Akhirnya hari ini aku bisa kembali praktik psikologi. Betapa senang nya hati ku. Walaupun pasien nya hanya satu untuk hari ini tapi aku bersyukur. Sebenarnya hari ini pasien nya lebih dari satu yang daftar. Hanya saja mas Adithya sudah mengingatkan kalau aku mau kembali praktik hanya boleh menangani tiga pasien dalam satu minggu. Aku sudah mencoba bicara sama Mira untuk menambah pasien ku. Tapi dia nggak berani karena takut ketahuan oleh suami ku.
Aku melihat I Watch ku yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Jadwal praktik ku hari ini jam sebelas siang. Mira sudah datang ke apartemen ku sejak pukul tujuh pagi. Dia sedang duduk di kursi meja makan sambil menyusun jadwal kegiatan ku selama satu minggu kedepan. Menjadi istri dari mas Adithya memang nggak mudah. Selain dia adalah seorang dokter bedah, mas Adithya juga memiliki jabatan penting di rumah sakit. Nanti nya setelah Papah mertua ku pensiun maka suami ku yang akan menggantikan posisi nya sebagai pemilik rumah sakit tempat dia bekerja sekarang.
Jadwal mas Adithya itu sebenarnya sudah full selama dua bulan kedepan. Mulai dari jadwal praktik dan operasi baik di rumah sakit Papah maupun di beberapa rumah sakit lain nya. Belum lagi jadwal seminar sebagai narasumber yang acaranya nggak hanya di Jakarta, terkadang bisa sampai ke pulau Sumatra, Kalimantan, Bali bahkan Papua. Lalu ada juga jadwal untuk mendampingi Papah bertemu dengan kolega bisnis maupun rekan seprofesi. Jadwal rapat bersama manajemen rumah sakit dilakukan setiap dua minggu sekali dan masih banyak lagi rapat-rapat lain nya. Ada lagi kegiatan rutin suami ku yaitu hampir setiap weekend pasti dia akan mengajak ku menemaninya untuk ke acara pernikahan teman, sahabat, rekan sejawat, keluarga bahkan rekan bisnis nya.
Bisa di bayangkan bukan bagaimana kesibukan Restu sebagai asisten suami ku. Kini Mira pun telah mempersiap kan diri nya untuk mengatur jadwal kegiatan ku selain praktik tapi juga dia mengatur jadwal untuk ku agar bisa mendampingi suami ku saat dia harus ke luar kota atau ada jamuan dari rekan bisnis atau rekan seprofesi nya sebagai dokter. Selain itu juga aku harus mendampingi dia saat ke acara pernikahan. Sebenarnya ini sudah pernah di lakuakan sejak masih pacaran tapi biasanya hanya sesekali karena aku pun punya kegiatan lain. Tapi karena sekarang aku sudah jadi istrinya jadi mau nggak mau waktu ku akan lebih banyak untuk suami ku.
" Mira, kamu masih mengerjakan apa? " tanya ku pada asisten ku yang sedang serius mengetik di Ipad nya.
" Saya masih menyusun jadwal mbak dan mencocokannya dengan jadwal bapak. " jawab nya tapi mata dan tangan nya masih fokus menatap Ipad.
" Saya minta data pasien hari ini sudah kamu print belum? " aku kembali bertanya.
" Sudah mbak. Saya simpan di atas meja buffet TV. " jawab Mira.
