan Adithya. Awas ya nanti malam nggak akan mas kasih ampun. Tunggu saja nanti balasannya. " ucap mas Rizal dengan raut wajah kesal. " Nanti malam mas akan buat kamu teriak berkali-kali memanggil nama mas. "
Aku dan mas Adithya tertawa terbahak-bahak saat mendengar pembicaraan terakhir antara Nadira dan suaminya. Sumpah mereka itu pasangan yang unik. Kisah cinta mereka penuh dengan drama dan air mata dulunya. Aku sering mendengar curhatan Nadira mengenai hubungannya dengan mas Rizal. Nggak ada pasangan yang sempurna tapi yang ada adalah pasangan yang saling mengisi kekurangan masing-masing.
" Han, kita selesaikan acara hari ini. Dan bersiaplah untuk menjalani kehidupan baru bersama ku sebagai istri dari Adithya Radi Hendratmoko. " ucap mas Adithya sambil tersenyum dan memeluk ku.
" Aku siap mas. " kata ku dengan nada lembut.
Mas Adithya mencium kening ku" Love you, Han. "
" Love you too, mas Adithya. " aku membalas ucapan kasih sayang suami ku dengan mencium punduk tangan kanan nya.
Ilustrasi Hanna dan Adithya
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...