Aku langsung mengambil nya dan duduk di kursi rotan gantung, tempat kesukaan ku. Aku mulai membaca biodata pasien untuk hari ini. Ternyata nama pasien nya yaitu Ranti Patricia Zaneen dan berusia dua puluh enam tahun. " Mir, mbak Ranti sudah kamu follow up lagi kan? "
" Sudah mbak. Tadi pagi saya chat untuk jadwal pertemuannya pukul sebelas siang dan beliau sudah balas chat saya dan bilang ok. "
" Ya sudah kalau dia sudah bilang begitu. Kita mau berangkat jam berapa? "
" Setengah sepuluh ya mbak. Saya masih harus revisi dan kirim e-mail ke mas Restu. "
" Ya sudah. Oh ya nanti saya nyetir sendiri. Nggak perlu pakai supir. "
" Mbak kan nggak boleh nyetir sama bapak? Nanti kalau bapak tahu saya bisa di tegur. "
" Makanya kamu diem-diem saja. Nggak perlu laporan ke Restu. "
" Nggak bisa mbak. Mbak nggak tahu saja mata bapak itu banyak. "
" Ha? Maksudnya gimana itu mata bapak banyak? "
Mira menepuk jidatnya. " Nggak mbak. Tadi saya salah bicara. "
Aku mencium aroma-aroma ada yang nggak enak nih. Seperti ada yang di sembunyikan. " Lebih baik jujur sama saya. "
Mira menjadi salah tingkah dan aku bisa melihat nya dengan jelas dari bahasa tubuhnya. " Mbak, saya sudah selesai. Kita berangkat sekarang ya. Mobil sudah siap di lobby apartemen. "
" Kamu masih nggak mau bicara jujur sama saya. "
" Tadi kan saya sudah bilang mbak. Salah bicara. "
Setelah itu Mira memasukkan Ipad nya ke dalam tas. Sebelum keluar dari apartemen, aku pamitan terlebih dahulu sama ibu Meta. Beliau sudah ku anggap seperti ibu sendiri. Ibu Meta menyerahkan dua kotak bekal dimana kotak pertama berisi salad buah dan kotak satu lagi berisi nasi merah dengan lauk tahu toge dan nugget tempe.
" Makasih ya bu. Hanna pamit. " kata ku.
" Hati-hati ya. " ucap Ibu Meta. " Mbak Mira, saya titip mbak Hanna ya. "
" Pasti. Kalau begitu saya pamit. " ujar Mira pada ibu Meta.
Aku dan Mira keluar dari apartemen menuju lobby. Ternyata sampai di halaman luar lobby, sudah ada supir yang menunggu. Tapi aku perhatikan supirnya kok bukan yang biasa.
" Mir, ini kok supirnya beda ya? " tanya ku dengan raut wajah bingung.
" Iya. Supir lama mbak di alihkan untuk bunda. Mulai sekarang mbak akan di supiri oleh mas Heru. " jawab Mira menjelaskan.
Mas Adithya semalam nggak bilang kalau aku ganti supir. " Ya sudah. Kita berangkat sekarang. "
Aku masuk ke dalam mobil terlebih dahulu di susul Mira masuk ke dalam tapi dia duduk di depan bersama supinya. Sementara aku duduk sendiri di belakang. Lagi-lagi semua terasa berbeda. Aku yang dulu biasa hidup dengan cara ku sendiri sekarang sudah nggak bisa lagi. Aku sudah nggak bebas seperti sebelum nikah. Sekarang semuanya serba di atur dan asisten ku akan melaporkan kegiatan ku pada Restu atau suami ku langsung.
Sampai di klinik aku langsung masuk ke dalam ruang praktik dan duduk di sofa. Aku merindukkan tempat ini. Mira masuk ke dalam sambil membawa kotak bekal yang lupa ku bawa.
" Mir, kalau kamu sekarang kamu jadi asisten pribadi aku. Terus yang jadi asisten di klinik siapa? "
" Orang baru mbak. Saya juga belum kenal tapi saya dapat informasi namanya Rengganis. "
" Ooooo...,"
" Kamu kenapa mau jadi asisten pribadi saya? "
" Karena saya cocok kerja dengan mbak Hanna. Makanya saya mau. "
" Bukan karena gaji ya? "
" Itu juga termasuk mbak. Saya nggak munafik. Sesuai lah antara gaji sama job desk nya. "
" Semoga kamu betah ya jadi asisten pribadi saya. "
" Amiin mbak. Kalau begitu saya keluar dulu. "
Setelah Mira pergi, aku membuka tas kerja ku dan mengambil Ipad dan papan keyboard nya. Selain itu juga aku membuka Iphone ku yang sudah banyak pesan masuk. Salah satu nya adalah Rafi. Dia kembali menghubungi ku dan mengajak ku untuk bertemu. Tapi aku nggak balas chat dari nya. Aku blok nomor hanphone nya. Aku bingung harus bagaimana lagi menghadapi Rafi. Aku nggak bisa membiarkan dia menghancurkan rumah tangga ku hanya karena keegoisan nya. Aku lelah dan ingin menikmati kebahagian ku bersama mas Adithya, yang sudah menjadi suami sah ku bukan Rafi yang dari masa lalu ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...